5 Pemain Indonesia yang Merasakan Gemerlap La Liga Spanyol

oleh Ario Yosia diperbarui 30 Sep 2016, 07:00 WIB
5 Pemain Indonesia yang Merasakan Gemerlap La Liga Spanyol. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Pesepak bola seantero dunia selalu bermimpi bisa berkiprah di kompetisi  Eropa. Kompetisi Benua Biru dikenal mapan dari sisi finansial dan ketatnya persaingan.

Ada empat negara Eropa yang kompetisinya diminati pesepak bola, yakni Inggris (English Premier League), Jerman (Bundesliga), Italia (Serie A), Spanyol (La Liga). Nama negara terakhir disebut kompetisinya tengah naik daun.

Advertisement

Klub-klub asal Negeri Matador beberapa tahun belakangan menguasai persaingan elite Eropa. Barcelona dan Real Madrid silih berganti menjadi juara Liga Champions.

Di level negara, Spanyol jadi juara dunia edisi 2010 plus juga Piala Eropa 2008 dan 2012. Pesepak bola-pesepak bola top dunia macam Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Gareth Bale, serta Luiz Suarez bermain di kompetisi La Liga.

Untuk bisa bermain di kasta utama La Liga (The Primera Division) tidaklah mudah. Klub-klub kontestan kompetisi amat selektif menggaet pemain. Mengandalkan talent scouting mereka sibuk berburu pemain-pemain muda potensial dari Afrika, Amerika Latin, Australia, dan Asia.

Indonesia yang reputasinya di dunia sepak bola internasional tidak mentereng relatif beruntung, karena memiliki sejumlah pemain yang mencicipi kesempatan berkiprah di Liga Spanyol.

Memang belum ada satu pun pesepak bola negara kita yang mentas di kompetisi elite negara tersebut. Mereka baru sebatas mencicipi kesempatan berkiprah di tim junior klub-klub kasta bawah.

Walau begitu, kesempatan mereka untuk menerobos persaingan elite amat terbuka, karena banyak pesepak bola top dunia memulai karier dari kompetisi level Divisi II hingga IV di Spanyol.

Bola.com mencatat ada lima pemain Indonesia yang mencicipi La Liga Spanyol. Siapa-siapa saja mereka dan bagaimana ceritanya?

2 dari 6 halaman

Arthur Irawan

Arthur Irawan (Bola.com/ Nicklas Hanoatubun)

Nama Arthur Irawan menghebohkan publik sepak bola Tanah Air kala dirinya menandatangani kontrak dengan klub RCD Espanyol B pada akhir tahun 2011.

Bakat sang bek sayap dicium pemandu bakat klub kontestan kompetisi kasta ketiga Negeri Matador saat dirinya tampil dalam sejumlah laga kompetisi amatir Inggris bersama Lytham Town.

Arthur ditawari trial selama dua bulan sebelum akhirnya dipanjar kontrak permanen selama empat tahun. Tampil sebanyak 22 laga dengan jumlah koleksi empat gol selama dua musim, Arthur pindah ke Malaga B pada awal tahun 2014.

Sayang kariernya macet di klub barunya, ia hanya enam kali mengecap kesempatan merasakan atmosfer pertandingan. Terakhir pemain kelahiran tercatat sebagai pemain klub Divisi III Belgia, Waasland-Beveren.

Uniknya walau mengencap jam terbang internasional nama Arthur justru tidak laku di Timnas Indonesia. Ia sempat diminta bergabung oleh Nilmaizar saat Tim Merah-Putih akan menghadapi Piala AFF 2012.

Hanya setelah menjalani latihan selama sepekan, namanya dicoret. Padahal kala itu Timnas Indonesia sudah ikut skuat Tim Garuda ke Malaysia tempat bergulirnya fase penyisihan turnamen.

Pelatih Timnas Indonesia saat ini, Alfred Riedl, mengaku sama sekali tidak berminat memakai tenaga Arthur. Ia bahkan sempat menyebut sebaiknya pemain kelahiran Surabaya, 3 Maret 1993 tersebut, berganti profesi sebagai pesepak bola.

