Sukses


Sejarah Derbi Suramadu Persebaya Vs Madura United: Kemiripan dengan Turin dan Milan Derby

Bola.com, Surabaya - Bagi pecinta sepak bola, kata “derbi” teramat sangat memiliki daya tarik dan magis. Kata ini bisa membuat banyak orang tersihir dan rela meluangkan banyak waktu untuk langsung datang ke stadion atau sekadar menyalakan TV menyaksikan 22 orang memainkan bola dalam lapangan.

Dalam waktu dekat, kata tersebut akan merealisasikan apa yang tertulis di atas. Kompetisi BRI Liga 1 2021/2022 bakal menyajikan pertandingan antara Persebaya Surabaya dan Madura United memasuki pekan ke-12.

Laga yang bakal berlangsung di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Sabtu (20/11/2021) malam, ini mendapat tajuk Derbi Suramadu.

Sebelum beranjak jauh, mari kita bedah dulu apa makna kata “derbi” ini. Mengapa kata ini sangat identik dengan sepak bola?

Kamus Oxford menyebutkan kata “derby” (dialihbahasakan menjadi “derbi”) merujuk pada perlombaan balap kuda tahunan yang sudah muncul sejak 1780-an. Singkat cerita, derby atau derbi digunakan untuk merujuk kepada suatu persaingan sengit antara dua klub, dalam konteks ini adalah sepak bola.

Banyak yang bilang bahwa derbi adalah cara untuk menggambarkan persaingan klub sepak bola yang masih dalam satu kota. Namun, maknanya lebih luas dari itu, bisa merujuk kepada sebuah laga sarat gengsi dan rivalitas antara dua klub dari wilayah yang sama.

Tapi, di Italia, ada tiga derbi yang sangat populer.

Pertama adalah Derbi della Madonnina, duel AC Milan kontra Inter Milan yang mempertemukan dua klub asal Kota Milan. Nama derbi ini diambil dari patung Bunda Maria yang cukup diidentikkan dengan Milan.

Persaingan kedua tim sudah sangat jelas karena selama ini sangat menyumbang banyak prestasi di kompetisi domestik atau Eropa. Sejarah panjang keduanya juga bisa berbicara banyak untuk membuktikan persaingan di Kota Mode.

Saking sengitnya, AC Milan dan Inter Milan mengoleksi gelar scudetto (istilah gelar juara Serie A Italia) hanya selisih satu saja. AC Milan memiliki 18 gelar, sedangkan Inter Milan sang juara bertahan mempunyai 19 gelar.

Lalu, ada Derbi della Mole asal Turin yang mempertemukan Juventus dengan Torino. Gregetnya masih kalah dari persaingan AC Milan dan Inter Milan, karena ketimpangan prestasi scudetto, Juventus 36, sementara Torino hanya 7. Nama derbi ini diambil dari bangunan yang melambangkan Kota Turin.

Terakhir, ada Derbi della Capitale asal ibukota Italia, Roma, melibatkan Lazio dengan AS Roma. Pertemuan satu ini sangat bergengsi untuk menunjukkan yang terbaik di ibukota, bukan Italia.

Ya, keduanya masih kalah koleksi gelar dibanding klub kota lain. Namun, rivalitas suporter dari kedua kubu sangat keras, bahkan kerap saling pukul, tusuk, baku hantam, atau tindakan kriminal lain.

Duel kelas sosial yang merepresentasikan antar kelompok keduanya dianggap sebagai pemicu. Lazio adalah kelas borjuis, sedangkan Roma perwakilan proletar. Urusan politik, Lazio dianggap berhaluan kanan, sementara Roma adalah simpatisan kiri.

Contoh tiga derbi di Italia itu sebenarnya sudah cukup untuk menjabarkan lanjutan pembahasan hal yang sama di Indonesia. Sepak bola negara ini sudah bertahun-tahun berkiblat pada Negeri Pizza jadi tak heran kalau adopsinya cukup banyak.

Tapi, sebagai gambaran, derbi negara lain juga tidak salah untuk dilihat. Derbi Suramadu misalnya yang masih berusia muda. Jika ditelisik, tidak ada persaingan yang sangat kentara antara Persebaya dan Madura United. Berikut ini ulasan Bola.com:

 

2 dari 4 halaman

Muncul pada 2017

Persebaya Surabaya sudah lahir pada 18 Juni 1927 sementara Madura United yang merupakan anak kemarin sore di Indonesia baru berdiri pada 10 Januari 2016. Selisih tahun berdiri keduanya bahkan mencapai 88 tahun!

Suporter kedua kesebelasan juga tidak ada masalah. Bonek dan K-Conkmania (dan nama suporter Madura United lain seperti Trunojoyo Mania, Taretan Dhibi, dan Peccot Mania) malah menjalin persaudaraan. Tidak pernah ada bentrok di antara mereka.

Bahkan, pertemuan pertama keduanya baru digelar pada 28 Januari 2018 pada ajang Piala Presiden di Stadion GBT. Ya, sebuah derbi yang masih sangat muda.

Namun, sebanyak lebih 50 ribu penonton menyaksikannya menjadi bukti spesial laga ini. Sayangnya, persaingan juara juga tidak pernah mereka alami dalam sejarah liga Indonesia.

Maklum, Madura United sudah mulai berkompetisi di TSC 2016, dan berlanjut ke Liga 1 2017 dan musim ini. Mereka sudah menjalani tiga musim di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Sementara Persebaya baru “kembali” pada 2017 karena beberapa tahun tidak diakui PSSI. Bajul Ijo bahkan baru juga kembali ke kasta tertinggi pada musim ini setelah juara Liga 2 2017.

Tapi, nama Derbi Suramadu justru sudah muncul sebelum pertandingannya dihelat. Pada medio April 2017, keduanya sempat akan melakoni laga uji coba. Posternya pun tersebar di media sosial dengan tulisan “Derbi Suramadu” yang menjadi tajuknya. Jadilah istilah ini disematkan.

Istilah ini bisa menjadi terobosan buat para klub yang ingin menggambarkan duel sengit dengan klub lainnya. Istilah khusus harus diberikan agar memudahkan publik dengan secara sembarangan menyebut pertemuan semua tim Jawa Timur dengan sebutan Derbi Jatim!

 

3 dari 4 halaman

Gengsi adalah Keniscayaan

Bukan hal yang aneh kalau nama derbi ini diambil dari Jembatan Suramadu. Toh, jembatan itu memang menghubungkan Surabaya dan Madura yang menjadi basis kedua klub. Selain pakai kapal tentu saja.

Faktanya, nama-nama derbi di Italia pun menggunakan nama-nama tempat pula. Hanya beberapa saja yang mengambil nama kota karena memang klub yang terlibat berasal dari kota yang sama sekaligus memudahkan penyebutan.

Memang, kedua tim kini tidak dalam persaingan apapun. Madura United terjerembab di peringkat ke-14 dengan 11 poin. Sementara Persebaya yang berada di posisi kedelapan dengan mengoleksi 17 angka

Mungkin saja suatu saat Derbi Suramadu bisa menyajikan pertandingan dalam situasi persaingan gelar juara.

4 dari 4 halaman

Persaingan Persebaya dan Madura United di BRI Liga 1 2021/2022

Video Populer

Foto Populer