Sukses


Liga Inggris: Kehadiran Antonio Conte Tak Mampu Menahan Kepergian Harry Kane dari Tottenham Hotspur

Bola.com, Jakarta - Mantan bos Chelsea dan Inter Milan, Antonio Conte menjadi kandidat utama manajer Tottenham Hotspur. Negosiasi dengan Direktur Utama Spurs, Daniel Levy, berjalan mulus.

Spurs sempat melakukan kontak dengan mantan bos Mauricio Pochettino pekan lalu tetapi PSG tetap teguh dalam penolakan mereka untuk mengizinkannya pergi.

Daniel Levy tidak mungkin membiarkan situasi itu berlarut-larut terlalu lama. Klub ini tidak memiliki manajer permanen sejak kepergian Mourinho pada 19 April.

Levy mengatakan klub telah "kehilangan arah" selama pembangunan stadion baru dan pandemi Covid-19. Spurs menyelesaikan musim lalu di urutan ketujuh klasemen akhir Premier League, mereka hanya tampil Liga Konferensi Eropa musim depan.

Akankah kedatangan Antonio Conte akan merubah pendirian Harry Kane?

Kane, yang memenangkan Sepatu Emas Premier League, mengatakan dia berharap untuk melakukan "pembicaraan yang baik dan jujur" dengan Levy tentang masa depannya, di tengah laporan bahwa dia secara resmi telah meminta untuk pergi.

Kedatangan Antonio Conte rasanya tidak akan membuat sang striker bertahan. Ia sudah telajur frustrasi dengan pencapaian klub yang minimalis selama 6 tahun terakhir.

Video

2 dari 4 halaman

Keresahan yang Bisa Dipahami

Keresahan Harry Kane soal masa depannya di Tottenham Hotspur itu dipahami rekan setimnya, Moussa Sissoko.

Harry Kane kencang dikabarkan akan meninggalkan Tottenham Hotspur musim panas ini. Sejumlah klub di antaranya Manchester United, Manchester City, Chelsea, Real Madrid, dan Barcelona dikaitkan dengan namanya.

Titel yang tak kunjung datang di Tottenham memicu keresahan Harry Kane. Bahkan sejak musim lalu, Kane mulai menunjukkan sinyal bahwa ia ingin mulai merasakan trofi-trofi.

Keresahan itu bisa dibilang sangat masuk akal. Sebab Kane sudah berkontribusi begitu besar buat The Lilywhites, tengok saja catatan golnya.

Ia sudah membuat 221 gol dalam 336 penampilan bersama Tottenham, plus membuat 47 assist. Pada musim 2020-2021 kemarin, ia membukukan 33 gol dan 17 assist alias berkontribusi langsung dalam terciptanya 50 gol tim, dari 49 penampilan.

Tapi bahkan penampilan gemilang itu tak cukup untuk menghadirkan gelar. Gelandang Tottenham Moussa Sissoko mengakui Tottenham sudah cukup mengecewakan Kane dan ia memahami betul perasaan sang penyerang.

"Seperti semua pemain, dia ingin memenangi titel-titel. Seorang pemain dengan kualitas sepertinya layak untuk memenangi titel dari musim ke musim," katanya kepada dikutip dari Metro.

"Sayangnya, kami gagal melakukannya di tiap kesempatan atas berbagai alasan. Saya rasa ini pasti bikin dia kesal. Tapi dia tidak secara resmi mengatakan ingin meninggalkan klub."

"Harry adalah salah satu penyerang terbaik di dunia. Setiap tahunnya, dia menuntaskan musim sebagai top scorer di Premier League atau di antara pencetak gol terbaik di liga."

Baca juga: Demi Harry Kane, Manchester City Sodorkan Jesus & Sterling ke Spurs"Dia menjalani tahun yang luar biasa karena finis sebagai top skor dan pembuat assist terbanyak di Premier League. Saya tak tahu sih apakah dia akan pergi atau tidak, tapi kalau dia memang pergi, saya doakan yang terbaik."

"Dia layak memenangi titel-titel dengan semua yang sudah dia berikan. Dia sungguh seorang pemain yang luar biasa. Kami sih berharapnya dia bertahan selama mungkin," imbuh gelandang asal Prancis tersebut.

3 dari 4 halaman

Keputusan yang Aneh

Harry Kane pun kabarnya tak yakin Antonio Conte bakal bisa menyulap Spurs menjadi klub yang agresif dalam perburuan gelar.

Manajemen Tottenham terlalu irit dalam belanja pemain. Skuat mereka kalah mentereng dibanding Liverpool, Manchester City, Chelsea, atau Manchester United.

Keputusan Levy menggaet Conte juga terasa aneh. Ia baru-baru ini memecat Jose Mourinho, karena dianggap menjalankan tim dengan filosofi bertahan yang tak sesuai dengan jati diri Spurs. Nah, Conte pelatih berkarakter sama, doyan memainkan sepak bola bertahan mengandalkan counter attack.

Conte memenangkan Liga Inggris 2016-17 di musim pertamanya sebagai manajer Chelsea tetapi dipecat pada akhir musim berikutnya ketika ia memenangkan Piala FA tetapi finis di urutan kelima di liga.

Pria berusia 51 tahun itu memimpin Inter ke final Liga Europa pada 2019-20 dan hanya terpaut satu poin dari juara Italia Juventus - yang unggul 21 poin pada musim sebelumnya.

Inter mengklaim Scudetto ke-19 mereka dengan empat pertandingan tersisa musim lalu, dengan perolehan poin mereka di peringkat 91 sebagai yang tertinggi kedua dalam sejarah klub.

Sumber: BBC

4 dari 4 halaman

Klasemen Akhir Premier League 2020-2021

Video Populer

Foto Populer