Kasus Crystal Palace di Kompetisi Eropa Bentuk Ketidakadilan Terbesar dalam Sejarah Sepak Bola

Nottingham Forest, yang finis ketujuh di Premier League musim lalu, dapat menggantikan Palace di Liga Europa. UEFA mengatakan bahwa The Eagles dapat mengajukan banding atas keputusan mereka ke Pengadilan Arbitrase Olahraga, dan Parish mengatakan mereka akan melakukannya.

UEFA menetapkan batas waktu hingga 1 Maret 2025 untuk menunjukkan bukti restrukturisasi kepemilikan multi-klub, batas waktu yang dilewatkan oleh Palace. 

Palace berargumen bahwa Textor tidak memiliki pengaruh yang menentukan di klub, tetapi pembelaan klub Premier League itu tidak diterima.

"Semua orang tahu kami bukan bagian dari sistem multi-klub. Kami tidak berbagi staf. Kami terjebak dalam aturan yang tidak dibuat untuk kami," kata Parish. 

"Saya tidak mengerti mengapa panel sampai pada kesimpulan seperti itu. Saya pikir kami telah menunjukkan bahwa John tidak memiliki pengaruh terhadap klub kami." 

"Ini adalah keputusan yang menggelikan. Kami akan meminta pengadilan banding untuk mendengarkan argumen kami," lanjutnya. 

Lyon, yang juga lolos ke Liga Europa, lebih diutamakan daripada Palace karena posisi mereka yang lebih tinggi di liga pada musim sebelumnya.

Juara Prancis tujuh kali itu finis di urutan keenam di Ligue 1, sedangkan Palace berada di urutan ke-12 di Premier League tetapi lolos ke kompetisi Eropa dengan menjuarai Piala FA.

Sebelumnya pekan ini, Lyon memenangkan banding mereka terhadap degradasi dari Ligue 1 setelah mereka diturunkan karena kondisi keuangan mereka.

Jika degradasi mereka benar-benar terjadi, mereka telah setuju dengan UEFA untuk dicoret dari Liga Europa, membuka jalan bagi Palace untuk bermain di kompetisi tersebut. 

Sepak bola Inggris memiliki dua tempat yang dialokasikan di Liga Europa, dengan Aston Villa mengamankan tempat lainnya setelah finis di urutan keenam klasemen, unggul satu poin dari Forest.