Memecat Xabi Alonso Bukan Masalah bagi Real Madrid, tapi Menggantinya? Itu Lebih Sulit

Luis Nieto, dalam laporan pertandingan untuk Diario AS, menulis, "Sulit untuk menilai berapa lama Xabi Alonso akan bertahan, tapi hasil di Mendizorroza, terlepas dari skor, tidak memperbaiki peluangnya".

"Xabi Alonso menderita. Sangat. Di Mendizorroza, Alaves menyamakan skor, dan setiap menit terasa seperti hukuman mati, seolah pekerjaannya terlepas dari genggaman," tulis Juan Ignacio Garcia-Ochoa dari Marca.

Di sisi positif, media mengamati adanya keselarasan baru antara Alonso dan Vinicius Junior, serta revitalisasi Rodrygo yang mencetak gol keduanya dalam dua laga terakhir.

Namun, di media cetak, televisi, dan radio, ketidakpuasan terhadap permainan Madrid tetap tinggi.

Syarat bertahan Alonso jelas, meski belum diumumkan resmi oleh presiden klub Florentino Perez.

Setiap kesalahan melawan Talavera di Copa del Rey, Sevilla di La Liga, atau Real Betis setelah jeda musim dingin bisa menjadi akhir bagi Alonso sebelum Supercopa Spanyol di Arab Saudi, 7-11 Januari 2026.

Di sana, nasibnya ditentukan: jika menang di semifinal melawan Atletico Madrid dan final melawan Barcelona atau Athletic Club, ia boleh melanjutkan hingga akhir musim. Gagal membawa trofi, hampir pasti berarti pemecatan.

Situasi Alonso diperparah oleh krisis cedera parah: Eder Militao, Dani Carvajal, David Alaba, Eduardo Camavinga, Ferland Mendy, dan Trent Alexander-Arnold absen, sementara Alvaro Carreras dan Fran Garcia diskors.

Alonso dituntut tidak hanya memenangkan laga, tetapi juga menghadirkan permainan dominan yang mengalir.

Namun, masalah Madrid lebih kompleks. Memecat Alonso, yang baru menjabat akhir musim lalu, tidak otomatis menyelesaikan persoalan.

Siapa pengganti yang tepat? Zinedine Zidane jelas kandidat impian, ikon terbesar era Perez. Namun, Zidane berkomitmen untuk melatih Prancis pasca-Piala Dunia, dan kembali setengah musim ke Madrid bisa merusak reputasinya.

Jurgen Klopp juga tidak mungkin karena terikat janji dengan Red Bull Sports Group dan kehidupan keluarga. Opsi cadangan: Alvaro Arbeloa, pelatih akademi kontroversial, tetapi sukses dengan rekor trofi, yang didukung sebagian pimpinan klub dan penggemar.

Namun, Arbeloa juga dikritik pedas oleh komentator radio, Antonio Romero, sebelum laga Alaves karena reputasinya dianggap lebih piawai membangun relasi daripada menangani tim senior.

"Kecuali Florentino memiliki kartu truf, Arbeloa adalah satu-satunya yang bisa dipromosikan karena dia proteksi klub. Prestasinya lebih soal membangun hubungan daripada kualitas kepelatihan di level atas," kata Romero.

Real Madrid menghadapi dilema klasik: pelatih hebat belum tentu sukses tanpa kemampuan mengelola ego pemain.

"Di Real Madrid, mengatur pemain kadang lebih penting daripada taktik," begitu kata Gareth Bale kepada CBS.

Alonso termasuk kelompok Guardiola, Arteta, Tuchel, Emery, dan Luis Enrique, pelatih yang mengandalkan manajemen psikologi pemain.

Sejarah membuktikan: pelatih taktis ekstrem seperti Rafa Benitez dan Julen Lopetegui cepat dibuang (enam dan tiga bulan). Sebaliknya, figur sabar dan piawai mengelola pemain seperti Vicente del Bosque, Carlo Ancelotti, dan Zidane meraih sukses berkelanjutan.

Pertanyaannya, siapa yang mampu mengulang prestasi mereka saat ini? Mourinho bukan tipe lembut, tetapi ia bisa mengatur psikologi skuad.

Apakah Arbeloa bisa? Itu akan segera terungkap, kecuali Alonso dan skuadnya berhasil ala "Houdini" keluar dari krisis saat Florentino mengawasi dengan mata tajam.

Sumber: ESPN