Peran Satlak Prima Dialihkan ke KONI, Ini Komentar Tono Suratman

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 19 Okt 2017, 18:50 WIB
Ketua KONI Pusat, Tono Suratman. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Bola.com, Jakarta - KONI Pusat mengaku siap mengambil alih fungsi Satuan Pelaksana Progam Indonesia Emas (Satlak Prima) yang telah resmi dibubarkan. Ketua Umum KONI Pusat, Tono Suratman, mengakui tugas tersebut berat karena Asian Games 2017 bakal berlangsung sekitar 10 bulan lagi. 

Advertisement

Satlak Prima resmi bubar setelah  Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menandatangani Peraturan Presiden Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional. Selanjurnya peran Satlak Prima sementara dijalankan oleh KONI. 

"Kami akan melanjutkan tugas-tugas dari Satlak Prima sambil menunggu arahan dari Bapak Menpora. Program ini telah berjalan sejak 2010 di tengah jalan ada perbaikan dan optimalisasi terhadap pelatih, atlet maupun menejernya bahkan PB-PB saat ini telah membuat program cerdas menghadapi Asian Games tahun depan," kata Tono, seperti rilis yang dilansir Kemenpora, Kamis (19/10/2017).

Tono mengatakan KONI Pusat bertugas memfasilitasi dan mengawasi serta mengkoordinasi cabor-cabor di dalam pelaksanaan pelatnas.

"Tugas ini sangat berat dalam waktu kurang dari 10 ini saya yakin dan percaya dengan pengurus kami PB serta KONI provinsi telah siap membantu pemerintah dalam pencapaian prestasi di Asian Games 2018," tambahnya.

Wacana pembubaran Satlak Prima mencuat setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla atas instruksi Presiden Joko Widodo ingin memangkas birokrasi di dunia olahraga. Namun, mencuat alasan lain pemerintah ingin membubarkan Satlak Prima yakni karena melesetnya target prestasi kontingen Indonesia di SEA Games 2017.

Kontingen Indonesia hanya meraih 38 medali emas dari 55 medali emas yang ditargetkan. Selain prestasi yang jeblok, SEA Games 2017 juga direcoki berbagai persoalan anggaran. Salah satu yang menyedot perhatian adalah kasus atlet tolak peluru peraih emas, Eki Febri Ekawati, yang terpaksa membayar akomodasi sendiri selama Pelatnas. Kasus itu membuat kinerja Satlak Prima semakin disorot.