Sukses


Apa Saja Struktur dan Kaidah Teks Cerita Sejarah? Ini Penjelasannya

Bola.com, Jakarta - Teks cerita sejarah adalah jenis tulisan yang berisi cerita, kejadian atau peristiwa yang benarbenar pernah terjadi atau berlangsung di masa lalu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

Di dalam teks cerita sejarah, disampaikan pengisahan suatu deretan peristiwa yang disusun berdasarkan kronologi waktu. Teks cerita sejarah berkaitan dengan teks narasi.

Teks cerita sejarah disampaikan berdasarkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan dan membentuk kisah sejarah teks tersebut.

Sama halnya jenis teks lainnya, teks sejarah memiliki struktur dan kaidah kebahasaan yang membedakan dengan jenis teks yang lainnya. Apa saja struktur teks cerita sejarah?

Berikut ini struktur dan kaidah kebahasaan teks cerita sejarah, dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia terbitan Kemdikbud, Kamis (2/12/2022).

2 dari 5 halaman

Struktur Teks Cerita Sejarah

a. Pengenalan situasi cerita (orientasi, exposition)

Pada bagian ini, penulis mulai memperkenalkan latar belakang baik waktu, tempat, maupun lokasi dan awal mula kejadian atau peristiwa. Tokoh dan hubungan antartokoh juga mulai diperkenalkan dengan cara yang sesuai kebutuhannya.

b. Pengungkapan peristiwa

Bagian ini mengungkapkan peristiwa atau kejadian awal yang berpotensi menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, atau kesukaran yang menghadang tokoh, terutama tokoh utama (protagonis).

c. Konflik (rising action)

Di sini terjadi peningkatan masalah, pertikaian atau peristiwa lainnya yang menyebabkan kesukaran tokoh ikut meningkat pula.

d. Puncak Konflik (komplikasi)

Merupakan bagian yang paling mendebarkan, menghebohkan, dan memuncak dari masalah, pertikaian atau peristiwa lainnya yang dihadapi oleh para tokohnya.

e. Penyelesaian (resolusi)

Jika tidak diikuti oleh koda, biasanya bagian ini adalah akhir dari cerita (ending) yang berisi pengungkapan bagaimana tokoh utama dan tokoh lainnya menyelesaikan berbagai permasalahan yang menimpanya.

Terkadang dapat melalui penjelasan maupun penilaian terhadap nasib dan sikap yang dialami oleh tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa.

f. Koda

Merupakan komentar yang membahas kembali isi semua peristiwa dan perilaku tokoh yang terlibat. Terkadang bagian ini memberikan interpretasi amanat, tetapi tidak disarankan.

Lebih baik biarkan pembaca menyimpulkannya sendiri. Bagian ini adalah opsional, terkadang koda digunakan untuk membuat semacam teaser untuk buku lanjutannya, dan sebagainya.

3 dari 5 halaman

Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

a. Menggunakan Kalimat Bermakna Lampau

Kalimat yang bermakna lampau ditandai dengan kata-kata yang menyatakan bahwa kalimat tersebut sudah selesai. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan kata telah, sudah, terbukti, dan lain-lain.

Contoh:

  • Prajurit-prajurit yang telah diperintahkan membersihkan gedung bekas asrama telah menyelesaikan tugasnya.
  • Dalam banyak hal, Gajah Mada bahkan sering mengemukakan pendapat-pendapat yang tidak terduga dan membuat siapa pun yang mendengar akan terperangah, apalagi bila Gajah Mada berada di tempat berseberangan yang melawan arus atau pendapat umum dan ternyata Gajah Mada terbukti berada di pihak yang benar

b. Menggunakan Kata yang menyatakan Urutan Waktu

Kalimat tersebut menggunakan konjungsi kronologis atau temporal. Terlihat pada penggunaan kata seperti: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.

Contoh:

  • Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati membunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat.
  • Setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenangtenang masuk ke kadipaten.

c. Menggunakan kalimat Tak Langsung

Penggunaan kalimat tak langsung sebagai upaya untuk menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Ditandai dengan penggunaan kata mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, atau menuturkan.

Contoh:

  • Mengapa Sultan tak menyatakan sikap menentang usaha Portugis?
  • Riung Samudera menyatakan bahwa ia masih bingung dengan semua penjelasan Kendit Galih tentang masalah itu.
4 dari 5 halaman

Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

d. Menggunakan Kata Kerja (verba) Mental

Kata kerja ini merupakan jenis kata kerja yang mengekspresikan respons atau sikap seseorang terhadap suatu tindakan, keberadaan, atau pengalaman. Kata kerja mental juga disebut sebagai verba tingkah laku atau kata kerja behavioral yang menggambarkan perilaku atau tindakan seseorang ketika menghadapi keadaan tertentu. Kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.

Contoh:

  • Jawaban itu mengecewakan para musafir.
  • Gajah Mada sependapat dengan jalan pikiran Senopati Gajah Enggon.
  • Melihat itu, tak seorang pun yang menolak karena semua berpikir Patih Daha Gajah Mada memang mampu dan layak berada di tempat yang sekarang ia pegang.

e. Menggunakan Kata Kerja (verba) Material

Kata kerja material adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa. Kata kerja material ini menunjukkan subjek melakukan sesuatu perbuatan. Lantaran perbuatannya bersifat material sehingga dapat dilihat atau kasad mata.

Kata-kata yang digunakan seperti: berlari, menulis, melempar, tersenyum, menangis, dan sebagainya.

Contoh:

  • Pada suatu kali, kaki kuda Demak akan mengepulkan debu di seluruh bumi Jawa.
  • Dan sebagai patih, ia masih tetap memimpin pasukan gajah maka Kala Cuwil tak juga terhapus dalam sebutan.
  • Sang Adipati telah menjatuhkan titah: kapal-kapal Tuban mendapat perkenan untuk berlabuh dan berdagang di Malaka ataupun di Pasai.
5 dari 5 halaman

Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

f. Mengunakan Kalimat Langsung

Hal ini ditandai banyaknya kalimat langsung atau dialog.

Contoh

"Baiklah, aku menerima lamaranmu. Namun, setelah kamu memenuhi satu syarat dariku", jawab Roro Jonggrang. "Apakah syaratmu itu Roro Jonggrang?", tanya Bandung Bondowoso. "Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu satu malam", jawab Roro Jonggrang.

g. Menggunakan Kata Sifat untuk Menggambarkan Tokoh, Tempat, atau Peristiwa.

Kalimat ini menggunakan kata-kata seperti prihatin, khawatir, wibawa, dan lain-lain.

Contoh:

  • Pangeran Seda Lepen? Orang menunggu dan menunggu dengan perasaan prihatin terhadap keselamatan wanita tua itu.
  • Gajah Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara clan menebar pandangan mata menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dar satuan masing-masing. Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah Mada, bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara.

 

Sumber: Kemdikbud

Baca artikel seputar edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer