Kolom: Ada Apa dengan Manchester United, Van Gaal?

Sebenarnya apa yang salah dengan Manchester United setelah skuat asuhan Louis van Gaal itu tersingkir dari Liga Champions?

BolaCom | BolaDiterbitkan 12 Desember 2015, 12:16 WIB
Kolom: Rob Maul (Bola.com/Samsul Hadi).

Bola.com - Sebenarnya apa yang salah dengan Manchester United? Ini adalah pertanyaan yang sekarang paling sering dilontarkan orang di Inggris mengenai klub tersukses dalam sepak bola Inggris itu.

Manchester United saat ini berada di peringkat keempat klasemen Premier League, dengan rekor pertahanan terbaik dari 20 klub peserta. Selain itu, mereka juga tetap masih menjadi pesaing untuk mengangkat trofi juara liga ke-21 kali yang akan ditentukan pada Minggu, 15 Mei 2016.

Advertisement

Namun, setelah tersingkir dari Liga Champions, pertanyaan serius mulai muncul mengenai kemampuan manajer Louis van Gaal, performa para pemain Manchester United, efektifitas gaya bermain pada musim ini, dan kompetensi struktur para eksekutif di koridor kekuasaan di Old Trafford.

Manchester United seperti tampil tanpa arah. Mereka pun kini seakan berjalan mundur karena tim yang pernah dianggap sebagai salah satu tim terbaik di Eropa, tidak lagi terlibat di Liga Champions. Sekarang Manchester United akan bertanding setiap Kamis malam pada Februari mendatang di Liga Europa.

Pada Selasa (8/12/2015), di Jerman, skuat asuhan Van Gaal membutuhkan hasil imbang atau lebih baik dari hasil laga PSV melawan CSKA Moscow. Namun, PSV berhasil mengakhiri laga dengan kemenangan 2-1, yang berarti Manchester United harus mengalahkan Wolfsburg agar bisa lolos ke putaran selanjutnya. Mereka sempat unggul 1-0 lebih dulu berkat tendangan Anthony Martial saat laga baru berjalan 10 menit.

Namun, Manchester United gagal memertahankan keunggulan karena justru tertinggal 1-2 dalam kurun waktu 29 menit. Meskipun berhasil menyamakan kedudukan setelah Josuha Guilavogui mencetak gol bunuh diri, Manchester United kembali tertinggal setelah Ronaldo Naldo mencetak gol keduanya satu menit berselang. Kekalahan 2-3 pun memastikan Manchester United tereliminasi dari turnamen elit di Eropa itu.

Para pemain Manchester United meratapi kegagalan lolos ke fase grup Liga Champions 2015-2016. (AFP/John MacDougall)

Ketika undian Liga Champions digelar pada Agustus tahun lalu, mungkin Grup B sempat dianggap sebagai tempat terbaik untuk Manchester United. Setelah absen satu musim di Liga Champions, Grup B juga dinilai bakal memudahkan para pemain MU untuk lolos ke 16 besar Liga Champions.

Namun, ternyata Manchester United seharusnya memang tidak berada dalam grup tersebut. Pengamat sepak bola pun terkejut begitu menyaksikan kekalahan itu. "Ini akan menjadi hal memalukan bagi klub seperti Manchester United bermain di Liga Europa," ujar mantan kapten MU, Rio Ferdinand.

"Saya bermain bersama mereka sebagai pemain. Anda pasti tidak ingin keluar dari rumah atau berjalan di Manchester ketika Anda bermain di turnamen itu. Mereka tidak boleh berpikir, mereka sedang tidak beruntung. Skuat ini butuh melihat kenyataan yang sebenarnya dalam diri mereka," kata Ferdinand. 

Paul Scholes juga sempat melontarkan komentar pedas. "Di mana letak yang salah? Tidak ada ancaman berkualitas ke pertahanan lawan. Mereka (Manchester United) adalah tim di atas rata-rata yang seharusnya juga bisa menghasilkan performa di atas rata-rata. Namun, mereka tampil buruk hampir di setiap pertandingan. Ini sangat mengejutkan. Van Gaal sekarang akan berada dalam tekanan," kata Scholes.

