Sukses


Cerita SEA Games 2025: Sanjan Indonesian Cafe, Obat Kerinduan Makan Rendang, Gado-Gado, hingga Seblak di Chiang Mai

Aroma masakan Indonesia ternyata tercium di salah satu sudut jantung Kota Chiang Mai, Thailand. Di sana, berdiri Sanjan Indonesian Cafe, satu-satunya restoran Indonesia di Chiang Mai.

Bola.com, Jakarta - Aroma masakan Indonesia ternyata tercium di salah satu sudut jantung Kota Chiang Mai, Thailand. Di sana, berdiri Sanjan Indonesian Cafe, satu-satunya restoran Indonesia di Chiang Mai.

Kerinduan dengan makanan khas Nusantara setelah berhari-hari menetap di Chiang Mai membawa Bola.com, yang sedang meliput Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025 sejak 7 Desember 2025, melangkahkan kaki ke Sanjan Indonesian Cafe.

Kisah Sanjan Indonesian Cafe ini bermula dari keberanian Fani, wanita asal Jakarta yang memulai usaha kuliner pada masa pandemi COVID-19 ketika banyak usaha gulung tikar dan memaksanya memutar arah hidup.

"Sebenarnya kesempatan itu tidak direncanakan karena pandemi, jadi kami harus mencari pekerjaan," ujar Fani membuka cerita kepada Bola.com, Rabu (10/12/2025). 

Dia mengandalkan kemampuan memasak sebagai pijakan awal. Fani bahkan mengaku awalnya tidak terpikir sedikit pun untuk mendirikan restoran Indonesia.

Fani bercerita komunitas warga Indonesia di Chiang Mai saat itu sangat kecil, bahkan hanya sekitar delapan orang. Awalnya, kondisi itu membuatnya memasak makanan Thailand biasa karena belum mengenal siapa pun yang rindu masakan Indonesia.

Perlahan keadaan berubah ketika ia mulai berkunjung ke KBRI Bangkok dan bertemu lebih banyak orang Indonesia yang tinggal di daerah lain. Banyak pihak yang meminta Fani memasak hidangan Indonesia seminggu dua kali di masa pandemi.

Dari kegiatan kecil itu, pelanggan mulai berdatangan dan membawa teman dari berbagai negara, termasuk turis dan ekspatriat. "Banyak restoran tutup saat itu, mereka tutup dan kami justru buka, jadi mulai ada peluang," kata Fani.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Bermula dari Kedai Kecil

Sanjan Indonesian Cafe bermula dari kedai kecil berisi lima meja yang dirawat bersama suami dan anak-anaknya. Nama Sanjan awalnya tidak memiliki makna khusus sampai pelanggan menyarankan menambah kata "Indonesian" supaya identitasnya lebih kuat.

Tak disangka, kata Sanjan ternyata memiliki arti sering berkunjung dalam bahasa Jawa, dan Fani menganggap itu sebagai pertanda baik. Seiring waktu, nama itu dikenal luas sehingga mereka memutuskan tidak mengubahnya lagi.

Pada 2023, Fani dan suami mulai berpikir untuk pindah dari kawasan permukiman lokal yang didominasi penduduk lanjut usia Thailand. Masyarakat setempat kurang familier dengan masakan Indonesia sehingga sulit memperkenalkan rasa yang mereka anggap asing.

Fani dan keluarga menghabiskan tujuh bulan berkeliling Chiang Mai untuk mencari lokasi yang lebih tepat. Peluang datang ketika seorang pelanggan menawari bangunan di Old City, kawasan paling ramai dan paling dekat dengan wisatawan.

Fani mempertimbangkan biaya yang jauh lebih besar namun akhirnya memutuskan pindah demi membuka pasar lebih luas. Restoran baru itu akhirnya membuat Sanjan Indonesian Cafe terlihat lebih layak sebagai tempat makan penuh kehangatan.

Menu yang disajikan beragam, mulai dari nasi goreng, ayam penyet, mie ayam, gado-gado, hingga soto ayam yang menjadi favorit banyak pelanggan. Rendang khas rumah dan seblak juga hadir sebagai menu yang dicari karena rasa khasnya.

"Kami ingin mengenalkan lebih banyak makanan Indonesia yang belum terkenal di luar negeri," imbuh Fani.

 

3 dari 4 halaman

Pengalaman Membuat Coto Makassar

Permintaan pelanggan membuat Fani kerap memasak hidangan yang sebelumnya belum pernah ia sentuh. Dia bercerita tentang pengalaman membuat Coto Makassar pertama kali bersama seorang warga Makassar yang tinggal di Thailand.

Bagi Fani, menu paling menantang justru bakmi ayam khas Jakarta yang harus memiliki rasa seperti memori masa kecil. Dia berusaha menciptakan rasa bakmi yang tidak modern atau komersial, tetapi rasa rumahan yang membuat perantau seolah pulang.

"Kami ingin rasa rumah, bukan fine dining," tuturnya.

Pengalaman hidup di luar negeri sejak usia 12 tahun membuat Fani memahami kerinduan perantau terhadap masakan asli. Dia mengaku bahwa ekspektasi perantau terhadap makanan kampung halaman selalu tinggi sehingga ia menjaga kualitas rasa sebaik mungkin.

Rendang menjadi satu di antara menu yang paling disukai wisatawan asing, terutama dari Belanda dan Singapura. Proses memasaknya memakan waktu lebih dari sepuluh jam dan dibiarkan semalaman untuk menghasilkan tekstur lembut dan kuah yang pekat.

Fani sengaja membuat rendang versi basah karena sebagian besar pelanggan tidak menyukai rendang kering. "Mereka suka kuahnya, jadi kami buat lebih basah dan bumbunya lebih banyak," ungkapnya.

 

4 dari 4 halaman

Sambal, Bagian Penting Cita Rasa Makanan Indonesia

Banyak turis mengenal makanan Indonesia dari pengalaman di Bali, namun Fani menjelaskan bahwa setiap daerah punya karakter rasa berbeda. Dia sering meluruskan persepsi pelanggan yang mengira semua makanan Indonesia rasanya sama seperti masakan Bali.

Beberapa kali Fani membuat menu spesial seperti masakan Manado, Aceh, atau Bali agar pelanggan mengenal lebih luas kekayaan cita rasa Nusantara. Festival rasa dari berbagai daerah itu menjadi cita-citanya untuk program bulanan di masa depan.

Wisatawan asing juga tertarik dengan workshop memasak yang ingin ia adakan, terutama ketika membuat sambal. Banyak yang terkejut karena sambal Indonesia memiliki banyak variasi, mulai dari sambal matah, sambal hijau, hingga sambal Lamongan.

Fani sering menjelaskan bahwa sambal adalah bagian penting dari budaya makan orang Indonesia meski jarang dipromosikan secara global. "Kalau orang Indonesia makan, pasti ada sambal, tapi sambal kita belum dikenal di luar," jelasnya.

Para pelanggan Thailand cukup mudah menerima masakan pedas sehingga sambal menjadi jembatan perkenalan yang efektif. Dari sanalah, banyak turis jatuh cinta pada makanan Indonesia dan kembali berkali-kali.

 

Video Populer

Foto Populer