Sukses


5 Contoh Cerpen Pendidikan Singkat yang Menginspirasi

Bola.com, Jakarta - Cerpen pendidikan merupakan satu di antara genre sastra pendidikan yang berfokus pada penyampaian nilai-nilai pendidikan melalui cerita pendek.

Cerpen pendidikan menawarkan pembaca pelajaran atau pesan moral tentang pentingnya semangat dan kegigihan dalam pendidikan.

Cerpen ini juga dapat menginspirasi pembaca untuk berpikir lebih dalam mengenai nilai-nilai pendidikan yang sebenarnya.

Pada dasarnya, cerpen pendidikan merupakan media yang sangat efektif untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan, khususnya kepada generasi muda agar mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik.

Berikut lima contoh cerpen pendidikan singkat yang menginspirasi, bacaan menarik, Senin (5/2/2024).

2 dari 6 halaman

Kemiskinan Tak Jadi Penghalang

Di sebuah desa kecil di Jawa Tengah, hiduplah seorang anak perempuan bernama Rara. Rara berasal dari keluarga yang sangat miskin.

Ayahnya hanya seorang petani penggarap yang penghasilannya tidak seberapa. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang membantu ayahnya di sawah.

Meskipun hidup dalam kemiskinan, Rara adalah seorang anak yang cerdas dan bersemangat. Ia selalu bercita-cita untuk menjadi dokter agar bisa membantu orang-orang yang membutuhkan.

Rara selalu belajar dengan giat. Ia sering membantu ayahnya di sawah setelah pulang sekolah. Ia juga sering membantu ibunya di rumah.

Rara tidak pernah mengeluh dengan keadaannya. Ia selalu percaya bahwa dengan kerja keras, ia bisa meraih impiannya.

Suatu hari, Rara lulus dari SMA dengan nilai yang sangat memuaskan. Ia diterima di satu di antara universitas terbaik di Indonesia.

Rara sangat bahagia. Ia akhirnya bisa mewujudkan impiannya untuk menjadi dokter. Rara harus meninggalkan kampung halamannya untuk kuliah di Jakarta.

Ia harus tinggal di asrama dan bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya. Meski begitu, Rara tidak pernah menyerah. Ia selalu belajar dengan giat dan bekerja dengan tekun.

Setelah lulus dari kuliah, Rara langsung bekerja di sebuah rumah sakit. Ia bekerja dengan sangat rajin dan penuh dedikasi. Rara selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pasien-pasiennya.

Rara akhirnya berhasil meraih impiannya. Ia menjadi seorang dokter yang sukses. Ia tidak pernah lupa dengan kampung halamannya. Ia selalu membantu orang-orang yang membutuhkan di kampungnya.

3 dari 6 halaman

Jendela Peluang

Budi adalah anak yang cerdas, tetapi ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Oleh karena itu, Budi tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Setiap hari, Budi membantu sang Ayah untuk berjualan koran. Meski begitu, ia selalu rajin belajar di setiap kesempatan.

Pada suatu hari, Budi membaca buku tentang beasiswa untuk melanjutkan sekolah. Budi sangat tertarik dengan beasiswa tersebut, tetapi ia tidak yakin apakah dirinya bisa mendapatkannya.

Budi memutuskan untuk mencoba mendaftar beasiswa tersebut. Ia belajar dengan giat siang dan malam. Budi juga meminta bantuan kepada gurunya di perpustakaan desa untuk membimbingnya.

Setelah beberapa bulan, Budi mengikuti tes beasiswa tersebut. Hasilnya, Budi dinyatakan lulus dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Budi sangat senang dan bersyukur atas kesempatan ini.

Budi memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Ia belajar dengan giat dan tekun. Ia juga aktif mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Berkat kerja kerasnya, Budi berhasil lulus SMA dengan nilai yang memuaskan.

4 dari 6 halaman

Si Anak yang Malas

Ada seorang anak bernama Andi yang sangat malas belajar. Setiap kali disuruh belajar, dia selalu menolak. Dia lebih suka bermain gim atau menonton televisi.

