Dirut Pertamina Bidik Merger Tiga Anak Usaha Rampung Awal 2026

Menurut Simon, keputusan melakukan merger ini didasari oleh kondisi pasar energi internasional yang sedang mengalami perubahan besar.

Ia menilai, tren penurunan permintaan minyak akibat transisi energi dan isu lingkungan membuat perusahaan migas dunia harus beradaptasi dengan cepat.

"Permintaan minyak dunia sekarang turun tajam karena pergeseran ke energi bersih, sementara kapasitas produksi justru meningkat akibat pembangunan kilang baru di berbagai negara," jelasnya.

Kondisi tersebut, lanjut Simon, menuntut Pertamina untuk memperkuat sinergi antarunit bisnis agar lebih terintegrasi, dari pengolahan, distribusi, hingga logistik maritim.

Melalui penggabungan tiga anak usaha itu, Pertamina berharap dapat memangkas biaya operasional, mempercepat proses bisnis, dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Selain rencana merger, Simon menyoroti pentingnya optimalisasi proses bisnis di seluruh lini Pertamina. Upaya ini mencakup evaluasi prosedur kerja, penerapan teknologi modern, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk mendorong efisiensi dan produktivitas.

"Semua langkah ini harus membuat kegiatan operasional menjadi lebih efektif dan efisien," tuturnya.

Ia menambahkan, Pertamina akan tetap fokus pada bisnis inti di sektor minyak dan gas, sembari mempercepat pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai bagian dari komitmen transisi energi nasional.

"Yang tidak kalah penting, semua langkah tersebut dilakukan untuk menjaga reputasi perusahaan," kata Simon.

Menurutnya, reputasi yang kuat sangat berpengaruh terhadap kepercayaan publik, mitra kerja, maupun investor.

Simon menutup dengan menyatakan bahwa restrukturisasi dan efisiensi ini menjadi bagian dari strategi besar Pertamina untuk mewujudkan visi sebagai perusahaan energi kelas dunia yang inovatif, tangguh, dan berkelanjutan.

Sumber: merdeka.com