Wawancara Mario Balotelli: Saya Bukan Anak Kecil Lagi!

oleh Deny Adi Prabowo diperbarui 28 Agu 2015, 07:48 WIB
KESEMPATAN KEDUA- Simak wawancara dengan Mario Balotelli yang sudah disarikan Bola.com.(acmilan.com)

Bola.com, Milan - Si bengal Mario Balotelli akhirnya kembali ke AC Milan setelah hanya mampu membela Liverpool satu musim. Di tanah kelahirannya, Balotelli menghadapi berbagai pertanyaan ekstrem. Termasuk mengenai apa yang bisa diberikannya kepada Rossoneri.

La Gazzetta dello Sport berkesempatan menemui dan mewawancarai pesepak bola berusia 25 tahun itu. Bola.com sudah menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Mulai dari rasisme, kegemarannya terhadap mobil sport, sampai utang budi kepada Sinisa Mihajlovic, semua dibuka secara gamblang oleh Balotelli.

Advertisement

Berikut petikannya.

Mengapa Anda kerap kesulitan semasa berada di Liverpool? Empat gol selama setahun untuk seorang pengganti Luis Suarez jelas tidak memenuhi ekspektasi besar terhadap diri Anda.

Saya menyadari kesalahan yang sudah saya buat, tapi formasi Brendan Rodgers tak cocok dengan karakter saya. Saat memulai karier di Anfield, saya tak memaksimalkan banyak peluang emas. Setelah itu cedera datang dan semuanya berantakan. Namun saya tidak pernah protes, saya menerima pilihan manajer dan selalu bersikap profesional.

Lalu mengapa AC Milan? Padahal Anda juga mendapat ajakan dari Gianfranco Zola ke Qatar.

Saya tahu bisa saja pindah ke tim lain karena saya belum habis. Namun saya berterima kasih kepada AC Milan, sejujurnya saya heran mengapa mereka mau menerima saya kembali.

Bisa datang ke San Siro lagi adalah mimpi jadi kenyataan. Ini kesempatan kedua yang tidak banyak orang dapat. Saya membuat janji terhadap diri sendiri, keluarga, Milan, Mihajlovic, Mino Raiola (agennya) dan semua orang yang mencintai saya. Saya akan memulai lagi dari nol.

Bisa diceritakan momen-momen kepindahan Anda dari Liverpool ke Milan?

Proses itu berjalan dengan spontan. Mino memberitahu saya; "Kemasi barang-barang kamu dan pesan jet pribadi. Kamu kembali ke Milan." Namun, pada akhirnya saya tidak menyewa jet pribadi, saya memilih naik pesawat komersial. 

Berbicara soal kehadiran Anda di Italia, banyak pemain gelap memilih pindah karena mendapatkan perlakuan rasis. Apakah Anda gusar karenanya?

Hari di mana fans berhenti menghina saya maka itu akan membuat saya gusar- itu artinya mereka tidak lagi takut kepada saya. Rasisme seharusnya tidak didukung, itu harus dihancurkan. Wasit punya hak untuk menghentikan laga (jika itu terjadi).

Andai siulan itu terdengar, saya tak akan meninggalkan lapangan. Tak akan berkata apa-apa, saya akan bermain dan itu sudah cukup.

Membahas soal gangguan di luar lapangan, Anda juga kerap mengemudikan mobil-mobil mewah dan itu menarik perhatian dari orang-orang. Komentar Anda?

Saya suka dengan mobil sport tapi tentu saja saya bukan pesepak bola pertama yang mempunyai mobil seperti itu. Namun saya akan pergi ke Milanello dengan mobil klub Audi, seperti rekan-rekan yang lain.

Anda juga terbilang sangat aktif di Instagram. Ada alasan tertentu kah?

Saya menggunakan media sosial seperti orang-orang kebanyakan yang seusia saya. Tapi sekarang saya lebih berhati-hati. Di sisi fashion, saya juga mulai bertanya kepada orang-orang, dan berupaya untuk mengikuti gaya busana ala Kota Milan.

Anda sudah bertemu dengan Sinisa Mihajlovic? Bisa diceritakan bagaiman pertemuan itu berjalan?

Orang-orang mendengar kisah tentang saya yang dilebih-lebihkan. Namun Sinisa hanya melihat mata saya untuk mengerti apakah saya punya motivasi yang tepat atau tidak. Dia mendengar kisah dari mulut saya tanpa terpengaruh apa yang dikatakan media. Karena itu saya bersyukur dengan kehadirannya.

Saya mengatakan kepadanya bahwa saya sekarang seorang laki-laki dan tidak ingin membuat masalah. Saya akan siap menerima apapun keputusan yang dia buat. Pelatih adalah pemimpin - keras, jujur, terbuka dan loyal. Sinisa bukan tipe orang yang suka pamer. Saya punya utang budi terhadapnya.

Apa yang bisa publik Italia harapkan dari seorang Mario Balotelli yang sekarang?

Saya tahu bahwa tidak boleh lagi ada kesalahan dan saya harus meyakinkan semua orang kalau saya sudah kembali. Saya datang ke sini lagi dengan etos kerja dan antusiasme. Pertarungan saya dengan diri saya sendiri juga belum usai. Saya sudah berusia 25 tahun, dan bukan bayi lagi. Saya sudah membuang banyak kesempatan.

Berarti tujuan Anda Euro 2016? Apa ada tujuan lain?

Ya, tentu saja saya berpikir ke Euro. Saya ingin bermain bagus dengan Milan dan kembali ke tim nasional Italia. Akan tetapi itu harus dilakukan selangkah demi selangkah.

Bisa melihat saya kembali berbaju Azzurri adalah salah satu keinginan Ayah sebelum dia meninggal. Saya harus mencapai tujuan tersebut untuk beliau. Sepak bola adalah hidup saya sejak lahir. Saya mengaguminya.

Saya terpisah dari keluarga dan meninggalkan Italia untuk sepak bola. Saya suka bermain sepak bola dan percayalah, saya tidak sedang dalam masa perang dengan siapa pun.

Mihajlovic meminta saya untuk tersenyum ketika mencetak gol. Itu adalah satu-satunya yang tak bisa saya janjikan karena senyum bukanlah hal yang alami bagi saya. Meskipun begitu, ketika gol tercipta maka saya selalu merasa bahagia.

Sumber: La Gazzetta dello Sport

Baca Juga:

Balotelli Buka Suara Mengenai Kariernya di Liverpool

FEATURE: Mario Balotelli "Why Not Always Him Anymore"

BREAKING NEWS: Milan Kembali Diperkuat Mario Balotelli