Namun, apapun itu Arthur mencatatkan diri sebagai pemain asal Asia Tenggara pertama yang berkiprah di La Liga Spanyol. Walau memang tidak di level kasta tertinggi, prestasinya layak diberi apresiasi.

3 dari 6 halaman

Evan Dimas Darmono

Evan Dimas (Bola.com/Peksi Cahyo)

Popularitas Evan Dimas Dimas melesat bak roket seusai mengantar Timnas Indonesia U-19 menjadi juara Piala AFF U-19 2013. Ia bersama rekan-rekannya kian dielu-elukan saat sukses lolos ke putaran final Piala AFC U-19 2014.

Tim Garuda Jaya besutan Indra Sjafri saat mengunci kepastian lolos ke putaran final turnamen setelah menggasak juara bertahan Korea Selatan dengan skor 3-2 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Evan mencetak hattrick saat itu.

Walau kemudian Timnas U-19 gagal berprestasi di Piala AFC U-19 2014 yang dihelat di Myanmar, popularitas Evan tak meredup.

Permainan cantik mirip-mirip Barcelona yang diusung Indra Sjafri sudah terlanjur membuat masyarakat jatuh cinta. Evan yang berposisi sebagai gelandang tengah disebenadingkan dengan bintang-bintang The Catalan macam Xavi Hernandez dan Andres Iniesta.

Saat kompetisi profesional Indonesia mati suri imbas konflik antara PSSI dengan Pemerintah RI sepanjang 2015, Evan mendapat kesempatan berharga menjalani latihan di klub Spanyol, Llagostera dan RCD Espanyol B.

Nine Sport, promotor event olahraga yang sering mendatangkan klub-klub top ke Indonesia, menjalin kerja sama dengan pengelola La Liga. Intinya mereka memberikan kesempatan kepada Evan unjuk kemampuan. Jika dinilai berkualitas ia punya kesempatan dikontrak permanen.

Di Llagostera pada medio 2015, Evan gagal yang datang dalam kondisi cedera gagal menunjukkan kemampuan terbaik. Ia hanya menjalani latihan kurang dari sepekan. Sementara itu di Espanyol B, gelandang serang kelahiran Surabaya, 13 Maret 1995 tersebut sempat menjalani latihan selama tiga bulan.

Di klub tersebut ia juga gagal mendapatkan kontrak permanen. Walau begitu selepas dari Spanyol, terlihat kemampuan olah bola sang pemain meningkat pesat.

Perannya amat besar mendongkrak prestasi Bhayangkara FC di ajang Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo. Klub yang dihuni banyak pemain belia menjadi kuda hitam di persaingan papan atas.

4 dari 6 halaman

Dallen Ramadhan

Dallen Ramadhan (kiri) (Bola.com/Dok Pribadi)

Kabar bagus datang dari Spanyol pada awal bulan September 2016. Dua pemain asal Indoneia, Mahir Radja dan Dallen Ramadhan, secara resmi menandatangani kontrak selama setahun dengan klub Spanyol, Deportivo Castellon SAD, pada Rabu (7/9/2016).

Sementara itu, Castellon merupakan klub yang saat ini sedang berkompetisi di Divisi Tercera atau kompetisi kasta keempat di Spanyol. Klub yang diarsiteki Kiko Ramirez itu bermarkas di Nou Estadi Castalia yang berkapasitas 16 ribu penonton.

Klub yang berdiri tahun 1922 itu juga pernah diperkuat beberapa pemain berkualitas. Mulai dari Leonardo Ulloa, Emilio Nsue, Gaizka Mendieta, hingga mantan pelatih Spanyol, Vicente del Bosque.

Dallen sebelumnya pernah memperkuat Pelita Bandung Raya saat tampil di Piala Presiden 2015. Namun, kontraknya bersama tim yang kini berganti nama menjadi Madura United itu tidak berlanjut sehingga ia akhirnya mencoba peruntungan di Spanyol.

