Eric Cantona Kritik Ratcliffe: Stadion Sepi, Tradisi Sir Alex di MU Dihancurkan

Cantona mengungkapkan bahwa ia tulus ingin berkontribusi bagi klub yang telah memberikan segalanya baginya. Namun, tawarannya untuk turut serta dalam perombakan klub tidak mendapatkan respon positif dari pihak kepemimpinan saat ini.

"Saya punya banyak passion dan proyek lain, tapi saya pikir selama dua atau tiga tahun saya bisa mengesampingkan itu dan mencoba memberikan sesuatu untuk klub ini, yang telah memberikan segalanya untuk saya. Tapi Ratcliffe tidak tampak tertarik. Saya sudah melakukan yang harus saya lakukan, jadi saya tidak merasa bersalah lagi. Saya sudah mencoba yang terbaik," ujarnya.

Penolakan tersebut tampaknya telah memperdalam kekecewaan Cantona terhadap arah kebijakan klub. Ia merasa bahwa warisan sepakbola menyerang yang dibangun Ferguson sama sekali tidak dihargai oleh manajemen baru. Bagi Cantona, ini bukan sekadar soal taktik, melainkan identitas klub yang kini tergerus.

Selain masalah kepemimpinan, Cantona juga menyoroti perubahan atmosfer di Old Trafford. Menurutnya, suasana di Teater Impian kini berbeda jauh dari era kejayaan dahulu. Bahkan, ia menyebutkan bahwa banyak penggila setia United kini lebih memilih menyaksikan laga tandang daripada harus berada di stadion yang penuh dengan penonton "turis".

Cantona tidak segan menyebut bahwa ia merasakan perbedaan signifikan saat berkunjung ke Old Trafford musim lalu. Pengalamannya menyaksikan laga melawan Manchester City di kandang justru meninggalkan kesan yang lesu.

"Atmosfer di stadion berbeda, sayangnya. Saya pergi ke Old Trafford musim lalu untuk pertandingan melawan Manchester City, dan saya pikir stadion itu sepi. Fans United lebih memilih pergi ke pertandingan tandang, untuk bersama fans sejati, daripada dikelilingi orang-orang yang datang dari berbagai belahan dunia hanya untuk pergi ke toko merchandise," ujarnya.

Kritikan tersebut menyentuh isu sensitif soal komersialisasi sepakbola modern. Cantona merasa bahwa kehadiran penonton yang lebih banyak mengejar pengalaman "wisata" daripada dukungan sejati telah merusak identitas supporter United. Bagi mantan pemain bernomor punggung 7 itu, hal itu adalah bagian dari proses destruktif yang dilakukan kepemimpinan baru.

Pernyataan ini sejalan dengan kritiknya sebelumnya mengenai fokus klub yang terlalu berorientasi pada uang. Cantona telah berulang kali menyuarakan keprihatinannya bahwa strategi bisnis yang diterapkan Ratcliffe justru menjauhkan klub dari nilai-nilai sejati sepakbola.

Cantona tidak ragu menyebut bahwa ia kini kesulitan mengidentifikasi diri sebagai pendukung United jika ia adalah seorang penggemar baru. Ia merasa bahwa keputusan-keputusan yang diambil manajemen saat ini tidak mencerminkan aspirasi supporters sejati.

"Saya mendukung United karena saya sangat mencintai United, tapi sekarang jika saya seorang fans dan harus memilih klub, saya rasa saya tidak akan memilih United. Karena saya tidak merasa dekat dengan strategi semacam ini, proyek semacam ini. Apakah kalian merasa dekat dengan proyek ini? Saya rasa tidak. Bagi saya, sangat penting untuk menghormati orang-orang seperti kalian, menghormati manajer dan rekan setim. Saya rasa sejak Ratcliffe tiba, ini justru kebalikannya, dan tim direksi ini mencoba menghancurkan segalanya serta tidak menghormati siapa pun. Mereka bahkan ingin mengubah stadion."

Kritik terakhir itu merujuk pada rencana pembangunan stadion baru yang digagas Ratcliffe. Cantona melihat bahwa langkah tersebut adalah simbol dari upaya menghapus jejak sejarah klub. Bagi pria yang pernah menjadi ikon budaya populer United era 90-an, sentimen ini sangat perihal.

Sementara Cantona terus meluapkan kekecewaan, situasi di lapangan tampaknya mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Meski begitu, pelatih Ruben Amorim sendiri mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Meski United kini berada di posisi ketujuh klasemen Premier League dan menunjukkan performa yang lebih stabil, Amorim tetap realistis. Ia menegaskan bahwa timnya masih dalam tahap perbaikan dan tidak boleh terlalu cepat puas.

"Kami punya banyak masalah. Kami baru di awal. Saya tahu kadang hasil membuat orang berpikir kami sudah membaik, tapi kami masih punya banyak pekerjaanan," ujar Amorim usai pertandingan melawan Tottenham.

Pelatih asal Portugal itu juga mengakui bahwa timnya masih harus belajar untuk tidak terlalu nyaman meski unggul. "Tiga poin ada di sana, ruangnya ada di sana, dan saya rasa kami merasa terlalu nyaman selama pertandingan, dan kami perlu mengharapkan bahwa dalam satu situasi apa pun bisa terjadi dan mengubah suasana stadion, dan hari ini itu terjadi. Kami mengendalikan pertandingan dengan baik, tapi kami perlu lebih baik lagi, karena pertandingan itu bisa kami menangkan."

Pernyataan Amorim ini menunjukkan bahwa meski hasil di atas kertas terlihat membaik, proses pembangunan tim belum selesai. Investasi lebih dari £200 juta di bursa transfer musim panas lalu memang membawa dampak positif, tapi fondasi tim masih terasa goyah.

United kini memang berada di jalur yang lebih baik, tapi dengan kritik dari legenda seperti Cantona yang terus berdatangan, tekanan untuk kembali menjadi kekuatan primer di Inggris makin besar. Kemenangan melawan Everton pada 24 November nanti akan menjadi ujian lanjutan bagi Amorim dan anak asuhnya.