Flashback Pemberontakan PSM di ISL 2010-2011

oleh Abdi Satria diperbarui 19 Apr 2020, 07:15 WIB
Logo PSM Makassar dan ISL 2010. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Makassar - Sejak berdiri pada 2 November 1915, PSM Makassar jadi satu-satunya tim yang selalu tampil di kasta tertinggi kompetisi tanah air. Termasuk saat dualisme kompetisi pada 2011.

Juku Eja yang saat itu bertanding di Indonesia Super League (ISL) 2010-2011 memutuskan mundur dari kompetisi bersama dua klub lainnya, Persema Malang dan Persibo Bojonegoro. Padahal, kiprah PSM di ISL 2010-2011 terbilang baik dengan bertengger di peringkat ketiga klasemen sementara.

Advertisement

Manajemen Juku Eja yang dikendalikan Hendra Sirajuddin mengembalikan mandat mereka ke Ilham Arief Sirajuddin, Ketua Umum PSM pada Selasa (14/12/2010). Alasan mereka, banyak kecurangan yang terjadi pada penyelenggaran kompetisi.

"Semua pengurus dan pemain PSM merasa keinginannya untuk memajukan klub terbelenggu oleh buruknya sistem. Percuma saja kami menganggarkan Rp 12,5 miliar untuk anggaran ikut kompetisi tapi hasilnya kami sudah tahu. Jadi buat apa kami bertanding," ungkap Ilham menirukan alasan Hendra yang juga adik kandungnya itu kepada awak media Makassar.

Ilham yang saat itu adalah Wali Kota Makassar, merujuk kasus terakhir yang menimpa PSM saat menjamu Semen Padang di Stadion Andi Mattalatta, 27 November 2010.

Di mata PSM, wasit Aeng Suarlan (Bandung) banyak membuat keputusan yang merugikan mereka. Alhasil, suporter Juku Eja marah dan masuk ke lapangan pada menit-menit akhir pertandingan. Saat itu, Semen Padang unggul 1-0.

"Parahnya, kami diberi sanksi tanpa ada kesempatan menjelaskan mengapa kerusuhan suporter bisa terjadi," tegas Ilham.

Kerusuhan ini jadi momentum yang pas untuk alasan PSM Makassar hengkang dari ISL. Sebelumnya, memang sudah ada rumor Juku Eja tertarik bergabung ke Indonesia Premier League yang bakal dimulai pada Januari 2011.

Video

2 dari 3 halaman

Tampil di IPL

PSM Makassar Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Konsorsium PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro memang sangat berharap PSM Makassar bisa bergabung dengan mereka. Status PSM sebagai klub tertua dan memiliki tradisi juara bisa jadi jualan utama kompetisi.

Pembiayaan operasional klub pun ditalangi dulu oleh operator dengan sistem pembagian saham klub. Sebelumnya, anggaran PSM mengandalkan dana APBD sebagai penopang utama.

Ada juga yang mengaitkan pindahnya PSM bisa jadi pukulan telak buat Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid yang dikabarkan ingin kembali mencalonkan diri untuk kali ketiga.

Seperti diketahui, Nurdin sebelumnya memiliki ikatan kuat dengan PSM. Selain berdarah Bugis, Nurdin membawa PSM juara Liga Indonesia 1999-2000.

Tampil di IPL setelah melakukan merger dengan Makassar City membuat Juku Eja menjauh dari habitat sebagai klub besar Indonesia Karena mayoritas peserta kompetisi adalah klub yang baru dibentuk.

Selain PSM, klub IPL ialah Atjeh United, Bintang Medan, Medan Chiefs, Minangkabau FC, Batavia Union, Jakarta FC, Bogor Raya, Bandung FC, Tangerang Wolves, Real Mataram, Solo FC, Semarang United, Bali Devata, Manado United, dan Cendrawasih Papua.

3 dari 3 halaman

Kembali ke ISL Lewat Jalur Play-off

Logo PSM Makassar. (Bola.com/Dody Iryawan)

Di IPL musim pertama yang saat itu bersatus breakaway league oleh PSSI, penampilan Juku Eja terbilang datar-datar saja. Pada akhir kompetisi, PSM Makassar bertengger di peringkat tiga, di bawah Persema Malang (peringkat dua) dan Persebaya 1927 yang meraih trofi juara.

Begitu pun ketika IPL resmi diakui PSSI pada musim berikutnya. Skuat yang ditangani Peter Segrt hanya berada di peringkat keenam. Pamor IPL yang memang kalah dari ISL yang digelar bersamaan membuat PSSI membuat keputusan hanya menggelar satu kompetisi pada 2013.

Klub-klub IPL pun diberikan kesempatan untuk bergabung lewat jalur play-off. Semen Padang yang saat itu memimpin otomatis mendapat satu tiket.

Sementara, PSM bersama sembilan klub lainnya, Pro Duta FC, Persijap Jepara, Bontang FC, PSLS Lhokseumawe, Persepar Palangkaraya, Persiba Bantul, Perseman Manokwari, PSIR Rembang dan Persiraja Banda Aceh berjuang di play-off.

PSM yang saat itu sudah dibeli oleh Bosowa Grup menggandeng Andi Darussalam Tabusalla sebagai Direktur Teknik. PSM pun melenggang ke ISL bersama Semen Padang, Persijap Jepara dan Persiba Bantul.

Langkah keempat klub ini sempat diwarnai kontroversi karena juara play-off, Pro Duta tak masuk karena dinilai tak lolos lima kriteria verifikasi yakni legalitas, finansial, infrastruktur, personel, dan sporting.

Berita Terkait