Nurdin Halid, dari Ketua PSSI ke Bos Pelti Berujung 3 Emas SEA Games 2025: Saya Sering Diledek, dari Mengurus Bola Besar ke Kecil

Bola.com, Jakarta - Masih ingat dengan Nurdin Halid? Ya, mantan Ketua PSSI selama delapan tahun pada 2003-2011 itu kini menjadi bos Persatuan Lawn Tenis Indonesia atau Pelti.

Nurdin Halid hadir di Thailand ketika tim tenis Indonesia berjuang untuk merebut medali emas sebanyak mungkin di SEA Games 2025 yang digelar pada 9-20 Desember 2025.

Hingga Jumat (19/12/2025) pukul 13.00 waktu setempat, tim tenis Indonesia telah meraih tiga medali emas dan enam perunggu untuk menempati peringkat kedua klasemen tenis SEA Games 2025.

Tiga medali emas tim tenis Indonesia dipersembahkan oleh ganda putri Aldila Sutjiadi/Janice Tjen, tim putra yang diperkuat Christopher Rungkat, Ignatius Anthony Susanto, Justin Barki, Lucky Candra Kurniawan, Muhammad Rifqi Fitriadi, dan tim putri yang dibela Aldila Sutjiadi, Anjali Kirana Junarto, Janice Tjen, Meydiana Laviola Reinnamah, Priska Madelyn Nugroho.

2 dari 4 halaman

Sering Diledek

Nurdin Halid turut menyaksikan keberhasilan Aldila Sutjiadi/Janice Tjen merengkuh medali emas SEA Games 2025 setelah mengalahkan wakil tuan rumah, Patcharin Cheapchandej/Thasaporn Naklo dua set langsung 6-2 dan 6-1 di National Tennis Development Center, Nonthanburi, Jumat (19/12/2025) pagi waktu setempat.

Bola.com lantas mewawancarai Nurdin Halid, namun bukan bertanya tentang hasil atau SEA Games 2025, tetapi perihal pengalamannya dan perbedaan memimpin federasi sepak bola dan tenis.

"Ya, memang sering juga saya diledek oleh teman-teman saya di PSSI, dari mengurus bola besar ke mengurus bola kecil. Ada perbedaan yang mendasar," ujar Nurdin Halid kepada Bola.com, Jumat (19/12/2025).

"Membina sepak bola berarti membina kerja sama teamwork dan menciptakan kebersamaan. Sementara itu, membina tenis bersifat individual. Itu menjadi tantangan bagi saya, bagaimana menciptakan kebersamaan di antara pengurus dan pelatihnya," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Tantangan di Pelti

Petenis ganda putri Indonesia, Aldila Sutjiadi/Janice Tjen, berhasil merebut medali emas SEA Games 2025 di National Tennis Development Center, Nonthanburi, pada Jumat (19/12/2025). (NOC Indonesia)

Nurdin Halid menilai tantangan utama dalam membina tenis terletak pada kuatnya kepentingan individu. Kondisi tersebut membuat upaya membangun kebersamaan antara pelatih dan pengurus menjadi tidak semudah saat ia memimpin sepak bola.

"Karena sekarang ini sifat individualistis. Baik pelatih maupun pengurus. Ini menjadi tantangan besar bagi saya. Kalau di PSSI, ketika kita sudah bisa menciptakan kepentingan bersama dan kebersamaan, maka tim itu akan berhasil," ucap Nurdin Halid.

"Namun, di Pelti hal ini lebih berat. Kenapa? Antara pelatih dan pelatih lainnya pun tidak kompak. Itu menjadi tantangan bagi Pelti," tuturnya.

4 dari 4 halaman

Bukan Sekadar Olahraga atau Hobi

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Nurdin Halid melakukan penataan ulang dengan menempatkan pelatih profesional di bawah kendali Pelti. Dia juga mendorong perubahan paradigma agar tenis dipandang sebagai profesi yang berkelanjutan, bukan sekadar olahraga atau hobi.

"Karena itu, saya mengambil pelatih profesional yang langsung ditugaskan ke tim oleh Pelti. Dengan begitu, inilah yang bisa mengajak dan menyatukan para pelatih. Sebab, tanpa kebersamaan dan interaksi langsung dengan para pelatih, agak sulit bagi kita untuk mengembangkan tenis ini secara profesional," imbuh pria berusia 67 tahun itu.

"Sifat individualistis sudah bagus. Namun, kita perlu menciptakan tenis sebagai suatu pekerjaan. Bukan hanya olahraga, bukan hanya hobi, tetapi suatu pekerjaan yang bisa memicu dan memotivasi anak-anak kita serta para orang tua. Dengan begitu, orang tua bisa mendorong anak-anaknya untuk bermain tenis," kata Nurdin Halid yang baru menjadi Ketua Pelti pada 2024 hingga 2028.