Sukses


Cerita Alfin Tuasalamony saat Berkarier di Belgia: Sempat Nyaris Menyerah dan Ingin Pulang Kampung

Bola.com, Jakarta - Pemain bertahan Persikabo 1973, Alfin Tuasalamony, mengingat kembali masa-masa awal dalam perjalanan kariernya yang cukup menantang karena harus dimulai bersama klub luar negeri.

Alfin Tuasalamony memang cukup beruntung karena bakatnya tercium Timnas Indonesia U-15 dan akhirnya menjadi salah satu pemain yang lolos seleksi Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Indonesia yang berlatih intensif di Uruguay.

Setelah beberapa tahun ditempa program SAD Indonesia, Alfin dan dua pemain lainnya, yakni Yandi Sofyan dan Yericho Christiantoko, mendapat kesempatan untuk berkarier bersama klub Belgia, CS Vise.

Jika dibanding dua rekannya tersebut, Alfin memang terhitung lebih banyak mendapatkan kesempatan bermain. Padahal, ia sempat dilanda kerinduan dan ingin pulang kampung ke Indonesia.

.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Nasihat Rekan Sejawat

Pemain berusia 30 tahun ini mengatakan, masa-masa awal kariernya di Belgia memang menjadi momentum paling menentukan dalam hidupnya.

Sebab, jika saja Alfin Tuasalamony memutuskan untuk menyerah dan meninggalkan Belgia, jalan hidupnya bisa saja berbeda. Pemain asal Tulehu ini merasa beruntung karena mendapat nasihat dari rekan-rekannya.

Berkat anjuran yang diberikan rekan-rekannya itu, Alfin mampu melanjutkan kariernya bersama CS Vise hingga berlangsung selama tiga tahun.

"Tahun pertama memang agak sedikit susah. Pada beberapa bulan awal saya sempat berpikir untuk pulang saja ke Indonesia,” kata Alfin, dikutip dari kanal YouTube milik Persikabo 1973.

“Namun, ada nasihat dari teman-teman. ‘Kamu sabar saja. Itu memang biasa, kalau kita datang dari suatu tempat ke tempat orang lain, kita butuh waktu untuk beradaptasi’. Jadi saya bersabar saja sampai tiga tahun,” lanjutnya.

 

3 dari 5 halaman

Kendala Bahasa, Makanan, hingga Cuaca

Alfin menjelaskan, tantangan utama bagi para pesepak bola yang merantau di luar negeri setidaknya berada pada tiga aspek, yakni bahasa, makanan, dan cuaca.

Soal bahasa, Alfin harus menjalani kursus terlebih dahulu agar proses komunikasinya bersama para pemain dan staf pelatih CS Vise berjalan dengan lancar.

“Yang cukup susah itu masalah bahasa. Kami harus sekolah dahulu saat pertama kali tiba di sana selama sebulan hingga dua bulan,” ujarnya.

“Kursus ini bertujuan untuk mempelajari bahasa mereka agar bahasa pelatih bisa kami pahami dan bisa kami laksanakan,” lanjut eks-pemain RANS Nusantara FC itu.

“Selain bahasa, ada iklim dan makanan. Sebab, dari Senin hingga Minggu, menu-menu makan yang akan dilahap sudah diatur oleh tim. Sedangkan cuaca berkaitan dengan empat musim, mulai dari musim semi, panas, gugur, dingin, “ tambahnya.

 

4 dari 5 halaman

Main Paling Banyak

Selama tiga musim memperkuat CS Vise pada rentang tahun 2011 hingga 2013, Alfin menjadi pemain Indonesia yang mendapatkan kesempatan bermain terbanyak.

Sebab, dia sukses membukukan total 49 pertandingan dan menyumbang satu gol.

Namun, pada 2014, ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia saat direkrut Persebaya Surabaya yang akhirnya berubah nama menjadi Bhayangkara FC.

5 dari 5 halaman

Yuk Lihat Peta Persaingan

Timnas Indonesia Masih Punya Peluang ke Olimpiade 2024

Video Populer

Foto Populer