Fokus Pemerintah Bukan Gerbong Perokok, tapi Konektivitas Transportasi Nasional

AHY menambahkan, peta jalan transportasi nasional yang sedang disusun pemerintah diarahkan untuk menciptakan sistem yang inklusif dan bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dengan begitu, pembangunan ekonomi tak hanya terkonsentrasi di wilayah tertentu, melainkan merata di berbagai daerah.

Ia menegaskan, konektivitas yang baik akan membuka titik-titik pertumbuhan ekonomi baru sekaligus mempercepat pengembangan wilayah.

"Ini investasi jangka panjang untuk kemajuan bangsa," lanjut AHY.

Lebih jauh, AHY menggarisbawahi pentingnya pengembangan konsep Transit Oriented Development (TOD).

Konsep ini mendekatkan hunian dengan pusat aktivitas sehingga masyarakat bisa bertransportasi lebih efisien dan ramah lingkungan.

TOD, lanjutnya, juga berperan dalam mengurangi emisi karbon, sejalan komitmen pemerintah menekan dampak pemanasan global.

"Setiap proyek transportasi harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan karena krisis iklim adalah tantangan serius yang harus kita hadapi bersama," ucap AHY.

Sementara itu, PT KAI menegaskan tidak akan mengakomodasi wacana gerbong khusus perokok. Seluruh layanan kereta api dipastikan tetap menjadi kawasan tanpa rokok (KTR) demi kenyamanan dan keselamatan penumpang.

Komitmen serupa juga ditegaskan oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Allan Tandiono. Menurutnya, sebagai transportasi umum, kereta api wajib menjaga lingkungan bebas asap rokok sesuai regulasi kesehatan yang berlaku.

"Lingkungan bebas asap rokok di transportasi umum adalah hak semua penumpang," tegas Allan.

Dengan demikian, pemerintah memastikan arah pembangunan transportasi lebih menitikberatkan pada integrasi, inklusivitas, dan keberlanjutan, bukan pada wacana yang justru berpotensi mengurangi kenyamanan masyarakat.

Sumber: merdeka.com