Setelah 30 menit dipastikan tersingkir dari Liga Champions, Van Gaal justru memberikan respons yang "menyedihkan". Dia berkata, "Untuk saat ini, saya tidak bisa membela diri karena kami tersingkir dari Liga Champions dan setiap kata yang saya keluarkan pasti salah."

"Akan tetapi, ketika saya melihat fakta, kami melaju di Piala Liga Inggris dan lolos ke penyisihan Grup Liga Champions serta masih berada di posisi yang bagus di Premier League. Jadi, fakta berkata, kami lebih baik ketimbang tahun lalu. Itu adalah jawaban saya karena saya hanya dapat memberikan fakta. Saya kecewa kami tersingkir dari Liga Champions. Saya kecewa dan para pemain juga demikian," tutur Van Gaal.

Kemajuan

Manajer MU Louis van Gaal termenung usai anak asuhnya dikalahkan Wolfsburg (Reuters)

Pelatih berusia 64 tahun itu berbicara dalam jumpa pers mengenai "kemajuan" timnya. Namun, apakah MU benar-benar mengalami kemajuan? Apakah dia sedang bercanda? Memang Van Gaal mengambil alih klub ketika sedang berada dalam titik terendah selama 30 tahun terakhir, setelah kegagalan David Moyes. Akan tetapi, saat ini apakah sudah ada kemajuan? Kemajuan yang benar-benar terlihat nyata di lapangan?

Manchester United selama ini dikenal sebagai tim penantang klub-klub besar Eropa seperti Real Madrid, Barcelona, atau Bayern Munchen. Dengan begitu, Van Gaal harus mengatasi tekanan untuk memberikan gelar musim ini, atau setidaknya membuat kemajuan signifikan untuk permainan MU. Jika tidak, bisa jadi harapannya untuk pensiun sembari menikmati "Surga di Portugal" akan tiba satu tahun lebih cepat dari yang dia bayangkan.

Jika Manchester United gagal mempertahankan kredibilitas dalam perebutan gelar Premier League, para petinggi klub pun harus meninjau ulang masa depan klub mereka. Beberapa hari sebelum tersingkir dari Liga Champions, sumber senior di Old Trafford berkata, mereka memang senang dengan kemajuan yang dibuat Van Gaal—dan bahkan menolak mengesampingkan perpanjangan kontrak jika dia bersedia menunda pensiun pada 2017.

Akan tetapi, meski sedang menghadapi beberapa tekanan, Van Gaal setidaknya harus tetap finis di tiga besar klasemen Premier League dan melangkah sejauh mungkin di Piala FA agar bisa "selamat" pada musim panas tahun depan. Apalagi, meski sumber senior di Old Trafford berkata seperti itu, bukan berarti tidak ada pelatih yang layak dijadikan alternatif pengganti Van Gaal.

Pelatih asal Italia, Carlo Ancelotti masih tersedia dan dia sudah melemparkan topi ke pusaran bursa calon pelatih Manchester United. Bahkan, rekam jejaknya lebih impresif ketimbang Van Gaal, dan jelas, dia adalah teman dekat Ferguson, yang bisa sejauh ini bisa dikatakan masih memiliki pengaruh besar di klub.

Pelatih asal Spanyol, Pep Guardiola pun akan memikat klub Premier League jika dia benar-benar menolak perpanjangan kontrak dan meninggalkan Bayern Munchen pada akhir musim 2015-16 demi menjalani petualangan baru. Hal ini tentunya bisa membuat sebuah "perkelahian" antara dua klub asal Manchester (MU dan City) yang telah dikabarkan ingin mendapatkan tanda tangannya.


Metode

Manajer Manchester United, Louis van Gaal, saat memimpin latihan anak asuhnya pada Selasa (27/10/2015). (Reuters/Lee Smith).

