Man City dan Lonceng Peringatan dari Plymouth

Laga ini juga menunjukkan bahwa Man City masih sangat bergantung pada pemain-pemain kunci mereka. Skuad yang dalam seharusnya memberi keuntungan dalam rotasi, tetapi pada kenyataannya, tim tetap membutuhkan kehadiran bintang utama agar tetap kompetitif.

Kevin De Bruyne, meski tidak lagi berada di puncak performanya, masih menjadi pembeda dengan kelasnya. Sementara itu, para pemain muda dan nama-nama yang jarang dimainkan tidak memberikan dampak yang signifikan.

Tanpa kehadiran striker murni di sebagian besar laga, serangan The Citizens terasa monoton dan lebih mudah ditebak oleh lawan.

Lini belakang juga menjadi catatan penting. Menghadapi tim yang secara kualitas jauh lebih rendah, Man City tetap memberikan celah yang bisa dimanfaatkan lawan. Masalah ini bukan hanya berasal dari kesalahan individu, tetapi juga kurangnya koordinasi dalam sistem permainan.

Guardiola mungkin masih bereksperimen untuk mencari opsi baru, tetapi jelas masih ada banyak hal yang perlu dibenahi jika mereka ingin menjaga kestabilan di tengah perburuan gelar musim ini.

Saat ini, Man City berada di posisi keempat klasemen Premier League, dan inkonsistensi seperti ini bisa menjadi penghambat serius.

Meski Man City masih mampu meraih kemenangan, performa seperti ini tidak bisa terus berulang. Jika mereka ingin tetap bersaing untuk meraih trofi, Guardiola dan timnya harus segera melakukan penyesuaian yang tepat.

Bukan kali ini saja Erling Haaland dkk. kesulitan menghadapi lawan yang di atas kertas lebih lemah, dan mungkin ini juga bukan yang terakhir.

Jika pola ini terus berlanjut, mereka bisa saja menghadapi konsekuensi yang lebih besar ketika bertemu tim-tim besar.

Piala FA selalu penuh kejutan, tetapi yang paling mencolok dari laga ini adalah bagaimana Man City menunjukkan sisi rapuh yang tak biasa.

Guardiola harus segera menemukan solusi sebelum masalah ini benar-benar menjadi bumerang di sisa musim.