Karena malas belajar, Andi selalu mendapat nilai buruk di sekolah. Orang tuanya sudah sering menasihatinya, tetapi Andi tidak mau mendengarkan.

Suatu hari, Andi mendapatkan tugas untuk membuat makalah. Dia tidak mau mengerjakannya, jadi dia meminta bantuan kepada temannya. Teman Andi bersedia membantunya, tetapi dia meminta imbalan uang. Andi tidak punya uang, jadi dia tidak bisa meminta bantuan kepada temannya.

Akhirnya, Andi memutuskan untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Dia sangat kesulitan mengerjakannya, tetapi dia tidak menyerah. Dia terus belajar dan akhirnya dia bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Andi merasa sangat senang karena dia bisa menyelesaikan tugasnya sendiri. Dia juga menyadari bahwa belajar itu penting. Dia tidak akan malas belajar lagi.

5 dari 6 halaman

Filosofi Pensil

Seorang anak laki-laki bernama Andi kesal karena dia mendapatkan nilai buruk dalam tes bahasa Inggrisnya. Dia sedang duduk di kamarnya ketika neneknya datang dan menghiburnya.

Neneknya duduk di sampingnya dan memberinya pensil. Andi memandang neneknya dengan bingung, dan berkata bahwa dia tidak pantas mendapatkan pensil setelah nilai ujiannya yang jelek.

Neneknya menjelaskan, "Kamu bisa belajar banyak hal dari pensil ini karena sama seperti kamu, dia mengalami penajaman yang menyakitkan, persis seperti kamu mengalami rasa sakit karena tidak berhasil dengan baik pada ujian.

Namun, hal ini akan membantu kamu menjadi siswa yang lebih baik. Sama seperti semua kebaikan yang berasal dari pensil berasal dari dalam dirinya sendiri, kamu juga akan menemukan kekuatan untuk mengatasi rintangan ini.

Dan akhirnya, sama seperti pensil ini akan membuat tanda pada permukaan apa pun, kamu juga harus meninggalkan tanda pada apa pun yang kamu pilih."

6 dari 6 halaman

Belajar dari yang Tak Pernah Diajar

Pagi itu aku sedang sarapan dengan sangat tenang, tiba-tiba tersendak karena aku melihat jam sekarang pukul 7. Aku menggowes sepedaku. Sialnya gerbang sekolahku sudah ditutup, dan dengan wajah kesal Pak Satpam berkata kepadaku di balik pintu gerbang.

Lalu dibukakannya pintu gerbang ini, tapi aku bersama murid lain dihukum berdiri di lapangan basket hingga jam pertama selesai. Aku melirik pos satpam, tempat di mana laki-laki itu setiap pagi datang dan juga bekerja sampai suatu sore hari tiba.

Namanya Pak Asep, tapi anak-anak sering memanggilnya dengan "Mang Oray", aku tak tahu dari siapa orang pertama pencetus panggilan tersebut pada Pak Asep. Dia memang sangat popular di SMA Negeri 1 karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya kepada murid laki-laki.

Lama setelah itu, aku makin akrab dengan satpam yang tersebut, kawan-kawanku selalu memanggilnya Mang Oray. Pernah suatu saat dia bercerita kepadaku dan juga kawan-kawanku tentang dia sewaktu seusia kami.

"Dulu, Mamang juga pernah sekolah seperti kalian. Namun, mamang tidak dapat melanjutkannya hingga selesai karena orang tua mamang yang tidak bisa membiayainya," imbuh dia dengan senyum untuk menutupi.

"Kalian harus bisa memanfaatkan kesempatan mengais ilmu di sini makanya mamang suka sangat marah pada kalian yang suka terlambat masuk," sambungnya.

Dia kemudian masih melanjutkan ceritanya. Ternyata di dalam rumahnya dia menyediakan perpustakaan mini untuk para tetangganya yang ingin sekolah, tapi terkendala ekonomi keluarga.

Aku pun menjadi sangat kagum dengan berbagai perjuangan Pak Asep. Di tengah biaya hidup yang kini makin susah, kulit kian menjadi keriput serta rambut kian memutih, dia masih bisa selalu membantu orang-orang di sekitarnya. Terima kasih, Pak.

 

Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer