Sukses


Memori Johan Cruyff Bertanding Melawan PSSI Utama di Senayan

Bola.com, Jakarta - Pesepak bola legendaris asal Belanda, Johan Cruyff , meninggal dunia karena penyakit kanker paru-paru pada Kamis (24/3/2016). Saat masih aktif bermain, sang maestro Total Football sempat singgah ke Indonesia.

Pada Selasa, 24 November 1980, Johan Cruyff datang bersama klubnya asal Amerika Serikat, Washington Diplomats, tampil di Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk menjajal Galatama Selection. Kala itu, turut serta bintang timnas Belanda lainnya yang juga tampil memesona di Piala 1974 dan 1978, Wim Jansen.

Pertandingan persabahatan itu berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan Washington Diplomats. Kantor berita AFP menyebut, permainan Washington Diplomats amat dominan. Gol pertama klub yang berlaga di kompetisi North American Soccer League itu dicetak Mario Luna pada menit ke-67.

Ia memanfaatkan bola rebound kiper Galatama Selection, Purwono. Gol kedua tim tamu dicetak Thomas Ronjin, lima menit berselang, memanfaatkan umpan rekannya, Jose Luzano. Johan Cruyff memang tidak mencetak gol, namun ia jadi pengendali lini kedua Washington Diplomats. Mereka bermain dengan gaya pressing-football atau terus memberi tekanan kepada bintang-bintang Indonesia.

Johan Cruyff dan Iswadi Idris, melakukan tukar cendramata sebelum duel Galatama Selection (Indonesia Utama) vs Washington Diplomats. (Bola.com/Repro Kompas)

Penampilan mereka layaknya Ajax Amsterdam dan timnas Belanda di Piala Dunia 1974 dan 1978, yang memesona dunia dengan gaya bermain ofensif. Walau kalah, penampilan pantang menyerah para pemain Galatama Selection yang berlaga dengan bendera PSSI Utama patut disaluti.

Pemain legendaris Indonesia, Iswadi Idris, jadi kapten tim Merah Putih. Ia bertukar cenderamata dengan Johan Cruyff yang berstatus kapten Washington Diplomats.

Mereka berani meladeni permainan Johan Cruyff dkk. Harian Sinar Pagi membuat judul berita review pertandingan "Johan Cruyff dan Ronny Pattinasarany Demonstrasi Kemahiran Bermain Bola."

Koran tersebut juga menyebut tim Indonesia hanya kalah lewat serangan balik. Dengan kata lain, mereka tidak takut menyerang. Almarhum Ronny, kala itu disebut bermain di posisi yang sama dengan Johan Cruyff sebagai playmaker. Gelandang serang berdarah berdarah Ambon kelahiran Makassar itu jadi otak permainan PSSI Utama. 

Lalu, pada tahun 1975, klub yang membesarkan Johan Cruyff, Ajax Amsterdam, datang ke Jakarta untuk tampil di turnamen mini bersama timnas Indonesia dan Manchester United. Saat itu, legenda kelahiran 25 April 1947 sudah pindah klub ke FC Barcelona.

Ajax menjadi juara turnamen segitiga tersebut. Mereka menang 3-2 atas MU (Senin, 1 Juni 1975) dan 4-1 atas Indonesia (Kamis, 5 Juni 1975). Klub yang banyak melahirkan pesepak bola top asal Negeri Kincir Angin itu juga melakukan tur ke berbagai daerah di Indonesia.

Berita asing yang memberitakan duel Galatama Selection (Indonesia Utama) vs Washington Diplomats. (Bola.com/Repro Newspaper.nl.sg)

Bertandang ke markas PSMS Medan di Stadion Teladan (Sabtu, 7 Juni 1975), Ajax menang 4-2. Selanjutnya, mereka menjajal kekuatan Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, (dulu bernama Stadion Utama Senayan). Pada pertandingan yang digelar Senin, 9 Juni 1975, tim Macan Kemayoran sukses menahan Ajax 1-1.

De Godenzonen menjalani latih tanding terakhir di Indonesia pada Rabu, 11 Juni 1975. Bermain di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, klub berkostum Putih-Merah tersebut mengalahkan Persebaya Surabaya 3-2.

Skuat Ajax Amsterdam saat itu dihuni pemain-pemain macam Ruud Krol, Van Dorf, Stefan Hasen, Johnny Rep, Rene Notten, serta Gerrie Muhrend. Nama-nama itu kalah mentereng dibandingkan Johan Cruyff, yang sejatinya lebih diharapkan datang ke Indonesia.

Video Populer

Foto Populer