Sukses


8 Bintang Hebat di Liga Inggris yang Begitu Cepat Terlupakan: Michu Sang One Hit Wonder, Si Tajam Patrick Berger

Bola.com, Jakarta - Sejarah panjang Premier League dipenuhi dengan nama-nama superstar di jagat sepakbola. Pemain seperti Cristiano Ronaldo, Thierry Henry, dan Luis Suarez semuanya menjadi terkenal di kasta tertinggi Inggris.

Perdebatan tentang siapa pemain terbaik dalam sejarah Liga Inggris terus berlangsung.

Tentu saja, selama 27 tahun sejarahnya (dengan nama baru Premier League), ada juga beberapa pemain hebat yang pernah mentas di kompetisi ini yang aksi menawannya terlupakan dilupakan.

Para pemain ini tidak akan dianggap sebagai yang terbaik di Premier League, tetapi tentu saja dihormati pada masanya. Aksi-aksi mereka terasa menghibur walau karier mereka singkat.

Ibarat lagu, pemain-pemain ini pernah membuat maha karya One Hit Wonder.  Siapa saja mereka?

Berikut 10 pahlawan Liga Inggris yang terlupakan.

Video

2 dari 9 halaman

Mustapha Hadji

Dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Afrika pada tahun 1998 setelah penampilannya yang mengesankan untuk Maroko di Piala Dunia tahun yang sama, Mustapha Hadji melanjutkan perjalanannya ke Liga Inggris setahun kemudian pada tahun 1999.

Seorang gelandang atau pemain sayap yang sangat terampil dan mencetak gol, secara mengejutkan Hadji tidak bergabung dengan salah satu klub elite di Inggris.

Alih-alih, pemain Maroko itu menandatangani kontrak dengan tim semenjana Coventry City, selama periode di mana kehadirannya Sky Blues jadi klub kuda hitam di pentas kompetisi.

Hadji langsung menjadi favorit penggemar setibanya di Highfield Road, sampai-sampai para penggemar Coventry mulai memakai fezzes pada pertandingan sebagai penghormatan atas warisan Maroko-nya.

Hadji membalas keyakinan mereka dengan penampilannya di lapangan juga. Musim pertamanya melihat dia membantu mengubah serangan Coventry menjadi salah satu yang paling kuat di Premier League, dan dia membintangi kemenangan mengesankan atas Newcastle United, Aston Villa, dan Arsenal. Dia mengakhiri musim dengan enam gol atas namanya dalam 33 penampilan.

Sayangnya, pemain Maroko itu tidak bisa menyelamatkan Sky Blues dari degradasi, meski mencetak enam gol lagi di 2000-2001, dan akhirnya pindah ke Aston Villa di musim berikutnya. Hadji menghabiskan tiga musim lagi di Premier League di Villa Park, tetapi tidak pernah benar-benar mencapai ketinggian yang dia lakukan di Coventry.

Dia pindah ke Espanyol pada tahun 2003 dan mengakhiri karier Liga Inggris dengan 97 penampilan dan 14 gol atas namanya.

3 dari 9 halaman

Bryan Roy

Liga Inggris menjadi lebih kosmopolitan di beberapa titik di akhir 1990-an, karena pemain dari seluruh dunia berbondong-bondong menyerbu kompetisi satu ini. Namun, tentu saja ada beberapa impor dengan nama besar yang beredar sebelum titik itu.

Semua orang ingat orang-orang seperti Eric Cantona dan Jurgen Klinsmann. Ada satu pemain hebat lainnya yang terlupakan, ia adalah Bryan Roy.

Seorang pemain sayap cepat yang juga bisa bermain sebagai penyerang, Roy tampil di tim Piala Dunia 1994 Belanda, mencetak satu gol. Setelah turnamen, ia membuat langkah yang agak mengejutkan pada saat itu, pindah dari klub Serie A Foggia ke Nottingham Forest yang baru promosi.

Roy membentuk kemitraan dengan striker Stan Collymore, dan bersama dengan orang-orang seperti Steve Stone dan Ian Woan, tim Frank Clark menjelma menjadi tim yang menakutkan di musim perdananya berlaga di Premier League.

Roy mengakhiri musim dengan 13 gol dalam 37 penampilan saat Forest finis di tempat ketiga (Rekor posisi tertinggi untuk tim promosi mana pun di era Premier League).

Collymore kemudian pindah ke Liverpool pada musim panas 1995, tetapi Roy tetap tinggal di City Ground. Dia terus mencetak gol di Premier League. Ia membantu Forest ke perempat final Piala UEFA 1995-1996.

