Peluang Investasi Emas Terbuka saat Dolar AS Melemah

Kondisi tersebut dinilai berdampak langsung pada pergerakan aset lindung nilai, khususnya emas.

Ibrahim menjelaskan, pelemahan dolar mendorong investor mengalihkan portofolio dari aset berbasis dolar ke logam mulia.

"Apa yang memengaruhi fluktuasi harga emas dunia dan logam mulia yang kemungkinan besar masih akan mengalami kenaikan sampai akhir tahun 2026 di hari Rabu. Ada dua faktor yang memengaruhi adalah faktor Geopolitik, yang kedua adalah pelemahan Indeks Dolar," jelas Ibrahim.

Ia memproyeksikan harga emas dunia berpeluang menguat menuju area resistance di level 4.550 dolar AS per troy ons. Jika sentimen pasar tetap mendukung, penguatan lanjutan hingga mendekati 4.600 dolar AS juga terbuka.

"Kalau seandainya harganya naik, ya resisten pertama itu di USD 4.550. Itu kalau di logam mulia menjadi Rp2.650.000. Nah, di hari Rabu ya itu kemungkinan besar kalau menguat resisten kedua itu di USD 4.570 ya sampai di USD 4.600," tutur Ibrahim.

Pergerakan emas global tersebut diperkirakan turut mendorong harga logam mulia di dalam negeri. Ibrahim memperkirakan harga emas domestik berpotensi berada di kisaran Rp2,65 juta hingga Rp2,7 juta per gram.

Selain faktor inflasi, ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat juga menjadi perhatian.

Ibrahim menilai peluang penurunan suku bunga pada awal 2026 masih cukup terbuka, meski sebelumnya diproyeksikan terbatas.

"Ini mengindikasikan bahwa di awal-awal tahun 2026 ada kemungkinan besar Bank Sentral Amerika akan kembali menurunkan suku bunga, walau sebelumnya Powell mengatakan bahwa di tahun 2026 kemungkinan hanya menurunkan suku bunga satu kali," ujarnya.

Sumber: merdeka.com