Perbandingan 3 Tim Terkuat Manchester United di Bawah Ferguson: Era Cantona, Class of 92, dan Duet Rooney-Ronaldo

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 07 Apr 2020, 18:45 WIB
Manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson, memberikan instruksi kepada anak asuhnya saat melawan Liverpool. Meski kalah, pada musim ini Setan Merah tetap berhasil meraih gelar Liga Inggris. (AFP/Andrew Yates)

Bola.com, Jakarta - Manchester United tak lagi menjadi klub yang sama semenjak ditinggalkan Sir Alex Ferguson yang pensiun pada 2013. Kepergian Ferguson meninggalkan lubang besar di kubu Setan Merah yang belum berhasil ditambal sampai sekarang. 

Sir Alex Ferguson akan selalu dikenal sebagai salah satu pelatih terbaik sepanjang masa, baik di Inggris maupun dunia. Dia menangani Manchester United selama 27 tahun, mengangkat klub dari era gelap menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia sepak bola.

Advertisement

Dia menuntun MU meraih 13 gelar juara Premier League, 5 Pial FA, dan dua trofi Liga Champions. Tidak ada yang bisa meremehkan peran Ferguson dalam mengembangkan MU jadi satu di antara tim terbaik di dunia seperti sekarang, bahkan membentuk sepak bola Inggris.

Menurut Tribalfootball, kesuksesan Ferguson dapat dibagi jadi tiga periode, masing-masing ditengarai oleh perubahan taktik yang signifikan. Ada era 1992-94, 1996-99, dan 2006-09.

Tiga masa tersebut dianggap sebagai era terpenting Manchester United di bawah Sir Alex Ferguson. Jika dibandingkan, era mana yang layak dianggap terkuat?

 

2 dari 4 halaman

1992-1994: Kedatangan Eric Cantona

Eric Cantona (Manchester United). (AFP/Gerry Penny)

Setelah gagal menjuarai liga pada 1992 karena terpaut tipis di bawah Leeds United, Manchester United memulai musim baru dengan misi mengakhiri puasa 25 tahun tanpa gelar juara liga. Saat musim 1992-93 dimulai, MU hanya meraup 21 poin dari 15 pertandingan. Setan Merah menunjukkan tanda-tanda bakal gagal lagi.

Namun, saat itu Eric Cantona datang dan mengubah segalanya. Dia langsung mendongkrak performa tim, MU merangkak di klasemen. Pada akhirnya Setan Merah berhasil jadi juara pada 1993 dan mempertahankannya setahun kemudian.

Alasan utama kesuksesan MU adalah kreativitas Cantona. Ferguson mengubah formasi 4-4-2 jadi 4-4-1-1 untuk memaksimalkan kegeniusan pemain nomor 10 asal Prancis itu.

Evolusi formasi MU ini sangat berani, sebab saat itu sepak bola Inggris masih primitif dengan formasi 4-4-2.

Komposisi Skuad 1992-1994 

Kiper: Frasser Digby, Peter Schmeichel, Les Sealey

Bek: Colin Murdock, Steve Bruce, Gary Pallister, Lee Martin, Denis Irwin, Paul Parker, Gary Neville

Gelandang: Paul Ince, Mike Phelan, Bryan Robson, Nicky Butt, Paul Scholes, Andrey Kanchelskis, David Beckham, Lee Sharpe, Ryan Giggs

Penyerang: Eric Cantona, Brian McClair, Mark Hughes, Dion Dublin 

 

3 dari 4 halaman

1995-1999: Class of '92 Raih Treble

Paul Scholes dan Ryan Giggs Menjadi Pemain Kesayangan Sir Alex Ferguson

Setelah gagal menjuarai liga pada 1995, Ferguson membuat keputusan berani dengan membuang pemain-pemain berpengalaman seperti Andrei Kanchelskis, Mark Hughes, dan Paul Ince, lalu membangun tim tangguh dengan pemain-pemain seperti Gary Neville, Phil Neville, David Beckham, Nicky Butt, dan Paul Scholes.

Saat itu MU diremehkan, dianggap tidak bisa jadi juara dengan mengandalkan bocah-bocah. Namun, Manchester United membalikkan tudingan tersebut. Mereka benar-benar melaju kencang, menjuarai liga tiga musim beruntun dan meraih treble pada 1999.

Tim MU yang ini jauh lebih matang seiring dengan pengalaman Ferguson. Kultur MU terbentuk, dengan lebih sering menerapkan taktik yang kompleks sembari tetap jadi juara.

Kombinasi kedalaman skuad, lini serang tangguh, dan keberanian taktik Ferguson menuntun Setan Merah jadi juara Inggris dan Eropa.

Komposisi Skuad 1995-1999

Kiper: Peter Schemichel, Raymond van de Goouw, Kevin Pilkington

Bek: David May, Ronny Johnsen, Jaap Stam, Wes Brown, Danny Higginbotham, Denis Irwin, Gary Neville, Phil Neville, John Curtis

Gelandang: Roy Keane, Nicky Butt, Paul Scholes, Phil Mulryne, David Beckham, Jonathan Greening, Ryan Giggs, Jesper Blomqvist, Jordi Cruyff

Penyerang: Dwight Yorke, Andy Cole. Ole Gunnar Solskjaer, Teddy Sheringham 

 

4 dari 4 halaman

2006-09: Rooney, Tevez, dan Ronaldo

Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo (AFP PHOTO/ANDREW YATES)

Setelah empat tahun tanpa gelar juara liga, karier Ferguson diduga bakal segera berakhir. Namun, Ferguson mengambil keputusan berani dengan menggaet genius taktik Carlos Queiroz, keduanya membangun tim yang luar biasa,

Manchester United meraih tiga gelar Premier League secara beruntun dan mencapai dua final Liga Champions. Tim ini dibangun di atas dasar solidnya pertahanan Patrice Evra, Nemanja Matic, Rio Ferdinand, dan Gary Neville.

Ferguson mengembalikan gaya bermain serangan balik yang jadi ciri khas MU. Di lini tengah ada Michael Carrick, Owen Hargreaves, dan Paul Scholes yang bermain lebih mendalam.

Yang membuat MU ini istimewa adalah formasi yang mengalir luwes, terkadang tanpa striker. Mereka bisa bermain 4-3-3, 4-4-2, bahkan 4-6-0.

Di lini serang, ada trio Rooney-Ronaldo-Tevez yang mematikan, juga didukung ketangguhan Park Ji-Sung.

Komposisi Skuad: 2006-09 

Kiper: Edwin van der Sar, Tomasz Kuszczak, Tom Heaton

Bek: Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, Gabriel Jeinze, John O'Shea, Wes Brown, Mikael Silvestre, Jonny Evans, Patrice Evra, Gary Neville, Danny Simpson

Gelandang: Michael Carrick, Paul Scholes, Darren Fletcher, Ryan Giggs,

Penyerang: Wayne Rooney, Park Ji-Sung, Cristiano Ronaldo, Ole Gunnar Solskjaer

Sumber: Tribalfootball

Disadur dari: Bola.net (Penulis Richard Andreas, published: 7/4/2020)

Berita Terkait