Karier pria Belanda di Inggris berakhir pada tahun 1997 ketika dia pindah ke Hertha Berlin, dan dia mengakhiri waktunya dengan torehan 24 gol dalam 84 pertandingan di Liga Inggris.

 

4 dari 9 halaman

Michu

Michu sosok one hit wonder dalam arti sesungguhnya. Ia menjalani musim sensasional di Swansea City dengan sangat produktif. Ia sempat jadi incaran banyak klub elite karena pesonanya.

Pemain Spanyol itu digaet Swansea dari Rayo Vallecano pada musim panas 2012 dengan bayaran hanya 2 juta poundsterling. Dia mencetak 15 gol di La Liga pada musim 2011-2012.

Setelah mencetak gol pertama Premier League musim 2012-13, ia terus mencetak gol gila-gilaan, mengakhiri musim sensasional dengan 18 gol di belakang nama-nama beken macam Robin van Persie, Luis Suarez, Gareth Bale, dan Christian Benteke. Dia juga membantu Swans memenangkan Piala Liga, mencetak gol di semifinal dan final.

Tidak mengherankan, sang penyerang dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Swansea. Dan pada musim panas 2013, klub sibuk membentengi Michu dari godaan Tottenham Hotspur dan Liverpool. Nilai transfernya melonjak menjadi 35 juta poundsterling.

Sayangnya, satu musim itu adalah yang terbaik yang dilihat penggemar Premier League dari Michu. Dia berjuang untuk membuat dampak pada musim 2013-2014, namun gagal karena problem cedera,  dan hanya mencetak dua gol. Ia kemudian dipinjamkan ke Napoli pada musim 2014-2015. Di klub baru kariernya makin tenggelam.

 

5 dari 9 halaman

Rob Lee

Tampaknya sulit dipercaya bahwa pemain yang membuat 280 penampilan Premier Leahue dan mencetak 34 gol bisa dilupakan begitu saja hari ini. Namun, itulah yang terjadi dengan mantan bintang Newcastle United dan Derby County, Rob Lee.

Lee bergabung dengan Newcastle ketika mereka masih bermain di Championship Division pada musim 1992-93, dan torehan 10 golnya membantu mereka untuk promosi ke Premier League.

Ia mengoleksi tujuh gol dalam debutnya musim Liga Inggris, kehilangan hanya satu dari 42 pertandingan Magpies saat mereka finis di posisi ketiga yang mengesankan.

Meskipun mencetak 14 gol di semua kompetisi pada 1994-1995, musim 1995-96 menjadi puncak karier Lee di St. James Park. Bergeser ke peran yang lebih menyerang oleh bos Kevin Keegan, ia memulai musim dengan performa luar biasa, mencetak sejumlah gol kunci dan memenangkan penghargaan Player of the Month untuk November 1995.

Penampilannya membuatnya mendapat tempat reguler di skuad Timnas Inggris. Newcastle yang mendominasi sepanjang musim harus menerima kenyataan pahit disodok di pengujung oleh Manchester United.

Lee tetap menjadi pemain reguler di Newcastle selama enam musim berikutnya, tetapi meskipun ditunjuk sebagai kapten oleh penerus Keegan, Kenny Dalglish, dia tidak pernah mencapai level permainan terbaik seperti dimusim-musim sebelumnya.

Robert Lee akhirnya pensiun pada usia 40 setelah bermain di tim League Two, Wycombe Wanderers. Lee baru-baru ini terlihat di acara TV Harry's Heroes bersama pensiunan bintang Inggris lainnya, memunculkan ingatan kembali tentang aksi sang bintang di masa lalu.

 

6 dari 9 halaman

John Carew

Striker Norwegia, John Carew bermain untuk beberapa klub besar di Eropa selama kariernya, termasuk Valencia, Roma dan Lyon. Tapi di Aston Villa-lah dia membuat namanya terkenal.

Dan meskipun dia bukan pencetak gol yang produktif, ia amat dicintai penggemar Villans.

Striker jangkung bergabung dengan Villa di pertengahan musim 2006-2007. Ia langsung membuat membuat dampak, mencetak tiga gol dalam 11 pertandingan Premier League pertamanya dengan klub.

Dalam musim penuh perdananya, ia mencetak 13 gol dalam 32 pertandingan, menjadi pencetak gol terbanyak Villa dan membantu mereka finis di urutan keenam yang mengesankan.

