Suporter PSM Ingin Kompetisi ISL Meniru Liga China

oleh Abdi Satria diperbarui 12 Jan 2017, 19:05 WIB
Suporter PSM Makassar berharap kompetisi ISL 2017 semakin kompetitif. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Makassar - Regulasi terkait pengurangan pemain impor dan pembatasan usia di kompetisi ISL 2017 memang belum jadi keputusan resmi. Namun, wacana ini terlanjur menimbulkan pro dan kontra.

Salah satunya dari kalangan suporter PSM. Seperti diungkap Andi Coklat, tokoh The Maczman. Menurut dosen pada sejumlah perguruan tinggi di Sulsel ini, kompetisi 2017 seharusnya sudah menuju ke era sepak bola industri.

"Jadikan kompetisi jadi ajang berebut prestasi bukan pembinaan. Kalau mau membina sebaiknya di kompetisi kelompok usia," tegas Coklat kepada Bola.com, Kamis (12/1/2016).

Advertisement

Menurut Coklat, kompetisi 2017 seharusnya jadi momentum kebangkitan sepak bola nasional. Coklat merujuk Liga Super China yang mampu mendatangkan pemain-pemain kelas dunia.

"Kalau klub di Indonesia mungkin tinggal menyesuaikan dengan anggaran masing-masing. Tapi, yang pasti kompetisi wajib menganut 'hukum alam'. Kalau gagal berprestasi harus siap degradasi," papar Coklat.

Coklat menambahkan, kompetisi ibarat panggung hiburan yang berorientasi profit. Jadi, yang tampil di kompetisi adalah pemain terbaik agar sponsor pun puas. "Tidak ada masalah pemain junior yang tampil asal bisa bersaing begitu pun sebaliknya. Biarkan alami saja. Jangan dipaksakan," paparnya.

Coklat merujuk Persib Bandung yang memunculkan Febri Hariyadi sebagai starter dan Arema FC yang tetap memakai jasa Cristian Gonzalez.

Meski begitu, Coklat setuju dengan keputusan kongres PSSI yang mewajibkan klub memiliki tim U-21 dan U-19. "Keputusan ini yang harus diterapkan dengan ketat. Jangan seperti yang terjadi selama ini. Tidak banyak klub yang konsisten membina pemain muda. Buktinya, mereka baru membentuk tim U-21 misalnya saat kompetisinya makin dekat," tuturnya.

Coklat pun menyoroti sejumlah fasilitas pendukung seperti lapangan latihan, bukan hanya PSM saja tapi hampir semua klub Indonesia. "Untuk stadion boleh ada kelonggaran karena di Seri A Italia pun mayoritas stadionnya milik pemerintah. Tapi, untuk lapangan untuk latihan dan mes pemain sudah kewajiban buat klub memiliinya secara permanen," tegas Coklat.