Bola.com, Jakarta - Di tengah maraknya pemberitaan terkait performa Timnas Indonesia yang terus meningkat dalam dua tahun belakangan, PSSI ternyata dihadapkan dengan segepok pekerjaan rumah (PR) yang berat.
Salah satu PR yang harus segera dituntaskan adalah terkait minimnya jumlah pelatih. Indonesia butuh banyak pelatih sepakbola profesional berjenjang dan bersertifikat jika ingin berkembang dan maju seperti Jepang.
Baca Juga
Totalitas! 1.500 Suporter Diprediksi Dukung Timnas Indonesia di Kandang Bahrain, Banyak yang Datang dari Timur Tengah
PSSI Proses Perpindahan Federasi Mees Hilgers dan Eliano Reijnders dari KNVB di FIFA, Baru Daftar ke Timnas Indonesia Vs Bahrain dan China
Arya Sinulingga Sindir Balik yang Nyinyirin Program Naturalisasi Timnas Indonesia: Nyata Ada Hasilnya!
Advertisement
Jepang mampu menghasilkan ribuan pelatih, kendati jumlah penduduknya kalah jauh dari Indonesia.
Terkait banyaknya jumlah pelatih di Negara Sakura tersebut dilontarkan Arya Sinulingga, salah satu Exco PSSI, saat menjadi tamu di kanal YouTube Sport77 belum lama ini.
"Aku kalau cerita ya, nangis kita lihat sepak bola Indonesia ini. Kunci kita itu sebenarnya di guru. Kita enggak punya banyak guru. Siapa gurunya, ya pelatih. Aku kasih perbandingan, antara Jepang sama kita. Jepang itu, totalnya 93 ribu pelatih. Sedangkan Indonesia 12 ribu," kata Arya Sinulingga.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Perbandingannya 1:8
Padahal, menurut Arya Sinulingga, Jepang jauh kalah kecil jika dibandingkan Indonesia yang sangat luas. Secara rinci, ia membeberkan klasifikasi lisensi pelatih-pelatih di Jepang.
"Yang berlisensi D, mereka berjumlah 53 ribu. Kita cuma delapan ribu. Padahal, yang D ini adalah (pelatih) SSB (sekolah sepak bola). Berapa SSB kita? Satu provinsi saja bisa 1000 SSB".
"Makanya sedih kita. Ada orang (pemain) punya potensi bagus secara fisik dan sebagainya, tapi nggak ketemu sama pelatih yang bagus ya hilang potensinya".
"Itu baru D. Yang C, di sana 29 ribu kita cuma 3000. Yang B, di sana 8000 di sini 700. Yang A, Di sana 2800 kita cuma 35".
Â
Advertisement
Instuktur Juga Minim
Arya Sinulingga juga membocorkan ihwal minimnya penambahan instruktur pelatih di setiap provinsi.
"Dan yang lebih parah lagi apa? Instruktur. Sejak tahun dua ribu berapa itu, tak ada lagi penambahan instruktur kita. Hanya satu tiap instruktur di provinsi kita. Bali malah nggak punya. Bali nggak instruktur pelatih. Jadi kalau ada kepelatihan pelatih di sana, terpaksa ekspor dari daerah lain," jelas Arya Sinulingga.
"Jadi ini banyak banget PR (pekerjaan rumah) yang harus segera kita kerjakan," imbuh jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga Staf Khusus III Mentri BUMN.
Meski dijejali banyak PR, pria kelahiran Kabanjahe, Sumatera Utara, 18 Februari 1971 mengaku tak mundur untuk memperbaiki sepak bola nasional bersama sang Ketum PSSI, Erick Thohir.
"Aku ketawa aja. Ketika ada yang bilang begini-begini, aku ketawa aja. Ini orang kayak enggak ngerti aja sepak bola kita. Yang ngerti bola ya. Karena permasalahannya mendasar".
"Aku sudah enam bulan di Sumatera Utara. Sekarang kami sudah bikin sertifikasi D. Itu cuma Rp1,5 juta, yang biasanya Rp3,5 juta," kata pemilik Sada Sumatera Utara Football Club.