Produktivitas Carew terus berlanjut di Villa Park. Ia mencetak 15 dan 17 gol, finis sebagai pencetak gol terbanyak Villa selama tiga musim berturut-turut.

Namun, pada musim 2010-2011, cedera dan usia mulai mempengaruhi kinerjanya. Carew hanya membuat 10 penampilan Liga Inggris, karena dia tidak disukai oleh bos baru Gerard Houllier, yang menggantikan Martin O'Neill saat musim dimulai.

Perpindahan pinjaman ke Stoke City dengan cepat diatur, tetapi ia gagal membuat dampak dan setelah menghabiskan musim 2011-2012 bersama West Ham. Sang striker pensiun karena masalah cedera yang sedang berlangsung.

7 dari 9 halaman

Patrik Berger

Piala Eropa 1996 paling dikenang karena perjalanan Timnas Inggris yang sensasional ke semifinal, tetapi tim yang paling mengesankan di turnamen itu adalah Republik Ceska. Dipenuhi dengan prospek muda dan berbakat, Ceska berhasil mencapai final, di mana mereka akhirnya dikalahkan oleh Jerman.

Sejumlah talenta muda mereka berhasil bermain di liga-liga besar Eropa. Pemain yang paling berpengaruh di Liga Inggris tidak diragukan lagi adalah Patrik Berger. Gelandang serang ini sempat menghabiskan satu musim di Bundesliga bersama Borussia Dortmund, tetapi kepindahannya ke Liverpool yang benar-benar membuatnya terkenal.

Musim pertama Berger di Merseyside sangat fantastis, karena ia sangat cocok dengan budaya klub dan memberikan pengaruh langsung. Ia mencetak sembilan gol di semua kompetisi dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Inggris Bulan September 1996.

Setelah kompatriotnya di tim layaknya Robbie Fowler dan Steve McManaman pergi dari The Reds, Berger bertahan cukup lama di Anfield hingga akhir musim 2002-2003. Meskipun dia sering keluar masuk tim utama, dia masih memainkan banyak pertandingan untuk The Reds (hampir 200 pertandingan) dan membantu mereka meraih kemenangan di Piala FA 2001 dan Piala UEFA.

Berger meninggalkan Anfield setelah musim 2002-2003 yang suram karena gangguan cedera. Lima musim selanjutnya ia sempat berkiprah di Portsmouth dan Aston Villa.

8 dari 9 halaman

Olivier Dacourt

 
 
 
View this post on Instagram

O meio-campista Olivier Dacourt foi um dos representantes do bom time que o Leeds United mostrou ao mundo no início dos anos 2000. O francês vivia seu auge, e era um dos favoritos da torcida dos Peacocks: “Eu tive sorte de vencer títulos após minha passagem por lá [pelo Leeds], com a Internazionale, mas nunca encontrei uma atmosfera no time que fosse como era a do Leeds. Uma atmosfera entre os jogadores… Todos estavam em uníssono [...] Naquele momento, não tínhamos preocupações, sempre saíamos juntos. A atmosfera no time…. Nunca encontrei isso outra vez”, contou ao News Bwin. Dacourt também falou sobre alguns de seus companheiros. Primeiro, lembrou seu favorito: “O que eu gostava, porque ele era Dr. Jekyll e Sr. Hyde, era Alan Smith. No campo, ele era um cachorro louco. Ele se movimentava, pressionava, nunca tinha visto isso de um atacante. Para nós, meio-campistas, era extraordinário ter alguém como Alan Smith, porque ele trabalhava muito. Quem além dele? Rio Ferdinand. Havia muitos jogadores talentosos”. Sobre o zagueiro, o francês foi assertivo ao garantir que ele valeu cada centavo gasto em sua contratação junto ao West Ham: “Rio tinha um talento tremendo, ele poderia ter jogado como meio-campista, podia fazer qualquer coisa com a bola, e, além disso, ele tinha personalidade. Em algum momento, se você se destaca em grandes clubes como o Manchester United, não é apenas talento, é também personalidade, rigor, é trabalho e não estou surpreso que ele tenha feito a carreira que fez, por causa das coisas que já se podia ver [no Leeds]”. Em duas temporadas e meia, o francês fez 81 jogos pelo Leeds, participando quase integralmente da campanha de semifinais da Liga dos Campeões da Europa, em 2000-01, quando os Peacocks enfrentaram equipes como Barcelona, Milan, Real Madrid e Deportivo La Coruña, antes da eliminação pelo Valencia. _ #FootballCulture #FootballWriters #Football #Fútbol #Futebol #Soccer #Fußball #Calcio #OlivierDacourt #LeedsUnited #Leeds #Peacocks #EllandRoad #Jornalismo #JornalismoIndependente #JornalismoEsportivo #Journalism #IndependentJournalism #SportsJournalism #Periodismo #OFutebólogo

