Sukses


Suka Duka Markus Horison Melatih Timnas Indonesia U-16: Harus Sabar karena Ada yang Manja dan Kekanak-kanakkan

Bola.com, Jakarta - Pelatih kiper Timnas Indonesia U-16, Markus Horison, mengakui bahwa timnya harus sangat berhati-hati dan ekstra sabar untuk mengasuh para pemain muda yang sukses meraih gelar juara Piala AFF U-16 2022 ini.

Pasalnya, menurut Markus Horison, para pemain muda yang tergabung di Timnas Indonesia U-16 merupakan talenta-talenta terbaik yang bisa menjadi andalan di level senior pada masa yang akan datang.

“Kami sebagai pelatih Timnas U-16, sebenarnya tim ini menjadi pondasi untuk tim nasional. Ibarat rumah itu kan seharusnya ada pondasinya dahulu,” kata Markus seperti dikutip dari kanal YouTube Akurasi TV.

“Nah, di Timnas U-16 inilah pondasinya. Makanya, kami sebagai pelatih Timnas Indonesia U-16 harus melatih mereka secara benar supaya mereka ini punya modal untuk ke level selanjutnya,” lanjutnya.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Jadi Andalan di Masa Depan

Pelatih kiper berusia 41 tahun ini menjelaskan, tim pelatih Timnas Indonesia U-16 yang dipimpin oleh Bima Sakti memang sangat berhati-hati dalam melatih Muhammad Iqbal Gwijangge dan kawan-kawan.

Sebab, para pemain muda inilah yang nantinya bakal menjadi andalan di level yang lebih tinggi, baik itu U-20, U-22, hingga level senior.

“Karena, dalam lima tahun ke depan, mereka ini diharapkan bisa menjadi pengganti di Timnas U-20 maupun level senior,” kata eks-kiper Timnas Indonesia ini.

“Oleh karena itu, kami sangat hati-hati sekali untuk melatih para pemain yang tergabung di Timnas Indonesia U-16 ini,” imbuhnya.

 

3 dari 4 halaman

Cukup Kesulitan Mengasuh Pemain Muda

Bagi mantan pemain PSMS Medan ini, menjadi staf pelatih Timnas Indonesia U-16 memang menghadirkan sejumlah ujian yang cukup menantang.

Hal ini utamanya berkaitan dengan sulitnya memahami berbagai karakter pemain usia muda yang masih sering bertingkah kekanak-kanakan seperti anak seusianya.

Kami juga cukup kesulitan melatihnya. Namun, dengan gaya kami masing-masing, Alhamdulillah kami bisa menyatukan mereka,” katanya.

“Dari yang manja, sampai kekanak-kanakan, mereka ini kan usianya masih 15 tahun. Jadi, gaya-gaya manjanya dan seperti anak-anak berusia 15 tahun kalau di rumah lah,” imbuhnya.

 

4 dari 4 halaman

Tanamkan Attitude sebagai Modal

Selain itu, kiper yang mencetak debut bersama skuad Garuda di Piala Asia 2007 ini juga mengakui bahwa hal utama yang harus ditanamkan pelatih ialah membangun karakter pemain.

Sebab, jika attitude para pemain muda ini bisa dibentuk dengan baik, maka mereka bisa berkembang menjadi pemain yang luar biasa.

“Jadi, untuk menyatukan itulah yang sangat sulit. Kami melatih mereka ini memang harus dengan penuh kesabaran,” katanya.

“Kami juga memberi modal agama terlebih dahulu. Pertama itu agama dahulu, sepak bola belakangan. Kalau mereka attitude-nya bagus lewat agama dan ibadah, nanti bermain sepak bola itu akan mengikuti,” imbuhnya.

Video Populer

Foto Populer