Kapten Spurs Itu Pamit: Apa yang Membuat Son Heung-min Istimewa di Premier League?

Didatangkan dari Bayer Leverkusen pada musim panas 2015 dengan nilai transfer 18 juta paun, Son awalnya dikenal sebagai penyerang pekerja keras. Namun, seiring waktu, ia berkembang menjadi satu di antara pemain paling produktif dalam sejarah klub.

Dalam 454 penampilan, Son mencetak 173 gol dan menyumbangkan 101 assist, menjadikannya pencetak gol terbanyak kelima sepanjang masa Spurs sekaligus pemegang rekor assist klub.

Selain kontribusi teknis, Son dikenal karena etos kerjanya di lapangan dan loyalitas yang tak tergoyahkan. Ia menolak berbagai tawaran, termasuk dari Liverpool era Jurgen Klopp, demi bertahan di Tottenham dan memberikan yang terbaik untuk klub.

Ketika Harry Kane, produk akademi Spurs, memilih hengkang ke Bayern Munchen, Son justru tetap bertahan dan bahkan mengambil alih ban kapten.

Ia kemudian memimpin tim meraih gelar pertama mereka dalam 17 tahun, sekaligus trofi Eropa pertama sejak lebih dari setengah abad lalu.

Namun, performa Son mulai menurun dalam satu-dua musim terakhir. Cedera dan kebugaran menjadi isu utama di musim 2024/25. Dengan kondisi demikian, kepergiannya dipandang sebagai keputusan bijak agar kenangan indahnya tetap segar dalam ingatan suporter.

Meski minim trofi, nama Son tetap dikenang sebagai satu di antara pemain paling disegani di Premier League.

Puncak karier individunya terjadi pada musim 2021/22 ketika ia meraih Golden Boot dengan 23 gol, bersanding dengan Mohamed Salah. Yang luar biasa, seluruh gol Son musim itu tercipta dari permainan terbuka, tanpa satu pun penalti.

Ia juga mencatatkan duet paling produktif dalam sejarah Premier League bersama Harry Kane. Kombinasi keduanya menghasilkan 37 gol, rekor tertinggi untuk duet dalam sejarah liga, mengalahkan nama-nama besar seperti Lampard-Drogba atau Gerrard-Torres.

Duet Son-Kane kerap menjadi mimpi buruk pertahanan lawan, bahkan sukses berulang kali meruntuhkan lini belakang Manchester City era Pep Guardiola.

Menjelang laga uji coba kontra Newcastle United di tanah kelahirannya, Korea Selatan, Son menyebut keputusannya meninggalkan Spurs sebagai "yang paling sulit dalam karier saya."

Namun, ia juga menyadari bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk membuka lembaran baru.

Sumber: Sportsmole