A post shared by O Futebólogo (@ofutebologo) on

Leeds United dari akhir 1990-an hingga awal 2000-an adalah salah satu yang paling dikenang dalam sejarah Premier League. Dipenuhi dengan talenta muda, tim David O'Leary mengejutkan semua orang untuk mencapai semifinal Liga Champions 2000-2001. Mereka diyakini akan bertahan di persaingan atas Liga Inggris untuk tahun-tahun mendatang.

Sayangnya hal itu tidak pernah terjadi. Leeds akhirnya hancur berantakan dan terdegradasi pada tahun 2004. Tapi fans masih melihat kembali kekaguman pada pemain seperti Jonathan Woodgate, Harry Kewell dan Alan Smith. Namun, satu pemain dari tim itu yang dilupakan secara tidak adil adalah gelandang Prancis, Olivier Dacourt.

Gelandang bertahan yang ulet dan tekun, Dacourt masih sempat bermain di Premier League pada musim 1998-1999 untuk Everton, tetapi karena gagal brkembang akhirnya kembali ke Prancis bersama Lens.

Penampilannya di Ligue 1 dengan cepat meyakinkan Leeds untuk membawanya kembali ke Liga Inggris. Di musim panas 2000, mereka memecahkan rekor transfer untuk mengontraknya, membayar Lens 7 juta poundsterling untuk jasanya.

Dampaknya di Elland Road sangat cepat. Dacourt cocok dengan lini tengah Leeds dengan sempurna, bermain bersama orang-orang seperti Lee Bowyer dan David Batty untuk memberi tim O'Leary beberapa gigitan nyata.

Dia membuat 48 penampilan di semua kompetisi (33 di Liga Inggris).  Fakta bahwa dia menerima kartu kuning paling banyak untuk tim hanyalah bukti dari gayanya yang agresif.

Pemain asal Prancis itu membantu Leeds ke semifinal Liga Champions yang terkenal di musim pertamanya, di mana mereka gagal ke final karena digasak Valencia, tetapi tetap menjadi pemain reguler sampai O'Leary dipecat pada akhir musim 2001-2002.

Dari sana, ia tidak lagi disukai oleh bos baru Terry Venables dan pada musim panas 2003, ia pindah ke klub Italia Roma.

Sejak itu, sebagian besar penggemar Premier League telah melupakan Dacourt. Ia sempat berkiprah di Fulham pada 2008-2009, namun aksinya tak lagi terasa spesial.

 

9 dari 9 halaman

John Arne Riise

Meskipun mereka tidak pernah menjuarai Liga Inggris pada periode pertengahan 2000-an, Liverpool tetap masuk kategori tim yang sukses.

The Reds memenangkan banyak trofi di bawah Gerard Houllier dan Rafael Benitez, termasuk Piala Liga 2003, Liga Champions 2005, dan Piala FA 2006. Salah satu pemain kunci tim  adalah pemain internasional Norwegia, John Arne Riise.

Mampu bermain sebagai bek kiri, bek sayap kiri dan sayap kiri, Riise bergabung dengan Liverpool hanya dengan transfer 4 juta poundsterling dari AS Monaco pada musim panas 2001. Saat menjalani musim debutnya ia mencetak tujuh gol, termasuk gol ke gawang Arsenal dan Manchester United.

Sang pemain bermain selama enam musim di Anfield. Dia sangat dicintai oleh penggemar The Reds karena stamina, akselerasinya yang luar biasa, dan juga tembakannya yang keras. Ia mencetak banyak gol spektakuler selama bertahun-tahun.

Meskipun menjadi anggota tim Benitez yang dapat diandalkan (menjadi starter di final Liga Champions 2005, 2008, dan final Piala FA 2006), karier Riise harus berakhir tak mengenakkan. Kedatangan pemain baru Fabio Aurelio membuatnya terpinggirkan. Ia kemudian hijrah ke AS ke Roma.

Riise kembali ke Premier League bersama Fulham pada 2011, dan menghabiskan tiga musim di Craven Cottage. Secara keseluruhan, dengan rekor 321 penampilan dan 21 gol di Liga Inggris, ia tetap menjadi salah satu bek sayap hebat yang pernah ada.

Sumber: Sportskeeda

Video Populer

Foto Populer