Metode

Masalah utama Van Gaal yang paling sering dibahas adalah metode kepelatihan. Sebuah klub dengan basis suporter besar, khususnya bagi mereka yang mengikuti perjalanan klub setiap pekan, pastinya bakal semakin gelisah dengan gaya bermain Manchester United di bawah asuhan Van Gaal.

Gaya bertahan Van Gaal yang lebih mengutamakan pendekatan "main aman", sangat kontras dengan gaya legendaris yang diterapkan Sir Alex Ferguson. Beberapa fans akan mencemooh Manchester United begitu mereka merasa frustasi, sementara fans lainnya juga bisa merasa bosan. 

Beberapa fans menilai metode Van Gaal adalah pelanggaran terhadap tradisi sepak bola menyerang yang sudah menjadi bagian dari Manchester United. Permainan yang ditampilkan Manchester United pada musim ini seperti tidak memiliki keberanian untuk melakukan hal itu. Ada kecenderungan mereka lebih memilih mengumpan ke belakang ketimbang melakukan berbagai penetrasi ke jantung pertahanan lawan.

Pada dasarnya, permainan Manchester United memang tidak cukup menarik. Lima dari 10 pertandingan terakhir Manchester United berakhir 0-0. Hasil imbang tanpa gol adalah konsep permainan aneh bagi Manchester United. Dalam 116 pertandingan terakhir di Old Trafford, Ferguson tidak pernah meraih satu pun laga berakhir imbang 0-0.

Di saat manajer menerima kritik, para pemain tentunya juga harus mendapatkan porsi sama untuk berbagai hal yang sudah terjadi dengan tim mereka. Namun, lucunya, para pemain Manchester United justru malah mengeluh suhu ruang ganti mereka terlalu hangat saat melawan Wolfsburg di Volkswagen Arena.

Para pemain Manchester United tampak berlatih persiapan melawan Wolfsburg pada lanjutan Liga Champhions di Stadion Volkswagen Arena, Wolfsburg, Germany, Senin (7/12/2015). (AFP Photo/John Macdougall)

Selain itu, meski sudah menghabiskan 250 juta pounds selama 18 bulan bekerja, banyak rekrutan Van Gaal yang belum memberikan hasil nyata. Terlalu banyak pemain bintang, termasuk Wayne Rooney, yang bermain di bawah standar dan tidak cukup berkontribusi untuk klub.

Ini juga bisa jadi merupakan kegagalan Wakil Direktur, Ed Woodward, pria yang merekrut dan menandatangani semua cek transfer Manchester United. Contoh lihat kasus Angel Di Maria—diboyong dari Real Madrid dengan banderol 59 juta pounds, lalu dijual ke Paris Saint-Germain sebesar 44 juta pounds, sehingga mereka merugi 15,7 juta pounds—yang menggambarkan buruknya peran Woodward pada bursa transfer semenjak David Gill pergi.

Setelah Manchester United tersingkir pada pekan ini, beberapa jurnalis mendapat penjelasan singkat untuk berbagai solusi mereka. Pada Jumat pagi, misalnya, ketika beberapa surat kabar di Inggris mengabarkan Manchester United mengincar bek Everton, John Stone, dengan biaya transfer sebesar 50 juta pounds. Bahkan, ada kabar aneh mengenai target mereka merekrut playmaker Barcelona, Neymar, serta dua bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale pada musim panas mendatang.

Ya, gelontoran dana besar memang akan tetap tersedia karena sumber keuangan mereka untuk merekrut pemain dikabarkan masih berkisar 374 juta pounds. Namun, pertanyaan tentang apakah Van Gaal yang bakal menghabiskan semua dana itu akan tergantung pada hasil dan performa Manchester United pada musim ini. Selain itu, tergantung juga apakah Van Gaal dapat memberikan jawaban memuaskan untuk pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi dengan Manchester United.

@Rob_Maul