Saat Klub La Liga Sulit Bersaing dengan Premier League, Antony Jadi Pengecualian

La Liga tertinggal dari Premier League, Antony jadi transfer langka.

Bola.com, Jakarta - Suporter Real Betis menyambut gegap gempita kedatangan Antony Matheus dos Santos. Dari pemain buangan Manchester United (MU), ia kini menjadi simbol harapan di Seville.

Namun, seperti kebanyakan klub La Liga, Betis hanya bisa merekrut dengan syarat ada pemain lain yang dijual

Pengumuman transfer Antony dilakukan secara unik: seekor kambing digital melintas di Jembatan Isabel II, menandai kembalinya sang bintang.

Empat jam sebelum bursa transfer ditutup, Betis resmi mendapatkan pemain yang akrab disebut Antonio of Triana itu.

Triana, kawasan tempat Betis berakar, kini kembali memiliki idola.

Musim lalu, Antony datang hanya sebagai pinjaman enam bulan. Namun, ia langsung mengubah segalanya: membawa Betis ke kompetisi Eropa, memenangi derbi yang dirayakan bak final Piala Dunia, hingga mengantar klub ke partai final Eropa.

Lebih dari sekadar performa, Antony menemukan kembali kebahagiaan bermain bola.

"Ini tempat saya," ucapnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Bukan Perkara Mudah

Namun, mewujudkan kepulangan Antony bukan perkara mudah. Ia dibeli MU seharga 100 juta euro, angka yang mustahil dijangkau Real Betis.

Direktur olahraga Manu Fajardo harus merancang berbagai skema kreatif. Dukungan tokoh klub pun mengalir.

"Kalau perlu diculik," canda Isco.

"Saya yang jadi sopir," timpal Joaquín, legenda yang kini jadi direksi.

Antony sabar menunggu. Musim panas ia habiskan di hotel, berlatih sendirian setiap sore. Hingga akhirnya, Betis menebusnya dengan kontrak lima tahun seharga 22 juta euro.

"Itu sulit, tapi sejak awal hanya ada Betis," katanya, tak kuasa menahan tangis.

Momen kepulangannya menjadi ikon deadline day. Dengan waktu tersisa 62 menit sebelum bursa ditutup, Antony tiba di bandara dan melambaikan tangan ke ribuan fans. Seolah belum cukup, Betis juga sukses menikung Sevilla dalam perekrutan Sofyan Amrabat beberapa menit kemudian.

3 dari 4 halaman

La Liga Tertinggal dari Inggris

La Liga berusaha menghidupkan euforia deadline day seperti di Inggris. Tahun ini, tercatat 56 pergerakan pada hari terakhir, termasuk 22 transfer permanen. Namun, bayangan Premier League tetap besar.

Total belanja klub-klub Spanyol mencapai 708 juta euro, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Meski begitu, angkanya masih jauh dari Premier League yang mengucurkan 3,58 miliar euro. Serie A (1,12 miliar euro) dan Bundesliga (775 juta euro) pun lebih unggul.

Dari angka 708 juta euro itu, hampir separuhnya dikeluarkan hanya oleh Real Madrid dan Atletico Madrid.

Realitasnya, sebagian besar klub harus menjual lebih dulu sebelum membeli. Betis, misalnya, menghabiskan 75,3 juta euro, tetapi menghasilkan 61,8 juta euro dari penjualan.

Villarreal membelanjakan 101 juta euro untuk delapan pemain, trtapi lebih dulu melepas Alex Baena, Thierno Barry, dan Yeremi Pino seharga 98 juta euro.

Ketimpangan dengan Inggris makin terasa. Bagaimana mungkin Everton, tim yang musim lalu nyaris terdegradasi, bisa merekrut Barry dari Villarreal, klub yang akan bermain di Liga Champions?

Faktor utama ada pada distribusi hak siar. Musim lalu, Premier League mengantongi 3,2 miliar euro, sementara La Liga hanya sedikit di atas 2 miliar euro. Bahkan Sheffield United yang terdegradasi menghasilkan lebih banyak dari sebagian besar klub Spanyol.

4 dari 4 halaman

Regulasi yang Membelenggu

Selain finansial, aturan menjadi kendala. La Liga menerapkan kontrol ekonomi ketat sejak satu dekade lalu. Pendaftaran pemain tak akan diproses jika klub tak memenuhi syarat keuangan.

Barcelona sampai memperkenalkan istilah palanca, menjual aset seperti hak siar dan ruang VIP, demi bisa terus belanja.

Presiden Joan Laporta kerap mencari celah, bahkan menantang sistem. Pemerintah Spanyol pun sempat turun tangan, seperti saat mengizinkan Barcelona mendaftarkan Dani Olmo setelah batas waktu.

Namun, bagi klub-klub lain, aturan ini justru membuat mereka harus menunggu lama meski sudah mendatangkan pemain baru.

Kasus Getafe jadi contoh nyata. Musim ini mereka hanya mendaftarkan 13 pemain tim utama saat liga dimulai. Lima rekrutan baru belum bisa masuk karena belum ada pemain yang dilepas.

Akhirnya, Christantus Uche, yang baru dibeli 400 ribu euro setahun lalu dan mencetak gol debut, dipaksa hengkang ke Crystal Palace dengan opsi beli 20 juta eiro.

"Pahit-manis," tulis Uche dalam perpisahan.

Pelatih Getafe, Jose Bordalas, pun mengingatkan bahwa mereka manusia, bukan stiker sepak bola.

 

Sumber: Guardian

Video Populer

Foto Populer