Sebelum resmi berkostum CD Castellon, Dallen dan Mahir sama-sama pernah memperkuat Timnas Indonesia U-19 yang diasuh Fachry Husaini.

"Sangat senang dan bangga menjadi bagian dari CD Castellon! Tantangan baru dengan begitu banyak angan-angan. Terima kasih untuk semua yang selalu mendukung saya," tulis Dallen di akun Instagramnya.

Keduanya juga lama menimba ilmu di Negeri Matador karena masuk program pengembangan pemain yang dilakukan, Jakarta Football Academy sejak 2012. Dallen dan Mahir berlatih di Spanyol bersama ketujuh rekan di JFA, yakni Muhammad Rafif, Ferul Monang, Syahrian Abimanyu, Hanif Faturahman, Hanif Abdurrauf, Samuel Christianson, dan Nicolas Pambudi.

Kala itu, ke-9 pemain asal Indonesia tersebut berhasil membawa tim yang mereka perkuat menjadi juara wilayah Valencia untuk kategori usia di bawah 16 tahun. Selepas itu beberapa di antara mereka bertahan di Spanyol, menjalani latihan di sebuah akademi sepak bola privat.

5 dari 6 halaman

Mahir Radja

Mahir Radja Djamaoeddin (Bola.com/Dok. Pribadi)

Nama Mahir Radja Djamaoeddin sejatinya masuk dalam daftar seleksi di Timnas Indonesia U-19 yang akan berlaga di Piala AFF 2016. Namun, sang pemain belia memilih menjalani trial di klub Spanyol, Deportivo Castellon SAD. Siapa sangka keputusannya berbuah manis.

Ia secara resmi pada Rabu (7/9/2016) dikontrak Castellon untuk bermain di tim U-19 klub yang bermarkas di Kota Valencia. Keputusan Mahir sendiri menepikan kesempatan mengikuti seleksi Tim Merah-Putih bukan karena ia tidak nasionalis.

Agenda trial di Castellon berbarengan dengan pelatnas Timnas Indonesia U-19. Kesempatan menjalani tes di klub Divisi IV Spanyol tersebut tidak datang setiap saat. Sang ayah, Demis Djamaoeddin, membebaskan anaknya untuk memilih.

Sudah lima tahun Mahir berada di Spanyol menjalani latihan privat yang dikelola oleh Vicente Floro, seorang agen pemain berlisensi FIFA. Vicente sendiri merupakan putra mantan pelatih Real Madrid, Benito Floro. Ia mendirikan akademi privat untuk menampung pesepak bola-pesepak bola berbakat dari berbagai belahan dunia untuk dipasarkan ke klub-klub Eropa.

Karier junior Mahir Radja Djamaoeddin berawal di Akademi Villa 2000. Ia sempat masuk program pelatnas jangka panjang Timnas Indonesia U-19 besutan Fachry Husaini pada tahun 2015.

Sayang, belum sempat mentas merasakan atmosfer turnamen internasional, konflik sepak bola nasional meledak.Timnas Indonesia U-19 kemudian dibubarkan karena tak bisa berlaga di pentas internasional seiring jatuhnya sanksi FIFA imbas intervensi pemerintah RI.

Sebelumnya pemain kelahiran 23 Mei 1998 itu sempat berkiprah juga di Timnas U-16 Piala AFF 2013. Keberhasilan sang gelandang mendapatkan kontrak terasa membahagiakan.

"Pastinya saya amat senang akhirnya bisa mengantungi kontrak profesional dari Castellon. Semoga saya mendapat kesempatan bermain yang banyak di tim U-19 sehingga bisa naik kelas ke tim utama," ungkap Mahir Radja Djamaoeddin. Mahir Radja Djamaoeddin  yang dikontak Bola.com lewat jaringan telepon internasional.

