Krisis Mo Salah adalah Krisis Nasional, Mesir Pasang Badan Bela sang Anak Emas

Berbeda dengan Inggris, konsensus di Mesir hampir bulat mendukung Salah. Mayoritas menilai wawancara publiknya beralasan.

"Kami melihat dua kutub yang berbeda," kata Moustafa.

Jika media Inggris cepat melabeli Salah tidak menghormati tim dan egois, pandangan dominan di Mesir justru menilai karakter serta rekam jejaknya memberi cukup kredit untuk menyampaikan keluhan.

"Pembicaraan soal pelanggaran kode sakral ruang ganti itu tidak terlalu ada di sini," ujar Fahmy.

"Budaya sepak bola kami selalu menempatkan bintang di atas pelatih dan klub, dan tidak melihat banyak manfaat dari menyimpan semuanya diam-diam," jelasnya.

Arah tudingan pun cepat mengarah ke semua pihak kecuali Salah. Analisis daring di berbagai situs menyalahkan Arne Slot.

FilGoal, misalnya, menyebut pelatih Liverpool itu pengecut dan Salah oportunis dalam judul artikelnya, seraya menulis: "(Salah) seperti petinju yang tampak tenang, menghindari pukulan, lalu menyergap dan melepaskan pukulan KO yang menentukan kemenangan".

Di Kooora, Slot dituduh menerapkan standar ganda setelah kesalahan Virgil van Dijk musim ini memunculkan pertanyaan mengapa sang kapten tidak dicadangkan.

Pundit televisi juga berspekulasi bahwa Michael Edwards, CEO Sepak Bola Fenway Sports Group, dan Direktur Olahraga Liverpool, Richard Hughes, tidak senang dengan permintaan kontrak Salah di muka publik musim lalu, dan bertanya-tanya apakah merekalah yang dimaksud ketika Salah mengatakan "seseorang tidak menginginkan saya di klub."

Pernyataan Jamie Carragher makin memanaskan suasana. Di Sky Sports, ia menyebut Salah sebagai "kegagalan Chelsea", menudingnya "mengorbankan Trent Alexander-Arnold selama delapan tahun", serta mempertanyakan nihilnya trofi Salah bersama Timnas Mesir.

Mantan penyerang Mesir, Mido, yang dikenal publik Inggris lewat Tottenham dan Middlesbrough, menilai Carragher memanfaatkan setiap situasi agar selalu berada di sorotan.

"Dia pemain yang sangat biasa saja … dan mencoba menutupi itu dengan mengkritik pemain bintang," kata Mido.

"Namun, gaya media seperti ini, sepanjang sejarah, terbukti sangat berumur pendek. Dia tidak akan berani mengatakan hal-hal itu tentang pemain Inggris. Saya bertahun-tahun tinggal di Inggris. Orang Inggris sangat ramah, tetapi sayangnya dalam situasi tertentu mereka keras terhadap pemain asing," lanjutnya.

"Pundit punya tanggung jawab memastikan fakta akurat, terlebih saat mengkritik pemain di siaran langsung. Carragher boleh saja menganggap Salah buangan Chelsea, tetapi Liverpool tidak menyelamatkan kariernya. Saat direkrut, dia sudah salah satu pemain terbaik di Serie A. Demikian pula, Jurgen Klopp tidak mungkin menoleransinya jika benar ia "mengkhianati bek kanan selama tujuh musim,'" imbuh Fahmy.

Sejumlah mantan pemain Mesir turut membela Salah, termasuk Hazem Emam dan Mohamed Aboutrika, yang luas dianggap sebagai pemain terbesar Afrika. Keduanya menekankan minimnya konteks dalam kritik Carragher terkait kegagalan Salah menjuarai Piala Afrika.

Setelah Mesir merebut gelar Piala Afrika ketujuh pada 2010, negara itu dilanda gejolak politik hebat. Kerusuhan Stadion Port Said 2012 menewaskan 74 orang, termasuk seorang suporter yang meninggal di pelukan Aboutrika.

Liga Mesir kemudian dihentikan selama dua tahun, yang berdampak besar pada tim nasional yang sangat bergantung pada pemain domestik.

Dengan banyaknya pemain pensiun serta keterbatasan dana dan sumber daya, Mesir gagal lolos ke Piala Afrika 2012, 2013, dan 2015.

Salah secara luas dipandang sebagai katalis kebangkitan Mesir, membawa mereka ke dua final Piala Afrika dan meloloskan tim ke dua Piala Dunia, prestasi yang tak dicapai generasi emas sebelumnya.

"Sekalipun saya menganggap maksud (Carragher) adalah Salah butuh tim untuk meraih gelar, bukti yang ia gunakan untuk mendukung argumennya keliru secara faktual. Jika semuanya salah, apakah argumennya masih layak?" sentil Fahmy.

Usai Liverpool menjamu Brighton pada Sabtu besok, Salah akan bergabung dengan Mesir untuk Piala Afrika kelimanya.

"Saya pikir ini akan memacu Salah untuk membuktikan pendiriannya," kata Moustafa.

"Dia akan menyalurkan kemarahan dan motivasi itu ke lapangan."

"Saya tidak ingin percaya dia tidak berusaha di edisi-edisi sebelumnya, tetapi saya rasa dia selalu memikirkan kepulangan ke Liverpool. Sekarang, mungkin dia tidak yakin akan berakhir di mana. Anda akan melihat sosok yang terpojok," tambahnya.

The Pharaohs, yang tergabung di Grup B bersama Angola, Afrika Selatan, dan Zimbabwe, diperkirakan melaju ke fase gugur.

Namun, pertanyaan terus mengemuka apakah Hossam Hassan, pencetak gol terbanyak sepanjang masa Mesir dan pelatih kepala sejak Februari 2024, mampu mengantar skuad yang menua dan tidak merata itu meraih gelar, di tengah dukungan federasi yang dinilai lemah.

Satu hal yang pasti: publik Mesir akan membela kapten mereka dengan gigih hingga akhir. Di mata mereka, Salah telah lama mendapatkan loyalitas dan respek, dan hampir tak ada yang mampu menggoyahkan komitmen tersebut.

Sumber: The Guardian