Sukses


Cara Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Belajar Ilmu Sejarah

Bola.com, Jakarta - Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian penting yang telah terjadi pada masa yang telah lampau dalam kehidupan manusia. Sejarah memiliki unsur-unsur penting dalam setiap kajiannya, yaitu manusia, ruang, dan waktu.

Di dalam ilmu sejarah, ada dua cara berpikir, yakni diakronis dan sinkronis. Diakronis merupakan cara berpikir sejarah yang menceritakan suatu peristiwa memanjang dalam waktu, tetapi terbatas dalam ruang lingkup.

Secara etimologi, diakronis berasal dari bahasa Yunani, "dia" yang berarti melintas atau melewati dan "khronos", yang berarti perjalanan waktu.

Sementara, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, diakronis adalah berkenaan dengan pendekatan terhadap bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang waktu.

Sedangkan cara berpikir sinkronis adalah menceritakan suatu peristiwa sejarah meluas dalam ruang lingkup, tetapi terbatas dalam waktu.

Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani, yaitu "syn" yang berarti dengan. Kemudian "chromos", berarti waktu. Adapun dalam KBBI, sinkronis diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkutan dengan pristiwa yang terjadi pada suatu masa.

Konsep diakronis dan sinkronis inilah yang penting untuk dipelajari. Jadi, penting mengetahui perbedaan cara berpikir diakronis dan sinkronis dalam belajar sejarah.

Berikut ini penjelasan tentang cara berpikir diakronis dan sinkronis dalam belajar sejarah, dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah terbitan Kemdikbud, Kamis (16/3/2023).

2 dari 5 halaman

Cara Berpikir Diakronis

Ilmu sejarah itu diakronis, hal ini berarti topik yang dibahas di dalamnya adalah peristiwa-peristiwa yang melintasi perjalanan waktu, yaitu dari masa dulu, sekarang, dan masa depan.

Hal ini karena peristiwa-peristiwa yang dialami manusia itu tidak statis, melainkan dinamis; terus berkembang, berubah, berkesinambungan, dan bahkan mengalami pengulangan.

Sifat dinamis peristiwa itu berakar pada kenyataan bahwa manusia sebagai pelaku dan penggerak sejarah juga pada hakikatnya dinamis. Sifat dinamis manusia menentukan sifat dinamis peristiwa-peristiwa sejarah.

Sifatnya yang dinamis itu, dapat dikatakan peristiwa masa dulu disebabkan oleh peristiwa yang mendahuluinya, peristiwa masa sekarang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi pada masa lalu, dan peristiwa masa depan disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sekarang.

Ada kesatuan yang integral antara masa yang terjadi di masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, yaitu melalui hubungan sebab-akibat (kausalitas) dan saling memengaruhi.

3 dari 5 halaman

Cara Berpikir Diakronis

Jadi, cara berpikir diakronis merupakan cara berpikir dinamis, hal ini berarti memandang peristiwa dalam sebuah trasnformasi atau gerak sepanjang waktu. Sejarah sebagai ilmu mempunyai metode sendiri yang harus digunakan oleh sejarawan dalam menulis peristiwa sejarah.

Dengan menggunakan metode tersebut, seorang sejarawan mampu merekonstruksi peristiwa sejarah dengan objektif. Keobjektifan dalam menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak. Seorang sejarawan harus menulis apa yang sesungguhnya terjadi.

Ilmu sejarah memiliki sifat yang diakronis, yaitu memanjang dalam waktu dalam ruang lingkup yang terbatas. Sifat ini berbeda dengan ilmu-ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sejarah mengenal proses kontinuitas atau berkelanjutan.

Cara berpikir diakronis akan mengajarkan untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu yang tertentu.

4 dari 5 halaman

Cara Berpikir Sinkronis

Kajian sejarah secara sinkronis, hal ini berarti mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu secara mendalam.

Lebih lengkapnya dapat dijelaskan bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah cara mempelajari atau mengkaji, pola-pola, gejala, dan karekter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu.

Secara umum, sinkronis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

• Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.

• Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.

• Bersifat horizontal.

• Tidak ada konsep perbandingan.

• Cakupan kajian lebih sempit dari diakronik.

• Kajiannya sistematis.

• Sifat kajian mendalam.

Maka itu dapat dikatakan bahwa sinkronis dalam sejarah adalah kajian yang lebih menitikberatkan pada penelitian gejala-gejala yang meluas dari sebuah peristiwa tetapi dengan waktu yang terbatas.

Sebagai contoh, seorang sejarawan ingin menyusun sejarah perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang.

Hal yang akan dia lakukan adalah meneliti gejala atau fenomena gejala atau fenomena perkembangan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang terjadi pada masa pendudukan Jepang itu saja, tidak ada tulisan yang membandingkan dengan kondisi ekonomi masa pendudukan Jepang di tempat lain.

5 dari 5 halaman

Cara Berpikir Sinkronis

Jika menerapkan konsep sinkronis, sejarawan tersebut hanya akan mengamati semua yang terkait dengan masalah perekonomian tersebut secara mendalam dan terstruktur.

Konsep sinkronis mengutamakan penggambaran ruang lingkup yang luas dan memiliki kurun waktu yang pendek. Hal ini membuat proses analisis peristiwanya bersifat menyeluruh, tetapi dalam jangka waktu yang pendek.

Maka itu, dalam berpikir sinkronis, kita akan memerlukan bantuan ilmu sosial lainnya. Konsep berpikir sinkronis akan membantu kita memahami lebih dalam dan menyeluruh terhadap suatu peristiwa sejarah.

Dalam sejarah perjalan umat manusia, peristiwa sejarah dapat menunjukkan kehidupan karena sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Dengan memperhatikan aspek waktu, akan terlihat perubahan kehidupan manusia.

Perubahan tersebut dapat berupa aspek, politik, ekonomi, soisal, dan budaya. Aspek-aspek tersebut memiliki hubungan yang saling terkait.

 

Sumber: Kemdikbud

Baca artikel seputar cara lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer