Galaxy Z Trifold Ludes di Pasaran meski Berharga Rp40 Juta, Ini Detail Spesifikasinya

Langkah Samsung di pasar ponsel lipat bukanlah proses instan. Sejak merilis Galaxy Z Fold generasi pertama, perusahaan asal Korea Selatan itu sempat menuai kritik, terutama terkait ketahanan layar berbahan polimer dan desain notch yang dianggap mengganggu.

Perbaikan signifikan mulai terlihat pada Galaxy Z Fold 2 yang meluncur pada 2020, sebagaimana dilaporkan Android Police, Minggu (21-12-2025).

Meski belum sepenuhnya sempurna, Fold 2 menjadi fondasi penting bagi pengembangan lini ponsel lipat Samsung berikutnya. Perkembangan tersebut mencapai puncaknya pada Galaxy Z Fold 7, yang kini dibekali layar Ultra-Thin Glass (UTG).

Samsung mengklaim material ini mampu bertahan hingga 10 tahun penggunaan normal serta meminimalkan bekas lipatan.

Galaxy Z Fold 7 juga telah mengantongi sertifikasi IP48. Dari sisi desain, perangkat ini tampil lebih pendek dan lebar, dengan layar depan enam inci yang dinilai lebih nyaman digunakan dibanding generasi sebelumnya.

Saat dibuka penuh menjadi layar delapan inci, ponsel ini mendukung aktivitas multitasking dengan lebih leluasa.

Kemampuan kamera Galaxy Z Fold 7 juga diklaim setara seri Galaxy S26 Ultra, meski tanpa lensa ultrawide. Sementara dari sisi perangkat lunak, Samsung menghadirkan berbagai fitur multitasking yang dioptimalkan untuk layar besar, termasuk Open Canvas.

Sebagian besar keunggulan Galaxy Z Fold 7 turut dibawa ke Galaxy Z Trifold. Samsung menyebut perangkat ini telah melalui pengujian hingga 200 ribu kali lipatan, serta menggunakan proses bonding baru yang membuat bodinya lebih tipis, tetapi tetap kukuh.

Di sektor perangkat lunak, Galaxy Z Trifold menjadi ponsel Samsung pertama yang mendukung Samsung DeX secara mandiri. Fitur ini memungkinkan pengguna menghubungkan mouse dan keyboard tanpa memerlukan layar eksternal sehingga mendukung produktivitas layaknya komputer.

Meski begitu, desain lipatan Galaxy Z Trifold menghadirkan tantangan tersendiri.

Berbeda dengan Huawei Mate XT yang mengusung mekanisme lipat akordeon, layar Trifold dilipat ke dalam dari dua sisi. Konsekuensinya, perangkat ini tidak bisa digunakan layaknya ponsel lipat bergaya buku karena layar akan otomatis nonaktif saat satu di antara sisi ditutup.

Kendati memiliki keterbatasan tersebut, Samsung tetap menempatkan kualitas dan ketahanan sebagai nilai utama. Galaxy Z Trifold diposisikan sebagai perangkat inovatif dengan pendekatan yang ambisius.

Namun, dengan estimasi harga di pasar Amerika Serikat mencapai 2.900 dolar AS atau sekitar Rp40 juta, konsumen dituntut mempertimbangkan nilai teknologi yang ditawarkan dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Galaxy Z Trifold kini telah dipasarkan di sejumlah negara dan mendapat sambutan positif, dengan laporan bahwa stoknya selalu habis setiap kali diperbarui. Di Korea Selatan, ponsel ini dijual seharga 3.590.400 won atau sekitar Rp40,6 juta.

Hingga kini, Samsung belum memastikan jadwal peluncuran Galaxy Z Trifold di Indonesia. Meski begitu, tim Tekno Liputan6.com telah berkesempatan melihat dan mencoba langsung perangkat tersebut di Tanah Air.

Saat digenggam, Galaxy Z Trifold terasa berbeda. Dalam kondisi tertutup, ketebalannya hanya 12,9 mm dan menggunakan engsel dual-rail Armor FlexHinge.

Samsung juga menyematkan titanium housing pada engsel untuk memastikan ketahanan hingga 200.000 kali lipatan, setara pemakaian sekitar lima tahun.

Layar utama 10 inci dinilai cukup ideal untuk menikmati konten video maupun membuka tiga aplikasi secara bersamaan. Di bagian luar, terdapat layar Dynamic AMOLED 2X dengan refresh rate 120Hz di panel tengah, sementara sisi kiri menampung modul tiga kamera dan sisi kanan tampil polos.

Berbeda dari seri Fold lainnya, bagian belakang Galaxy Z Trifold menggunakan material ceramic-glass fiber-reinforced polymer (CFRP) yang dirancang tahan benturan tanpa menambah bobot berlebih.

Jika diperhatikan lebih dekat, tiap panel Galaxy Z Trifold memiliki ketebalan berbeda. Panel tengah setebal 4,0 mm berfungsi sebagai cover screen, panel kanan 4,2 mm menampung modul kamera dan port USB-C, sementara panel kiri hanya 3,9 mm sebagai tempat slot SIM.

Samsung membekali ponsel ini dengan tiga kamera, masing-masing 200MP (wide), 10MP (telephoto), dan 12MP (ultra-wide).

Performa perangkat ditopang chipset Snapdragon 8 Elite for Galaxy, serta telah mengantongi sertifikasi IP48 berkat rangka Advanced Armor Aluminium dan engsel titanium.

Galaxy Z Trifold juga menjadi ponsel Samsung pertama dengan dukungan Samsung DeX mandiri, memungkinkan akses empat ruang kerja virtual sekaligus tanpa perangkat tambahan. Perangkat ini juga mendukung koneksi ke monitor eksternal, keyboard, dan mouse Bluetooth.

Sejumlah fitur Galaxy AI turut disematkan, seperti Photo Assist, Generative Edit, dan Gemini Live.

Samsung memperkenalkan Galaxy Z Trifold pada 2 Desember dan mulai menjualnya pada 12 Desember 2025. Ponsel ini telah tersedia di sejumlah negara, termasuk China, Taiwan, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, dan Singapura.

Namun, hingga kini belum ada kepastian soal peluncurannya di Indonesia. Senior Manager Pemasaran Produk MX Samsung Electronics Indonesia, Ilham Indrawan, mengatakan perusahaan masih memantau respons pasar global.

"Saat ini, Samsung Galaxy Z Trifold belum direncanakan untuk masuk ke Indonesia. Kami ingin memantau respons pasar, terutama dari konsumen terkait peluncuran Galaxy Z Trifold ini," ujar Ilham saat ditemui di Jakarta, Jumat (19-12-2025).

Meski belum ada jadwal resmi, Samsung mengakui tingginya antusiasme konsumen terhadap ponsel layar lipat tiga tersebut, terutama karena dinilai relevan untuk kebutuhan produktivitas dan hiburan.

Sumber: merdeka.com