Bola.com, Jakarta - Petenis Inggris, Emma Raducanu, harus mengakhiri langkahnya di Wimbledon 2025 setelah takluk dari unggulan teratas, Aryna Sabalenka, dalam pertandingan babak ketiga yang berlangsung ketat di Centre Court, Sabtu (5-7-2025).
Kendati tampil impresif, Raducanu kalah straight set 6-7(5), 4-6 dalam duel sengit yang menyisakan kekecewaan, tidak hanya karena hasil akhir, tetapi juga keputusan sistem elektronik yang ia anggap merugikan.
Baca Juga
Raducanu, yang kembali menunjukkan performa terbaiknya sejak gelar AS Terbuka 2021, sempat memaksa Sabalenka bertarung habis-habisan di set pertama. Ia menyelamatkan tujuh set point dan bahkan memiliki peluang merebut set saat unggul 5-4.
Namun, ketika harus mempertahankan servis, Raducanu kehilangan kendali dan akhirnya tumbang lewat tie-break.
Set kedua pun berjalan hampir seimbang hingga Sabalenka berhasil mencuri satu break krusial di akhir set dan menutup pertandingan.
Meski kalah, penampilan Raducanu menuai pujian.
"Emma hanya terpaut milimeter dari kemenangan," ujar mantan petenis dan komentator BBC Radio 5 Live, Naomi Broady.
"Ia sudah menunjukkan bahwa jaraknya dengan papan atas tak lagi sejauh dulu. Ini bisa jadi momen yang membakar semangatnya untuk tampil lebih baik di Grand Slam selanjutnya."
Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Umuh Muchtar, angkat bicara terkait polemik bonus Rp1 miliar untuk para pemain Persib yang beredar di tengah publik dan Bobotoh.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Soroti Ketidakakuratan Sistem Hawk-Eye
Namun, sorotan terbesar dari Raducanu datang bukan dari performa di lapangan, melainkan dari kritik terhadap sistem pemanggilan garis elektronik (Electronic Line Calling/ELC) yang kini menggantikan peran hakim garis manusia sepenuhnya di Wimbledon.
Dalam konferensi pers usai pertandingan, Raducanu menyampaikan kekecewaannya terhadap Hawk-Eye, yang menurutnya beberapa kali membuat keputusan keliru. Satu di antara momen paling disesalkan terjadi saat sebuah bola yang menurutnya jelas keluar tetap dinyatakan masuk oleh sistem.
"Call itu jelas out. Sangat mengecewakan melihat turnamen sebesar ini bisa punya keputusan yang keliru seperti itu," ujar Raducanu.
"Sebenarnya sebagian besar call memang tepat, tapi saya mengalami beberapa kejadian yang sangat salah, bukan hanya hari ini. Semoga mereka bisa memperbaikinya."
Keluhan Raducanu bukan satu-satunya. Rekan senegaranya, Jack Draper, juga mempertanyakan beberapa keputusan Hawk-Eye dalam laga melawan Marin Cilic. Bahkan, petenis peringkat dua dunia, Carlos Alcaraz, pun sempat mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap sistem serupa.
Antara Rasa Sakit dan Kebanggaan
Meski mengakui kekecewaannya karena gagal melaju lebih jauh, Raducanu tetap mengambil sisi positif dari penampilannya, terlebih setelah kemenangan telak atas juara bertahan 2023, Marketa Vondrousova, di babak sebelumnya.
"Saat ini rasanya sangat sulit untuk menerima kekalahan ini, apalagi baru saja keluar dari lapangan," ujar Raducanu.
"Saya harus akui, Sabalenka adalah petenis nomor satu dunia dan juara hebat. Saya bangga dengan usaha saya hari ini."
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pertandingan ini memberinya kepercayaan diri baru.
"Sebelumnya saya merasa jarak saya dengan para pemain top itu sangat jauh. Tapi, hari ini saya punya peluang di dua set. Itu membuat saya percaya diri, meskipun rasanya tetap pahit. Mungkin lebih baik saya merasakan sakit ini sekarang, agar bisa memproses semuanya dengan lebih baik nantinya," katanya lagi.
Sumber: Give Me Sport