Terungkap! Kiper Cuma Boleh Pegang Bola 8 Detik, Ini 10 Aturan Baru Liga Inggris 2025/2026 yang Mengubah Permainan

Bola.com, Jakarta - Musim 2025/2026 akan menjadi era baru bagi kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Inggris, Premier League. Sejumlah aturan baru yang signifikan akan mulai diberlakukan, membawa perubahan fundamental dalam dinamika pertandingan.

Perubahan ini didasarkan pada pembaruan Laws of the Game dari Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB). Tujuannya jelas, yakni meningkatkan sportivitas, mempercepat tempo permainan, dan memberikan perlindungan lebih baik kepada ofisial pertandingan.

Para penggemar sepak bola di seluruh dunia, terutama pecinta Liga Inggris, akan menyaksikan adaptasi yang menarik dari tim dan pemain. Aturan-aturan ini dirancang untuk mengurangi praktik mengulur waktu dan meminimalisir konfrontasi di lapangan.

Inisiatif ini diharapkan mampu menciptakan pertandingan yang lebih adil, cepat, dan menghibur. Dampaknya akan terasa pada setiap aspek permainan, dari strategi tim hingga interaksi antara pemain dan wasit di Liga Inggris.

Salah satu aturan paling menonjol yang akan diterapkan adalah pembatasan waktu kiper dalam menguasai bola. Kiper kini hanya diizinkan memegang bola dalam genggaman maksimal delapan detik.

Pelanggaran terhadap aturan ini akan berakibat fatal bagi tim bertahan, karena tim lawan akan langsung mendapatkan hadiah tendangan sudut. Aturan sebelumnya yang enam detik dengan sanksi tendangan bebas tidak langsung seringkali tidak ditegakkan secara ketat.

Wasit akan memberikan peringatan berupa hitungan mundur lima detik sebelum menjatuhkan hukuman. Aturan ini, yang telah diuji coba di Piala Dunia Antarklub, bertujuan untuk secara efektif menekan praktik mengulur waktu yang sering terjadi dalam pertandingan Liga Inggris.

Untuk meminimalisir kerumunan pemain yang mengelilingi wasit, aturan baru menetapkan bahwa hanya kapten tim yang diizinkan berbicara dengan ofisial. Kapten tim dapat mendekati wasit untuk protes atau diskusi terkait keputusan di lapangan.

Pemain lain yang melanggar aturan ini, terutama jika menunjukkan perilaku tidak sopan, berisiko menerima kartu kuning. Apabila kapten tim adalah seorang penjaga gawang, tim dapat menunjuk pemain lain di lapangan untuk mengambil peran ini sebelum pertandingan dimulai.

Aturan ini diharapkan dapat memastikan interaksi yang lebih cepat, teratur, dan sopan antara pemain dan wasit. Ini merupakan langkah maju untuk menjaga integritas dan kelancaran jalannya pertandingan di Liga Inggris.

Aturan tendangan penalti juga mengalami revisi penting, khususnya terkait insiden sentuhan ganda. Jika seorang pemain secara tidak sengaja menyentuh bola dua kali saat melakukan eksekusi penalti, tendangan tersebut kini dapat diulang.

Syaratnya, bola harus berhasil masuk pada percobaan pertama. Namun, jika sentuhan ganda tersebut terbukti disengaja, tim lawan akan mendapatkan tendangan bebas tidak langsung sebagai hukumannya.

Revisi ini adalah respons terhadap kontroversi yang kerap muncul dalam pertandingan sebelumnya, termasuk insiden di final Piala Eropa Wanita dan Liga Champions. Tujuannya adalah untuk memberikan keadilan dan kejelasan dalam situasi krusial ini di Liga Inggris.

Musim 2025/2026 akan menjadi saksi pengenalan teknologi offside semi-otomatis (SAOT) di Premier League. Sistem ini diharapkan dapat secara signifikan mengurangi penundaan VAR yang panjang, mempercepat keputusan offside, dan telah sukses diuji coba di kompetisi besar lainnya.

Selain itu, penegakan pelanggaran khusus akan lebih ketat. Ini mencakup tindakan terhadap pemain yang menahan lawan (holding) secara berlebihan, aksi menipu wasit (diving, berpura-pura cedera), serta prosedur cedera kepala dengan pemeriksaan minimal 30 detik di luar lapangan.

Wasit akan lebih fokus menindak pemain yang memegang lawan dengan dua tangan, lebih memperhatikan lawan daripada bola, atau membatasi pergerakan penyerang saat situasi bola mati. Ini semua demi meningkatkan keadilan dan integritas permainan di Liga Inggris.

Beberapa perubahan aturan lain juga akan diterapkan untuk meningkatkan kelancaran dan keadilan permainan. Dalam situasi dropped ball, jika permainan dihentikan di area penalti, bola akan dijatuhkan untuk kiper tim bertahan.

Namun, jika dihentikan di luar area penalti, bola akan dijatuhkan untuk tim yang terakhir menguasai bola atau yang seharusnya mendapatkan penguasaan bola jika jelas bagi wasit. Aturan ini bertujuan untuk menghindari situasi yang tidak adil saat permainan dihentikan.

Gangguan tidak sengaja dari luar lapangan oleh pelatih atau pemain pengganti yang tidak memengaruhi jalannya bola hanya akan berujung tendangan bebas tidak langsung, tanpa kartu. Namun, jika gangguan tersebut disengaja, dapat berujung kartu merah.

Posisi asisten wasit pada tendangan penalti juga berubah; mereka akan tetap di garis sentuh, sejajar dengan titik penalti, sementara VAR bertanggung jawab penuh memantau pelanggaran kiper. Aturan offside untuk kiper kini ditentukan oleh titik kontak terakhir mereka, termasuk lemparan atau tendangan, berbeda dengan pemain lain yang dinilai dari titik kontak pertama pengoper bola.

Terakhir, Fantasy Premier League (FPL) juga akan mengalami pembaruan signifikan. Pemain outfield akan mendapatkan poin untuk 'kontribusi defensif', di mana bek yang mencapai total 10 clearance, blok, intersepsi, dan tekel (CBIT) dalam satu pertandingan akan mendapatkan dua poin FPL. Gelandang dan penyerang juga dapat memperoleh poin dari 'pemulihan bola' mereka. Akan ada dua set chip yang diberikan untuk setiap pemain, memungkinkan penggunaan triple captain, free hit, wildcard, dan bench boost dua kali selama musim 2025/2026. Ini akan menambah dimensi baru dalam permainan fantasi Liga Inggris.