Kelemahan Timnas Indonesia U-22 versi Syamsuddin Umar dan Tony Ho

oleh Abdi Satria diperbarui 20 Jul 2017, 08:15 WIB
Syamsuddin Umar dan Tony Ho menyampaikan analisisnya perihal kekalahan telak Timnas Indonesia U-22 dari Malaysia. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Bola.com, Makassar - Timnas Indonesia U-22 dipermalukan tiga gol tanpa balas oleh Malaysia pada laga perdana Grup H kualifikasi Piala AFC U-23 2018, Rabu (19/7/2017). Padahal, materi pemain dan persiapan Timnas Indonesia U-22 lebih baik baik dari Malaysia.

Jadi apa kelemahan Timnas Indonesia U-22 sehingga kalah telak dari Malaysia?

Di mata Syamsuddin Umar, mantan asisten pelatih Timnas Indonesia di Piala Asia 2007, problem mendasar timnas terletak pada transisi bertahan dan menyerang. "Padahal, secara kualitas individu kita lebih baik dari Malaysia," ujarnya kepada Bola.com.

Menurut Syamsuddin, pemain Tim Garuda Muda tampil buru-buru terutama saat mendapat peluang untuk mencetak gol.

"Kita pun tidak bermain efektif saat lawan merebut bola. Seharusnya, para pemain kembali ke posisi masing-masing untuk menutup lubang kosong. Tidak langsung agresif merebut bola sehingga terjadi pelanggaran," paparnya.

Advertisement

Syamsuddin menilai mental bertanding Timnas Indonesia U-22 lemah dan cenderung bermain emosional. Dia merujuk kartu merah yang diraih pemain pengganti, Asnawi Mangkualam, di babak kedua.

"Bermain sepak bola butuh kesabaran. Harus ada keseimbangan otot, otak dan olah bola. Ini yang tidak dimiliki Timnas U-22 saat melawan Malaysia," ungkap Syamsuddin, pelatih yang membawa PSM juara Piala Presiden 1992 dan Liga Indonesia 1999-2000.

Hal senada dikatakan Tony Ho, mantan asisten pelatih Persipura. Menurut Tony, Timnas Indonesia U-22 bermasalah pada taktik, jarak antarblok berjauhan.

"Koordinasi dan antisipasi bola juga minim. Tiga gol Malaysia terjadi karena semua pemain Timnas U-22 fokus ke bola tanpa melihat pergerakan lawan," ungkap Tony yang turut mengantar Persipura juara Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo.

Tony enggan berkomentar soal keputusan Luis Milla yang tidak memasukkan Evan Dimas dan Hansamu Yama dalam daftar starter. "Soal itu, pelatih yang lebih tahu. Waktu Evan masuk memang ada perubahan permainan. Tapi, perubahan mungkin terjadi karena penjagaan lawan tidak ketat karena sudah tiga gol," tuturnya.

Tony juga menyentil persiapan Timnas Indonesia U-22 yang berbeda dengan Malaysia. "Mereka membuktikan TC berlama-lama ternyata tidak efektif. Lebih baik membiarkan pemain menambah jam terbang di kompetisi," katanya.

Tony berharap kekalahan ini jadi pelajaran berharga. Di mata Tony, terlihat jelas ada yang salah dalam pembinaan usia muda di Indonesia.

"Ini yang menjadi problem dasar. Pelatih sehebat apa pun tidak mudah membentuk tim yang kuat dengan kondisi seperti itu," papar Tony.