Sukses


Taktik Arne Slot Gagalkan Misi Liverpool Mempertahankan Gelar Sejak Awal

Taktik Arne Slot dinilai menggagalkan upaya Liverpool mempertahankan gelar lebih awal.

Bola.com, Jakarta - Membelanjakan 440 juta paun (sekitar Rp9,6 triliun) untuk memperkuat tim, tetapi berujung pada lima kekalahan dari enam laga Premier League, jelas bukan skenario yang dibayangkan Liverpool.

Inilah kenyataan pahit bagi pelatih Arne Slot, yang reputasinya merosot drastis hanya dalam enam bulan setelah sempat dielu-elukan sebagai sosok pembawa harapan menuju gelar ke-20 klub.

Ironisnya, nyanyian "getting sacked in the morning (akan dipecat besok pagi)" kini menggema untuknya, chant yang terakhir kali ditujukan kepada Pep Guardiola di Anfield sebelas bulan lalu.

Bagi Guardiola, yang baru saja mencatat laga ke-1.000 sebagai pelatih, situasi tersebut tentu terasa sebagai bentuk balasan simbolis yang manis.

Slot tampak terpukul seusai kekalahan 0-3 dari Manchester City, Minggu malam WIB lalu. Ia memang sempat geram dengan keputusan kontroversial yang menganulir gol timnya, tetapi ekspresinya menunjukkan kekecewaan mendalam terhadap penurunan performa skuad asuhannya.

Dari catatan lima kemenangan beruntun, Liverpool kini hanya meraih tiga poin dari enam laga terakhir, penurunan tajam yang tak bisa sekadar disebut "penurunan performa".

Padahal, investasi besar klub di musim panas lalu seharusnya mencegah hal semacam ini.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Langkah Strategis, tapi...

Florian Wirtz dibeli seharga 116 juta paun, tetapi belum menyumbang satu pun gol atau assist di liga. Alexander Isak, yang memecahkan rekor transfer Inggris, bahkan tak dimainkan sama sekali sebagai pemain pengganti.

Rekrutmen besar-besaran, termasuk Wirtz, Isak, Hugo Ekitike, Milos Kerkez, dan Jeremie Frimpong, awalnya dipuji sebagai langkah strategis. Namun, integrasi pemain baru butuh pelatih yang adaptif dan visioner, dan di sinilah Slot dinilai gagal.

Wirtz, yang bermain selama 83 menit, hampir tak memberikan ancaman berarti. Ia terlihat kehilangan percaya diri sebelum digantikan Federico Chiesa.

Para pendukung Man City pun melontarkan ejekan, "What a waste of money (uang terbuang sia-sia)", yang sayangnya tak sepenuhnya keliru.

Satu di antara momen paling mencolok adalah ketika umpan Wirtz justru mengarah tepat ke kaki Josko Gvardiol di saat rekan setimnya tengah berlari bebas.

3 dari 4 halaman

Kritik Tajam

Kritik tajam seperti ini bukan hal baru bagi Liverpool. Pada 2021, Roy Keane pernah menyebut tim Jurgen Klopp saat itu sebagai "juara yang buruk", menuding mereka terlena oleh keberhasilan sebelumnya.

Kini, situasinya serupa: Liverpool telah kebobolan 17 gol hanya dalam 11 pertandingan pertama musim ini.

Siapakah juara terakhir yang mencapai angka yang tidak menyenangkan itu? Yap, Liverpool juga, lima tahun lalu.

Semangat juara yang dulu menjadi ciri khas kini seakan hilang. Kekalahan tampak diterima sebagai hal lumrah, bukan tamparan yang membangkitkan.

Di lini belakang, Ibrahima Konate tampil di bawah performa, bahkan kalah duel udara dengan Erling Haaland untuk gol pembuka, membuat sang striker Norwegia tampak seperti Michael Jordan di udara.

Masalah pun menjalar ke lini tengah dan sayap. Dominik Szoboszlai gagal memberikan perlindungan yang dibutuhkan, sementara Conor Bradley kesulitan menghadapi kecepatan dan kelincahan Jeremy Doku.

Semua ini menimbulkan kesan bahwa kemenangan atas Real Madrid di Liga Champions hanyalah anomali di tengah performa domestik yang terus menurun.

4 dari 4 halaman

Sorotan ke Arne Slot

Dalam laga kontra Man City yang seharusnya menjadi pertunjukan besar sepak bola Inggris, mengulang tensi tinggi era Klopp vs Guardiola, hanya tim tuan rumah yang tampil sesuai ekspektasi.

Penurunan performa Virgil van Dijk menjadi cerminan sempurna situasi Liverpool.

Ia sempat frustrasi setelah gol penyama kedudukannya dianulir karena Andy Robertson dianggap berada dalam posisi offside, lalu malah menjadi penyebab gol kedua Man City akibat blok setengah hati yang berujung defleksi ke gawang sendiri.

Kritik Wayne Rooney terhadap bahasa tubuh sang kapten tampaknya tak lagi berlebihan. Alih-alih introspeksi, Van Dijk justru memberi tepuk tangan sarkastik kepada wasit Chris Kavanagh setelah penalti diberikan kepada Man City, tindakan yang hanya memperlihatkan frustrasi tim.

Liverpool kini tampak rapuh secara mental. Keyakinan lama mereka menguap; Mohamed Salah kehilangan ketajaman di momen krusial, dan duet Van Dijk-Konate yang dulu tangguh kini terlihat goyah.

Pada akhirnya, semua sorotan kembali tertuju kepada Arne Slot, pelatih yang kini merasakan kerasnya tekanan Premier League, pelatih yang dengan cepat menyadari betapa tak terduganya kehidupan di liga ini.

Dalam waktu singkat, ia harus membuktikan bahwa proyek besar Liverpool belum berakhir sebagai kegagalan yang dimulai, bahkan sebelum perjuangan mempertahankan gelar benar-benar dimulai.

 

Sumber: Telegraph

Video Populer

Foto Populer