Apakah Posisi Xabi Alonso di Real Madrid Benar-Benar Terancam? Muncul Spekulasi Kembalinya Zidane

Hanya sebulan lalu, suasana di Bernabeu jauh berbeda. Alonso baru saja memimpin tim menumbangkan Barcelona 2-1 di El Clasico perdana musim ini.

Dalam 10 pertandingan awal La Liga, Madrid unggul lima poin di puncak klasemen. Setelah empat kekalahan beruntun dari Barca musim lalu, kemenangan tersebut terasa sebagai pernyataan tegas bahwa keadaan telah berubah.

Namun, enam laga berselang, posisi Madrid kembali anjlok. Mereka kini berada di peringkat kedua, terpaut satu poin dari Barcelona.

Los Blancos sempat menghajar Valencia 0-4 usai El Clasico, tetapi hanya meraih satu kemenangan dari lima pertandingan berikutnya.

Di Liga Champions, kekalahan di Anfield, yang tampak makin buruk karena performa Liverpool yang merosot, disusul kemenangan 4-3 yang kacau atas Olympiacos. Di La Liga, Madrid tiga kali beruntun ditahan imbang oleh Rayo Vallecano, Elche, dan Girona.

Secara statistik, performa pasca-El Clasico memang menurun, meski tidak drastis. Proporsi penguasaan bola Madrid sedikit merosot, kembali ke gaya permainan yang lebih langsung seperti era Carlo Ancelotti musim lalu.

Situasi internal Madrid digambarkan suram oleh media Spanyol. Sampul depan Marca pada Senin berbunyi "Ada yang tidak berjalan", sementara AS menulis "Tanpa kepemimpinan dan dalam kekacauan".

"Ini bencana besar," kata Adrian Garcia dari Eurosport Spanyol, yang berbasis di Madrid.

"Real Madrid memberikan posisi pertama La Liga kepada Barcelona dan Girona menjadi pertandingan ketiga beruntun tanpa kemenangan di liga."

"Alonso memiliki masalah kredibilitas besar di mata para pemain dan sebagian besar fans. Banyak pendukung menuntut ia bersikap lebih tegas kepada sejumlah pemain, tetapi kedisiplinan itu hampir mustahil saat ini."

"Alonso seharusnya membawa gaya baru, pendekatan segar, tetapi tim ini bermain seperti musim lalu bersama (Carlo) Ancelotti dan masalahnya sama persis, bahkan mungkin lebih buruk," ulasnya.

"Saat ini rasanya setiap tim di Spanyol atau Eropa bisa menang melawan Madrid, atau setidaknya meraih hasil imbang," lanjutnya.

"Dan yang lebih buruk lagi, semua laga besar selain melawan Barcelona musim ini berakhir dengan kekalahan besar: Atletico, Liverpool, dan PSG di Piala Dunia Antarklub musim panas lalu," ucap Garcia.

Menurut Garcia, tiga laga ke depan bisa menentukan nasib Alonso.

"Jelas pekerjaannya terancam, terutama jika Madrid gagal menang Rabu ini melawan Athletic Club di Bilbao. Itu akan menjadi skenario terburuk bagi Alonso," ujarnya.

"Itu semua tergantung laga-laga berikutnya. Jika Madrid kalah telak di Bilbao, Alonso bisa dipecat malam itu juga."

"Tetapi bahkan hasil imbang atau kekalahan dari Celta di Bernabeu, dengan penonton meneriakinya, bisa menjadi situasi yang sangat buruk," katanya.

Soal pengganti, Garcia menyebut Madrid mungkin kembali pada sosok yang sudah sangat familier.

"Perhatikan beberapa hari ke depan karena Zinedine Zidane akan menjadi penggantinya jika Alonso pergi," ujar Garcia.

"Florentino menginginkan Jurgen Klopp, tetapi itu tidak mungkin terjadi sekarang. Tidak ada nama besar dalam daftar… untuk saat ini."

"Zidane adalah kandidatnya, tetapi sebagian media juga menyebut nama Alvaro Arbeloa, pelatih Real Madrid Castilla saat ini," ungkap Garcia.

Jika Zidane kembali, itu akan menjadi comeback yang spektakuler, meski momentum terasa aneh. Zidane sudah lama tidak melatih sejak berpisah dengan Madrid untuk kedua kalinya. Ia disebut menunggu posisi pelatih Timnas Prancis setelah Piala Dunia 2026.

Cyril Morin dari Eurosport Prancis menegaskan bahwa rencana itu belum berubah.

"Ya, itu tetap rencananya, bahkan lebih dari sebelumnya," katanya.

"Karena Deschamps sudah mengonfirmasi akan mundur setelah Piala Dunia, tidak ada keraguan bahwa Zidane akan mengambil alih.

"Jadi, sejujurnya, saya sangat meragukan ia akan kembali ke Real Madrid. Ia sudah menunggu terlalu lama demi peluang bersama Prancis," tuturnya.

Meski begitu, tersisa satu skenario liar: Zidane kembali sementara untuk menyelamatkan Madrid hingga akhir musim, lalu tetap mengambil alih Timnas Prancis setelah Piala Dunia 2026.

Sebuah kemungkinan yang tampak kecil, tetapi jika terjadi, bakal menjadi satu di antara kisah paling dramatis di sepak bola Eropa.

Sumber: TNT Sports