Mengapa Florian Wirtz, si Anak Kecil, Kesulitan di Liverpool

Komentar paling tajam mengenai Wirtz datang dari Gary Neville, usai kekalahan Liverpool dari Man City.

"Saya rasa Wirtz terlihat seperti anak kecil di lapangan," ujar Neville dalam siaran Sky Sports.

"Itu tidak bisa dibiarkan," imbuhnya.

Neville bukan satu-satunya pengamat yang menyoroti postur dan kekuatan fisik sang pemain. Sebelumnya, Micah Richards pernah menggambarkannya sebagai sosok yang "kecil, mungil, dan tidak terlalu kuat".

Mantan gelandang Inggris, Joe Cole, juga menilai Wirtz "terlalu ringan".

Kendati kritik tersebut terdengar sederhana, ada benarnya bahwa intensitas fisik Premier League, yang dikenal paling keras di Eropa, menjadi tantangan besar bagi Wirtz. Hal itu sudah terlihat sejak debutnya melawan Bournemouth, ketika ia dengan mudah dijatuhkan Antoine Semenyo.

Pelatih-pelatih papan atas seperti Pep Guardiola dan Mikel Arteta pun selalu menekankan pentingnya memenangkan duel fisik. Guardiola bahkan menyinggung soal duel sebagai kunci keberhasilan timnya mengalahkan Liverpool akhir pekan lalu.

Di Inggris, Wirtz hanya mampu memenangkan 35 persen duel darat dan 11 persen duel udara musim ini. Angka tersebut jauh menurun dibanding catatannya di Bundesliga musim lalu, 45 persen dan 20 persen.

Statistik itu menunjukkan adaptasinya terhadap kerasnya permainan Premier League masih jauh dari ideal.

Berbeda dengan masa keemasannya di Leverkusen, Wirtz di Liverpool sering kali tampak terpinggirkan dari permainan. Ia jarang menerima bola di area berbahaya dan kesulitan menemukan ruang seperti yang biasa ia lakukan di Jerman.

Rata-rata sentuhan bolanya turun drastis, dari 80 kali per laga musim lalu menjadi hanya 58 kali di Premier League. Di sepertiga akhir lapangan, penurunannya bahkan lebih tajam: dari 45 sentuhan per laga di Bundesliga menjadi 27 kali di Inggris.

Hal ini berarti, Liverpool belum berhasil menyalurkan bola kepadanya di posisi ideal. Ada dua kemungkinan penyebab: rekan setimnya belum memahami pergerakannya, atau sistem permainan Arne Slot belum sepenuhnya mendukung peran yang biasa ia mainkan.

Slot mulai bereksperimen dengan memindahkan Wirtz dari posisi gelandang tengah ke area kiri serangan dalam dua laga terakhir.

Perubahan ini sempat membuahkan hasil positif ketika melawan Real Madrid di Liga Champions pertengahan pekan lalu, tetapi gagal berlanjut saat menghadapi Man City.

Menariknya, meski direkrut untuk peran nomor 10, di Leverkusen Wirtz justru lebih banyak beroperasi di sisi kiri dalam formasi 3-4-2-1. Musim lalu, 45 persen sentuhan bolanya terjadi di area kiri serangan.

Di Liverpool, angka itu turun menjadi 25 persen, sementara 27 persen sentuhannya justru datang dari sisi kanan.

Dari sisi kiri, ia bisa bergerak ke tengah menggunakan kaki kanan yang lebih dominan, sekaligus terhindar dari tekanan gelandang dan bek besar Premier League. Karena alasan itu, Slot diperkirakan akan terus menempatkan Wirtz menjauh dari trio gelandang utama dalam waktu dekat.

Ada pula pandangan bahwa kesulitan Wirtz bukan semata karena dirinya, melainkan faktor di sekelilingnya. Meski belum mencatat gol maupun assist, statistik menunjukkan bahwa secara kreatif ia masih tampil cukup produktif.

Di antara para pemain depan yang rutin tampil di Premier League musim ini, hanya tujuh pemain yang menciptakan peluang lebih banyak dari Wirtz. Total, ia sudah menghasilkan 16 peluang bagi rekan setimnya, tetapi tak satu pun berhasil dikonversi menjadi gol.

Satu di antara momen paling mencolok terjadi saat Liverpool kalah dari Chelsea pada Oktober lalu. Wirtz memberi umpan tumit indah kepada Mohamed Salah yang berlari penuh ke depan, tetapi tembakan Salah gagal berbuah gol. Padahal, itu bisa menjadi satu di antara assist terbaik musim ini.

Kejadian serupa juga terjadi saat menghadapi Galatasaray, ketika ia menciptakan peluang besar untuk Alexander Isak dan Conor Bradley, serta saat melawan Real Madrid pekan lalu, ketika umpannya kepada Dominik Szoboszlai berakhir tanpa hasil.

Momen-momen tersebut sudah cukup menunjukkan kemampuan kreatif luar biasa yang dimiliki pemain berbanderol 116 juta paun itu.

Tantangan bagi Liverpool kini adalah bagaimana membuat Wirtz tampil konsisten dan memaksimalkan potensinya di Premier League, bukan soal apakah ia berbakat, tetapi seberapa cepat sistem di sekitarnya bisa membantunya bersinar.

Sumber: Telegraph