Reuni Spesial Para Legenda Bulutangkis Indonesia di Kudus

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 03 Sep 2015, 20:12 WIB
LEGENDA - Sebanyak 14 legenda bulutangkis Indonesia berkumpul di GOR Djarum, Jati, Kudus, Kamis (4/8), dalam kegiatan audisi umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015. (Bola.com/Arief Bagus)

Bola.com, Kudus - Bukan perkara mudah mengumpulkan para legenda bulutangkis dalam sebuah acara. Butuh usaha ekstra keras untuk sejenak membebaskan mereka dari kesibukan masing-masing. Tak heran, penyelenggara audisi umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015 sangat gembira bisa mengumpulkan para legenda bulutangkis Indonesia di GOR Djarum, Jati, Kudus, 1-3 September 2015.

Yang spesial, legenda yang hadir tak hanya segelintir, tapi ada 14 orang! Mereka adalah Christian Hadinata, Lius Pongoh, Eddy Hartono, Hariyanto Arbi, Kartono Hari Atmanto, Heryanto Saputra, Liem Swie King, Denny Kartono, Bobby Ertanto Kurniawan, Simbarsono Sutanto, Johan Wahyudi, Maria Kristin Yulianti, Hastomo Arbi, dan Fung Permadi.

Advertisement

Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin mengatakan salah satu legenda yang paling sulit diajak bergabung adalah Liem Swie King. Maklum, pemegang tiga gelar juara All England itu sudah lama tak muncul di depan publik.

“Mereka kan kebanyakan pengusaha, jadi punya kesibukan masing-masing. Bahkan saat di sini juga masih tetap ada yang mengurusi bisnisnya,” kata Yoppy sambil tertawa lebar, Kamis (3/9/2015). 

Meskipun awalnya sulit dibujuk, King mengaku gembira bisa berjumpa dengan rekan-rekan seperjuangan maupun para juniornya. “Kalau kumpul sebegini banyak jarang sekali. Walaupun sama-sama di Jakarta, tapi punya kesibukan masing-masing. Paling cuma berbagi kabar lewat telepon,” kata King mengungkapkan kesannya tentang reuni dengan rekan-rekannya.

Reuni di Kudus ini juga jadi momen spesial bagi Johan Wahyudi. Setelah 33 tahun, dia akhirnya kembali berjumpa dengan King. Menurutnya, sang rekan tak banyak berubah, tetap baby face. Hanya badannya yang berubah, tak selangsing waktu masih aktif bermain. King juga senang karena setelah puluhan tahun kembali berjumpa dengan Johan. "Dari semua legenda yang hadir, yang paling lama tidak ketemu memang Johan Wahyudi. Benar-benar kehilangan kontak. Dia di Malang, saya di Jakarta. Kalau yang lainnya kadang masih ketemu," kata King.

Haryanto Arbi juga mengaku gembira bisa berjumpa dengan senior-seniornya. Apalagi dia sudah lama tak betemu dengan mereka, terutama King. Para legenda itu mengisi waktu di Kudus dengan saling berbagi cerita, berwisata kuliner bersama, hingga berburu batu akik di dekat Stadion Wergu Wetan. 

Selama berada di Kudus, para legenda tersebut diberi misi khusus. Mereka ditugasi sebagai pencari bakat peserta audisi di sembilan kota. Nantinya para pebulutangkis yang dipilih oleh para legenda itu diberi super tiket. Nah, super tiket ini hanya diberikan kepada para pemain putri yang gagal lolos melangkah ke final audisi umum U-13 dan U-15 dan para pebulutangkis putra yang gagal melenggang ke semifinal audisi umum U-13 dan U-15.

Para legenda ini juga berbagi cerita tentang pengalaman mereka selama berkiprah di dunia bulutangkis dengan para pelatih PB Djarum. Diharapkan pengalaman itu bisa menginspirasi para pelatih itu saat membina anak didik mereka.

"Kami rencananya juga ikut memantau perkembangan anak-anak yang sudah lolos seleksi," ujar King.

Kehadiran para legenda tersebut disambut gembira para peserta audisi. Salah satunya Zulfan yang mengaku mengenal Liem Swie King lewat film Panggil Aku King. “Filmnya bagus, jadi memotivasi untuk bermain bulutangkis yang bagus,” kata Zulfan Dehan Maylano, yang berasal dari Bekasi itu. 

Baca Juga: 

1.091 Atlet Meriahkan Kejuaraan Astec Open 2015

Juara Lagi, Ini Komentar Tommy Sugiarto

29 Peserta Lolos ke Audisi Final Djarum Beasiswa Bulutangkis