Keterpaksaan Jadi Pondasi Mimpi Hanna Ramadini di Bulutangkis

oleh Muhammad Wirawan KusumaErwin Snaz diperbarui 26 Mei 2016, 19:30 WIB
Tunggal putri Indonesia, Hanna Ramadini, menceritakan awal dirinya bermain bulutangkis hingga menjadi anggota pelatnas PBSI. (Bola.com/Erwin Snaz)

Bola.com, Bandung - Olahraga bulutangkis sudah digeluti Hanna Ramadini sejak berusia 8 tahun. Namun, siapa sangka Hanna Ramadini menjadi atlet bulutangkis profesional diawali dari sebuah keterpaksaan.

Hanna aktif bermain bulutangkis karena tak banyak memiliki teman pada masa kecilnya. Namun keterpaksaan itu Hanna membuat mampu menjadi seperti sekarang ini.

Advertisement

"Saya tertarik menggeluti bulutangkis karena terpaksa, karena dulu tidak punya teman, akhirnya cari kegiatan yang sehat dan lama-lama dapat uang. Di situlah saya mulai serius menekuni olahraga bulutangkis," ujar Hanna kepada Bola.com di Jalan Pajajaran Bandung, Rabu (25/5/2016).

Gadis asal Tasikmalaya, Jawa Barat, ini mengaku kegiatannya bermain bulutangkis semakin menambah deretan prestasi. Prestasi itu diraih anak pasangan Iwan Setiawan dan Teti Sumiati tersebut setelah terjun pada beberapa kejuaraan nasional dan internasional.

Pada tahun 2014, Hanna sukses menjadi juara Swiss International Challenge. Pada tahun 2015, atlet kelahiran 21 Februari 1995 tersebut mampu merebut medali perak pada ajang SEA Games. Ada beberapa prestasi lain yang pernah dicapainya.

"Itu prestasi yang saya ingat. Sebenarnya masih banyak, tapi sebagian lagi lupa. Waktu SD kelas 5 juga juara dan dapat uang. Waktu itu senangnya minta ampun, makanya saya semakin serius," seloroh Hanna dengan gayanya yang blak-blakan.

Pebulutangkis Putri Indonesia Hanna Ramadini (badminton.org)

Atlet yang mengidolakan Hendra Setiawan dan Ratchanok Intanon ini tentu belum puas dengan pencapaiannya itu. Bahkan, dia memiliki mimpi besar pada ajang Asian Games 2018. Hanna berambisi menyabet medali. "Apapun medalinya yang penting dapat di Asian Games nanti. Mudah-mudahan medali emas," ujar Hanna.

Sosok ayah diakui Hanna menjadi inspirasi untuk meniti karir di olahraga bulutangkis. Sang ayah pulalah yang mengawali mengajarkannya olahraga tersebut.

"Sampai suatu saat ayah pernah bilang ingin sekali melihat saya di televisi dan sekarang kesampaian. Beliau bilang awal melihat saya di televisi menangis karena terharu. Kalau sekarang suka deg-degan saja," jelas Hanna.

Anggota Tim Uber Indonesia, Hanna Ramadini (kanan), mencium bendera merah putih saat acara pelepasan tim Thomas-Uber Indonesia di Pelatnas Bulutangkis PBSI, Cipayung, Jakarta, (9/5/2016). (Bola.com/Arief Bagus)

Tak hanya memenuhi mimpi sang ayah, kemunculan Hanna di televisi juga membuatnya mendapatkan kesempatan berkiprah di bidang yang berbeda. Dia mengaku mendapatkan tawaran jadi model untuk mempromosikan sebuah produk. Namun, tawaran itu ditolaknya

"Saya tidak bisa karena tidak ada waktu. Selain itu saya orangnya tak bisa bergaya seperti model. Saya tak pernah memikirkan sama sekali, termasuk akting," tutur Hanna.

"Cita-cita selain sukses di bulutangkis, saya ingin jadi pengusaha yang sukses. Sekarang saya fokus saja dulu bulutangkis dan kuliah," tambahnya.

Meski sibuk melakoni olahraga bulutangkis, bukan berarti dunia pendidikan ditinggalkan. Saat ini Hanna Ramadini mengaku masih kuliah di Universitas Trisakti Jakarta. Dia mengambil jurusan manajemen pariwisata. "Insya Allah sebentar lagi lulus," ucapnya.