Jelang El Clasico: Ragam Titik Lemah Barcelona dan Real Madrid

oleh Octavery Krisnandana diperbarui 02 Apr 2016, 12:52 WIB
Tiga pemain Barcelona, Vidal (kiri), Neymar da Silva (tengah) dan Jordi Alba, melakukan sesi latihan resmi jelang laga kontra Real Madrid. El Clasico jilid II musim 2015-2016 akan berlangsung Minggu (3/4/2016) dini hari WIB, di Estadio Camp Nou. (EPA/Quique Garcia)

Bola.com, Barcelona - Duel klasik dua raksasa di Estadio Camp Nou, Sabtu (2/4/2016) atau Minggu (3/4/2016) dini hari WIB, bakal menampilkan perang strategi yang menarik untuk dilihat. Pertemuan Barcelona kontra Real Madrid, pada lanjutan La Liga 2015-2016, menjadi medium bagi mereka untuk saling jegal.

Tak heran, perang isi di kepala Luis Enrique (Barcelona) dan Zinedine Zidane (RealMadrid), menjadi satu di antara faktor menarik. Mereka bakal menganalisa seluruh titik lemah lawan agar permainan anak asuhnya lebih efisien.

Advertisement

Beberapa catatan menarik terkait titik lemah El Barca dan El Real sepanjang musim ini, bisa menjadi bahan prediksi laga krusial dini hari nanti. Kubu Barcelona dan Real Madrid tampil superior di area depan, namun ternyata tak merata.

Barcelona memiliki titik lemah yang bisa jadi bakal dimanfaatkan Real Madrid. Pada musim ini, dari 43 pertandingan di berbagai ajang, Barcelona sudah kebobolan 39 kali. Di posisi penjaga gawang, penampilan Claudio Bravo lebih bagus dengan catatan kebobolan 0,7 gol per partai.

Trio lini depan Barcelona, Lionel Messi (kiri), Luis Suaez (tengah) dan Neymar da Silva, berlatih bersama jelang laga kontra Real Madrid. El Barca punya lini serang tajam, tapi punya beberapa titik lemah di area pertahanan. (EPA/Quique Garcia)

Modal itu pula yang membuat Bravo layak menjadi pilihan utama Pelatih Luis Enrique Martinez di bawah mistar Barcelona. Hanya saja, El Barca sebenarnya memiliki masalah di lini belakang terlepas dari siapapun kiper yang akan mereka tampilkan.

Total, 47 persen gol yang bersarang di gawang mereka selalu berasal dari proses transisi menyerang lawan yang cepat mengalirkan bola ke sayap. Ujung dari aliran serang musuh biasanya berupa umpan silang.

Kondisi tersebut berbahaya karena para gelandang Barcelona cenderung lambat menutup pergerakan dari lini kedua lawan. Situasi ini sangat berbahaya, karena pergerakan second line atau coming from behind menjadi sinyal untuk menyambut umpan silang yang dilepaskan dari sayap.

Masalah semakin rumit karena postur beberapa bek Barcelona cenderung kurang tinggi untuk ukurang pemain Eropa. Praktis, hanya Pique dan Mathieu yang memiliki tinggi badan yang cocok untuk mengantisipasi umpan silang. Tidak heran jika angka kemenangan duel udara per pertandingan mereka merupakan yang terendah di La Liga (9,8).

Seringnya Dani Alves, Alba, Mathieu, Sergi Roberto, dan Andre Ter Stegen salah mengantisipasi umpan silang yang datang juga disebabkan sistem bertahan mereka yang selalu mempersempit area permainan. Strategi ini sebenarnya untuk mempercepat merebut bola dari lawan.

Akibatnya, sering kali melihat pemain seperti Alba atau Alves harus menjaga striker tengah lawan yang tinggi besar untuk menutupi pergerakan bek tengah Barca yang mendekati pemain yang akan melepaskan umpan silang.

Tidak kurang dari 14 gol tercipta ke gawang Barca musim ini akibat kesalahan pemain-pemain tersebut. Kelemahan inilah yang sebenarnya dapat dimanfaatkan kubu Los Blancos. Apalagi tim tamu punya pengumpan silang andal seperti Bale, Ronaldo, maupun James Rodriguez.

Tak hanya kubu Barcelona yang wajib mewaspadai titik lemah mereka. Real Madrid berada dalam kondisi yang sama, karena mereka juga punuya beberapa hal yang bisa dieksploitasi Lionel Messi, Neymar, Luis Suarez sampai Andres Iniesta.

Dua pemain Real Madrid, Gareth Bale (kanan) dan Danilo da Silva, menjalani sesi latihan di kompleks pemusatan latihan Valdebebas, kemarin. Keduanya melakukan persiapan jelang partai kontra Barcelona, di Estadio Camp Nou, Minggu (3/4/2016) dini hari WIB.

Sejak tampuk kepelatihan beralih pada Zinedine Zidane, statistik kebobolan Los Galacticos cukup mengkhawatirkan. Mereka 14 kali kebobolan dari 15 pertandingan, bukan angka yang bagus untuk modal menuju perburuan gelar juara.

Pemlihan gelandang bertahan jadi persoalan utama. Toni Kroos yang sering ditempatkan di posisi tersebut bukanlah seorang petarung di lini tengah. Insting bertahannya tidak begitu baik. Kroos sering terpancing keluar dari posisinya.

Hal itu meninggalkan celah yang tidak mampu ditutupi pemain lain. Real Madrid rata-rata kebobolan 1,1 gol per partai ketika Kross bermain sebagai gelandang bertahan tunggal. Angka tersebut jauh menurun (0.6) ketika akhir-akhir ini Zidane mulai mempercayakan posisi tersebut pada gelandang muda Brasil, Casemiro dan mendorong Kroos lebih ke depan.

Posisi bek kanan jadi masalah tambahan. Lawan-lawan Madrid sering mendapat kesempatan lewat celah yang ditinggalkan Kroos. Musuh bisa cepat memberikan bola ke area kotak penalti yang seharusnya dijaga Danilo maupun Carvajal.

Kegagalan mereka menjaga area tersebut dengan baik menyebabkan lawan leluasa memilih mengembalikan bola ke area Kroos yang kosong, memberikan umpan silang ke area kiri milik Marcelo yang terlanjur berada di depan atau langsung mencetak gol.

Total 6 kali Real Madrid kebobolan lewat proses tersebut. Sontak, kualitas trio MSN milik Barca bisa memberi marabahaya untuk memanfaatkan kelemahan koordinasi lini pertahanan Les Merengues.

Laga El Clasico merupakan jaminan pertarungan sengit dan penuh intrik. Tidak hanya faktor teknis yang berpengaruh, tetapi juga faktor non-teknis. Tim yang mampu mengeksploitasi tiap titik lemah lawannya, punya peluang besar untuk memenangi duel nanti.

Sumber: LabBola

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini