Momen PSS Sleman Bangkit dari Masa Kelam Sepak Bola Gajah

oleh Ronald Seger Prabowo diperbarui 16 Feb 2016, 10:15 WIB
Herry Kiswanto (kiri), yang disanksi seumur hidup larangan beraktivitas di lingkungan sepak bola PSSI akibat sepak bola gajah, kembali bangkit bersama PSS Sleman. (Bola.com/Romi Syahputra

Bola.com, Sleman - Minggu, 26 Oktober 2014 jadi hari yang akan pernah tak bisa dilupakan PSS Sleman. Hari itu di Lapangan AAU Yogyakarta, mereka terlibat skandal sepak bola gajah bersama PSIS Semarang babak 8 besar Divisi Utama Grup 1.

Saat itu PSS menang 3-2 atas PSIS, namun menjadi heboh karena lima gol sepanjang tersebut seluruhnya merupakan gol bunuh diri. PSSI lewat Komisi Disiplin melakukan investigasi. Hasilnya, Komdis PSSI memberikan hukuman berat larangan berkecimpung di sepak bola seumur hidup bagi sejumlah pemain, pelatih, dan mereka yang terlibat dalam manajemen.

Tidak hanya disanksi, citra PSS sempat tercoreng lantaran sepak bola gajah itu jadi pemberitaan tak hanya dalam negeri, melainkan hingga mancanegara.

Namun, tim pujaan suporter Brigata Curva Sud (BCS) dan Slemania tersebut mencoba bangkit dari masa kelam. Turnamen Bali Island Cup 2016 jadi ajang pembuktian bila tim kebanggaan warga Sleman itu masih ada.

Kendati citra klub tercoreng akibat sepak bola gajah, tak menyurutkan pemain bintang merapat ke klub berjulukan Elang Jawa ini. Buktinya, manajemen sukses mendatangkan pemain semacam Deny Rumba (Persepam MU), Mahadirga Lasut (Persija Jakarta), Busari (Persiba Bantul), hingga mantan penyerang Persib Bandung asal Jepang, Kenji Adachihara.

"Kami harus tunjukkan bahwa di Yogyakarta masih ada PSS Sleman sebagai tim yang patut diperhitungkan. Semua pasti punya cerita masa lalu dan sekarang bagaimana mempersiapkan diri agar sepak bola kembali cerah,'' ungkap pelatih PSS Sleman, Heri Kiswanto, saat berbincang dengan bola.com.

Advertisement

Pelatih yang akrab disapa Herkis itu mendapat hukuman berat larangan aktif di sepak bola resmi di Tanah Air seumur hidup bersama ofisial tim Rumadi, Eri Febriyanto (sekretaris tim), dan tiga pemain yakni Riyana, Agus Setiawan, dan Hermawan Putra Jati.

Herkis mengaku keputusan kembali membesut PSS didasari rasa ikatan batin dengan seluruh elemen tim dan suporter. Cerita kelam tentang sepak bola gajah dianggapnya sebagai pengalaman dan kekeliruan yang pernah terjadi di sepak bola.

"Saya tidak ingin kekeliruan itu kembali terjadi karena ketidaktegasan petinggi sepak bola dan akhirnya kami jadi korban," ungkap mantan kapten Timnas era 1970-an tersebut.

Hal senada diungkapkan salah satu direksi PT Putra Sleman Sembada, Supardjiono, yang juga dikenai sanksi seumur hidup larangan aktif di lingkungan sepak bola PSSI seumur hidup oleh Komdis PSSI. "Kami buktikan bahwa kami masih ada dan siap membawa sepak bola Indonesia ke arah lebih baik," ungkap Supardjiono.

Menarik dinanti apakah kembalinya keterlibatan sosok-sosok yang terkena sanksi itu di PSSI sesuai dengan regulasi. Pasalnya, bila mengacu pada penyelenggaraan Piala Kemerdekaan 2015, Tim Transisi melarang PSIS Semarang yang kala itu ingin menggunakan pemain yang terlibat di sepak bola gajah di turnamen tersebut.

Sejauh ini kubu PSS Sleman menganggap Bali Island Cup 2016 hanyalah turnamen tak resmi sehingga mereka yang terhukum tetap terlibat.