Evolusi Gaya Bangun Serangan Man City di Era Donnarumma

Ederson sejatinya bukan penjaga gawang sembarangan. Dalam 372 laga, kiper asal Brasil itu mencatat 168 clean sheet dan menjadi yang terbaik di Premier League musim lalu berdasarkan metrik post-shot expected goals, dengan mencegah lima gol lebih banyak dari peluang lawan yang seharusnya berbuah gol.

Selama delapan musim, Ederson enam kali tampil melebihi ekspektasi statistik. Meski masih kalah tipis dari Alisson dalam urusan refleks, keandalan Ederson dalam menguasai bola membuat Man City dikenal sebagai tim dengan konstruksi serangan dari belakang yang elegan dan berani.

Itulah mengapa, keputusan mendatangkan Donnarumma sempat mengejutkan publik Etihad. Terlebih, Man City baru saja memulangkan James Trafford dari Burnley pada awal musim panas.

Namun, Guardiola tampak mantap dengan pilihannya. Ia rela melepas kiper yang dikenal dengan presisi umpannya, demi sosok yang baru saja memenangkan Liga Champions bersama Paris Saint-Germain (PSG) dan meraih Trofi Yashin di ajang Ballon d'Or.

Masuknya Donnarumma otomatis mengubah cara Man City membangun serangan. Data menunjukkan 42 persen distribusi bola dari sang kiper di Premier League musim ini mengarah ke umpan panjang, naik signifikan dari 30,5 persen musim lalu.

Kendati sebagian karena James Trafford sempat menjadi starter di tiga laga awal, tren ini juga mencerminkan penyesuaian Man City terhadap karakter baru di bawah mistar.

Perbedaan lain terletak pada kaki dominan. Donnarumma lebih nyaman menggunakan kaki kanan, sedangkan Ederson kerap memulai serangan lewat kiri.

Peta distribusi menunjukkan tendangan gawang Donnarumma banyak diarahkan ke sisi kiri lapangan, meski dalam permainan terbuka ia tetap menunjukkan kenyamanan memegang bola.

Ada momen-momen berisiko, seperti umpan tergesa kepada Josko Gvardiol dalam kemenangan atas Brentford, tetapi sejauh ini tak ada yang berujung fatal.

Guardiola tampaknya rela mengorbankan sedikit estetika demi keamanan. Hasilnya pun terasa: Donnarumma mencatat lima clean sheet dari delapan laga.

Penyelamatannya pada debut melawan Manchester United, ketika menggagalkan peluang emas Bryan Mbeumo, sudah cukup menggambarkan kualitasnya.

Tak mengherankan, kehadirannya membuat lini belakang Man City kembali tenang, seperti saat Ederson pertama kali datang.

Perjalanan Donnarumma sudah berjalan panjang, meski usianya baru 26 tahun. Ia akan menandai satu dekade karier profesionalnya pekan depan, sejak debut bersama AC Milan pada usia 16 tahun 242 hari pada 2015.

Empat tahun di PSG menambah catatan impresifnya: mencegah sekitar 22 gol lebih banyak dibanding peluang yang dihadapinya di Ligue 1 dan Liga Champions, sebuah indikator bahwa ia konsisten menjadi penyelamat tim.

Pengaruh itu sudah mulai terasa di Man City. Ketika melawan Brentford dan Arsenal, kehadirannya memungkinkan tim menjaga ketenangan bahkan saat ditekan.

"Penyelamatan yang ia lakukan luar biasa. Itu memberi kami banyak kepercayaan diri," ujar Tijjani Reijnders, gelandang Man City, usai kemenangan atas Napoli bulan lalu.

"Ketika melihatnya lewat, ia tampak seperti raksasa," imbuh kakak Eliano Reijnders itu.

Menariknya, kepindahan Donnarumma ke Manchester semula bukan bagian dari rencana. Ia sebenarnya ingin bertahan di PSG dan memperpanjang kontrak, yang tersisa setahun lagi.

Namun, setelah Man City menurunkan tawaran dari 40 juta menjadi 26 juta paun, kesepakatan pun tercapai menjelang penutupan bursa transfer.

Ia menandatangani kontrak lima tahun saat sedang membela Italia, dan langsung tertarik begitu mendengar Guardiola ingin merekrutnya.

Donnarumma terbang ke Manchester pada 9 September, sehari setelah kemenangan Timnas Italia 5-4 atas Israel, hanya lima hari sebelum derbi melawan MU.

Setibanya di Inggris, ia mengunjungi markas latihan dan Etihad Stadium, lalu berdiskusi selama satu jam dengan Guardiola, ditemani direktur olahraga Hugo Viana.

Dari pertemuan itu, Guardiola merasa yakin: Donnarumma bisa langsung dipercaya tampil di laga besar.

Sejak saat itu, fase baru Man City pun dimulai, era evolusi permainan bersama sang penjaga gawang raksasa asal Italia.

Sumber: NYTimes