6 dari 6 halaman

Tristan Alif Naufal

Tristan Alif (Bola.com/Dok. Pribadi)

Perjalanan penuh dengan perjuangan harus dilalui bocah berbakat asal Indonesia, Tristan Alif Naufal demi mewujudkan mimpinya bermain di kompetisi Eropa. Saat ini, Tristan sudah menjadi bagian dari akademi klub La Liga Spanyol, CD Leganes.

Alif mengenal dunia si kulit bundar dari sang ayah, Ivan Trianto, yang seorang penggemar sepak bola, saat masih berusia empat tahun. Sadar sang anak memiliki bakat besar, Ivan coba mendaftarkan Alif ke Sekolah Sepak Bola yang berujung penolakan. Mereka menolak Alif karena usia sang anak belum masuk batas minimal, yakni 7 tahun.

Penolakan dari SSB tersebut membuat Alif hanya berlatih di rumah dengan menyaksikan video rekaman teknik melalui Youtube. Sesekali ia juga diajak berlatih bersama saudaranya yang kebetulan seorang freestyler. Baru pada usia 6 tahun, Alif berlatih di SSB setelah mendapatkan beasiswa di SSI Arsenal.

Hebatnya, Alif berhasil mendapatkan beasiswa karena tim pelatih klub yang bermarkas di London, Inggris, itu terpukau dengan aksinya saat mengikuti trial. Alhasil, Ivan bisa bernafas lega karena tidak harus merogoh kocek hingga Rp 1,4 juta setiap bulan agar Alif bisa rutin latihan di sana.

Selain bersama SSI Arsenal, Alif juga tercatat pernah berlatih di sekolah sepak bola Liverpool dan juga ASIOP Apacinti, dua SSB yang terletak di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Saat masih berlatih di Liverpool, bocah yang pernah dipuji pelatih yang kini menangani Manchester City, Josep Guardiola, masuk kategori pemain berbakat untuk pemain seusianya.

Bakat Alif yang semakin terasah karena berlatih secara rutin menarik minat dua klub yang punya akademi sepak bola jempolan, Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam. Dua klub terkemuka di Belanda itu mengajak anak dari pasangan Ivan Trianto dan Irma Lansano itu untuk melihat langsung bakat besar yang dimiliki Alif.

Selama mengikuti festival sepak bola di Ajax, Tristan Alif Noufal berhasil menyabet beberapa penghargaan individu mulai Pemain Terbaik Ajax Internasional Camp 2014, Pemain Terbaik kategori 1 Vs 1, dan Coerver Netherlands Master Skillz 2014.

Bakat besar yang dimiliki Alif membuat Ajax dan Feyenoord memberikan tawaran untuk bergabung dengan akademi mereka setelah berlatih bersama. Tetapi, keinginan Alif untuk berlatih di akademi klub Eredivisie itu batal karena terbentur regulasi pemain muda non Uni Eropa.

Sesuai regulasi, setiap anak-anak yang belum berusia 18 tahun harus didampingi orangtua yang bekerja di negara tersebut. Hal inilah yang tidak bisa dipenuhi orangtua Alif.

Setelah batal bergabung dengan Ajax dan Feyenoord, Alif coba merajut mimpinya dengan berlatih di Indonesia sejak tahun 2015. Alif tetap tekun berlatih sembari menunggu kesempatan untuk bergabung dengan akademi dari klub di Benua Biru.

Pada Mei 2016, mimpi Alif menimba ilmu di Eropa kembali terbuka setelah tawaran dari akademi klub La Liga, Getafe U-13, menghampirinya. Hanya, rintangan kembali dihadapi keluarga Alif karena kebutuhan biaya hidup di Negeri Matador yang angkanya mencapai Rp 2,5 miliar.

Berkat bantuan dari beberapa pihak seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, KBRI Madrid, PT Pertamina, Angkasa Pura 1 & 2, PT Bank Mandiri, dan PT Garuda Indonesia, Alif mendapatkan dana yang cukup untuk berangkat ke Spanyol sekaligus mengurus izin tinggal di Eropa pada 15 September 2016. Alif pun akhirnya diperkenalkan ke publik telah bergabung dengan CD Leganes U-13 pada 25 September 2016.