Sukses


Rapor Merah Bulutangkis dan PBSI di Asian Games 2022: Evaluasi Saja Kalau di Dalam Enggak Kompak Ya Percuma!

Bola.com, Jakarta - Prestasi tim bulutangkis Indonesia di Asian Games 2022 sangat mengecewakan. PBSI sebagai induk tentu punya pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan untuk segera bangkit dari keterpurukan.

Baik tim beregu maupun perseorangan tidak ada yang bisa membawa harum nama Indonesia di Asian Games 2022. Ini menambah kelam bulutangkis Tanah Air, karena sepanjang 2023, prestasi para atlet di turnamen BWF juga tak bisa dibilang memuaskan.

Di Asian Games 2022, hanya ada tiga wakil Indonesia yang melaju hingga perempat final. Ketiganya adalah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Gregoria Mariska Tunjung, Anthony Sinisuka Ginting, yang akhirnya takluk di babak delapan besar.

Padahal tim bulutangkis Indonesia berangkat ke Asian Games 2022 dengan target tiga medali emas. Jangankan emas, medali perunggu pun urung dibawa pulang ke Tanah Air.

"Dari dulu bulutangkis sudah jadi andalan Indonesia. Seharusnya bikin bangga, karena atlet bisa mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan," kata Maria Febe Kusumawati, eks pebulutangkis tunggal putri Indonesia.

"Sayang tahun ini gagal dan malah mencetak rekor tanpa medali sejak diadakannya Asian Games," ujarnya lagi kepada Bola.com.

--

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

<p>Piala Dunia U-17 - ilustrasi Piala Dunia U-17 2023 Indonesia (Bola.com/Adreanus Titus)</p>

 

EMTEK Group sebagai pemegang hak siar Piala Dunia U-17 2023 menayangkan pertandingan-pertandingan penyisihan hingga final di berbagai platform. Sobat Bola.com bisa menyaksikan aksi bintang-bintang muda kelas dunia di Indosiar, SCTV, Vidio, Moji TV, Champion TV, Mentari TV, dan Nex Parabola. Nikmati juga berita-berita eksklusif Piala Dunia U-17 di Bola.com, dengan mengklik tautan ini.  

2 dari 5 halaman

Jangan Anggap Pertandingan Biasa

Menurut wanita kelahiran Boyolali ini, ketidakkompakkan menjadi satu faktor yang membuat rapor bulutangkis Indonesia di Asian Games 2022 merah.

"Menurut pengalaman saya, setiap multievent, persiapan yang selalu dijaga adalah kekompakan tim. Dengan kompak, itu menjadikan kita semangat, berjuang, mati-matian, apalagi ini empat tahun sekali," kata Febe yang sempat menghuni pelatnas PBSI di tahun 2010 ini.

Selain itu, Maria Febe menekankan kepada pentingnya mental saat bertanding. Mengingat Asian Games tak tiap tahun digelar, sepatutnya atlet menganggap kalau pertandingan di Asian Games adalah laga terakhir.

"Jangan anggap pertandingan biasa. Semua orang ingin main di Asian Games, hanya atlet terpilih yang bisa ikut. Selalu anggap tiap pertandingan adalah pertandingan terakhir."

"Karena belum tentu empat tahun kemudian bisa ikut. Selama perjalanannya risiko menjadi atlet itu cedera. Jadi harus benar-benar dijaga semuanya."

 

3 dari 5 halaman

16 Poin Evaluasi

PBSI, di sisi lain, sudah menelurkan 16 poin evaluasi menyusul rapor merah di Asian Games. Kabid Binpres PP PBSI Rionny Mainaky secara garis besar sudah memformulasikan permintaan maaf, target jangka pendek, dan panjang.

PBSI, dinukil dari Detik, juga berkomitmen untuk segera sama-sama berbenah dan mencari solusi. Rionny kemudian menjelaskan bahwa ada beban dan tekanan yang membuat para atlet tidak tampil lepas dan seperti yang seharusnya.

Dilihat dari 16 poin evaluasi tersebut, Rionny secara detail menjelaskan penyebab kegagalan tim bulungkis Indonesia di Asian Games 2022. Namun, PBSI tetap meminta maaf seraya berjanji akan bekerja keras untuk segera bangkit.

 

4 dari 5 halaman

PBSI Jangan Evaluasi Saja

PBSI dan atlet tentu saja jadi elemen yang mesti menunjukkan perbaikan kinerja. Mimpi buruk ini adalah tanggung jawab bersama, tetapi lagi-lagi, Maria Febe menekankan pada kekompakan.

"Menurut saya evaluasi penting, tetapi lebih penting ke aktualisasi tindakan. Saya tidak tahu di pelatnas kondisinya seperti apa," kata Febe yang dibesarkan oleh PB Djarum ini.

"Ini jadi tanggung jawab semua karena di dalam suatu koordinasi pemusatan latihan harus kompak. Kalau cuma evaluasi saja, tetapi di dalamnya enggak kompak kayaknya percuma, enggak akan bisa maju dan enggak akan bisa berubah."

5 dari 5 halaman

Dampak Lebih Jauh

Atas jebloknya prestasi bulutangkis Indonesia di Asian Games, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo langsung memanggl PBSI. Maklum saja, bulutangkis hampir tak pernah absen mengharumkan bendera merah putih di pentas internasional.

Jika tidak segera bangkit dan selalu ada ego yang jadi duri, bukan tidak mungkin dampaknya bisa lebih jauh.

"Karena kita sekarang sudah disorot dunia, dan kalau ada sanksi dari Kemenpora berupa berkurangnya dukungan, akanlebih berat lagi untuk cabang bulutangkis ke depannya."

"Jadi dari semua pihak di dalam pelatnas harus kompak. Jangan sampai ego sendiri-sendiri, untuk kepentingan sendiri.Perkembangan bulutangkis akan hancur kalau enggak ada kekompakkan."

"Apa lagi sekarang tambah keliatan kekurangan bibit. Ingin maju harus ada regeneasi terus. Dari Utama, Pratama, Junior, Bibit dari klub-klub, anak-anak, semakin bulutangkis popular, semakin banyak peminatnya."

"Jangan sampai cuma bagus mentok sampai pelatnas, sudah sampai pelatnas enggak bisa berkembang atau gagal naik ke puncak. Jika sudah begitu, berarti ada yang salah di dalam organisasinya," kata Maria Febe lagi memungkasi.

Video Populer

Foto Populer