Sukses


    Piala Dunia dan Kutukan Juara Bertahan, Beban Berat Membayangi Timnas Prancis

    Bola.com, Jakarta - Dalam sejarah sepak bola hanya delapan tim berbeda yang pernah memenangi Piala Dunia dari 21 edisi yang telah berlangsung. Dari delapan tim, hanya Italia dan Brasil yang bisa mempertahankan gelar atau juara dua kali berturut-turut.

    Timnas Italia dua kali juara berturut-turut di Piala Dunia sebelum Perang Dunia II meletus yakni pada 1934 dan 1938. Brasil mengklaim kemenangan berturut-turut pada 1958 dan 1962.

    Bahkan, beberapa tim juara Piala Dunia bukannya mempertahankan gelar, justru merana pada edisi selanjutnya. Jerman adalah pemenang Piala Dunia 2014 dan pada edisi selanjutnya 2018 harus menanggung rasa malu karena tersingkir di babak penyisihan grup.

    Selain Jerman, sebelumnya ada Prancis pada 2002, Italia pada 2010, dan Spanyol pada 2014. Hanya Brasil yang merupakan juara Piala Dunia 2002 selamat dari tragedi nahas karena melaju hingga perempat final di edisi 2006.

    Apakah yang salah dari para juara Piala Dunia untuk menghadapi edisi selanjutnya? Lalu bagaimana nasib Prancis selaku juara Piala Dunia 2018 pada Piala Dunia 2022 nanti di Qatar? Mari kita pelajari lebih lanjut.

     

    2 dari 4 halaman

    Kutukan Pemenang Piala Dunia

    Kutukan adalah mitos yang muncul dalam edisi terbaru Piala Dunia setelah juara bertahan gagal di babak penyisihan grup. Ini dimulai saat Prancis datang ke edisi 2002 setelah memenangi Piala Eropa 2000 dan Piala Dunia 1998.

    Namun, mereka tampil jauh di bawah ekspektasi, gagal mencetak satu gol dan gagal bersaing dari Denmark, Uruguay, dan Senegal pada 2002. Italia yang merupakan pemenang Piala Dunia 2006 mengalami nasib yang sama dengan Prancis di Afrika Selatan edisi 2010.

    Kemudian pada edisi 2014, juara bertahan Spanyol yang juga memenangi Piala Eropa berturut-turut serta Piala Dunia 2010, juga tereliminasi dengan cara memalukan. Begitu pula Jerman pada Piala Dunia 2018 di Rusia yang terjegal bahkan kalah dari Korea Selatan.

     

    3 dari 4 halaman

    Apa yang Salah?

    Empat tahun adalah waktu yang lama bagi pemain baru untuk menyangingi kemampuan para pemain veteran yang kualitasnya mulai menurun. Pelatih tim juara Piala Dunia tentu bingung akan bertahan dengan tim pemenang atau mendukung generasi pemain baru dan menemukan keseimbangan di antara keduanya.

    Para pelatih tim juara biasanya terjebak dengan formula kemenangan mereka dan memilih untuk mempertahankan pemain daripada mendukung bakat baru. Ini menjadi bumerang bagi Spanyol pada 2014 dan Jerman pada 2018.

    Sebenarnya, kedua negara ini memiliki talenta berkualitas dengan kompetisi yang sepak bola yang maju. Sayangnya, pelatih memilih tidak mengubah formula kemenangan karena tuntutan untuk mempertahankan gelar juara.

     

    4 dari 4 halaman

    Bisakah Prancis Mematahkan Kutukan?

    Prancis serupa Spanyol dan Jerman karena memiliki bakat melimpah dalam skuadnya. Para pemain peraih gelar juara di Rusia lalu masih aktif bermain dan kini muncul bakat-bakat baru yang sangat potensial.

    Bahkan, para pemain dalam skuad Les Bleus selalu menjadi pilihan utama dalam klubnya masing-masing. Sayangnya, jelang Piala Dunia 2022, penampilan mereka justru jeblok di Piala Eropa 2020 dan UEFA Nations League musim 2021/2022.

    Meski memiliki kedalaman skuad yang menjanjikan, sejumlah pemain tim juara Piala Dunia 2018 mengalami cedera dan bakat baru belum begitu matang di timnas. Ini tentu menjadi sinyal bahaya bagi Les Bleus di Qatar nanti.

    Sumber: Sportkeeda  

    Video Populer

    Foto Populer