Zoubairou Garba, Kisah Karier di Indonesia hingga Menjadi WNI

oleh Nandang Permana diperbarui 16 Mei 2020, 07:30 WIB
Wawancara Eksklusif - Zoubairo Garba (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Sukabumi - Pesepak bola asal Kamerun yang kini menjadi Warga Negara Indonesia, Zoubairou Garba, mempunya kisah mengesankan selama berkiprah di kompetisi Indonesia.

Sejak berkarier bersama PSIS Semarang pada 2006 hingga kini berseragam Persebaya, banyak cerita unik yang dirasakan Zoubairou Garba, termasuk ketika memutuskan untuk menjadi warga negara Indonesia dan tinggal di Sukabumi.

Advertisement

Pemain yang kini membela Persebaya Surabaya itu juga menyimpan kenangan yang sampai saat ini masih cukup diingat publik sepak bola Indonesia, satu di antaranya adalah memecahkan bola di tengah pertandingan, yaitu ketika dia membela PSIS Semarang dan menghadapi Persib Bandung pada 2007.

Zoubairou baru memiliki Paspor Indonesia sejak 2019. sekitar 13 tahun sejak pertama kali tiba di Indonesia dan sudah malang melintang di persepakbolaan Tanah Air. Sejumlah tim besar pun telah dibela, seperti PSIS Semarang, Sriwijaya FC dan Tira Persikabo.

Untuk mengetahui sepak terjangnya di kancah sepak bola nasional, Bola.com mengajak Zoubairou Garba berbincang-bincang di sela-sela aktivitasnya saat menjalani ibadah puasa Ramadhan, Jumat (15/05/2020). Berikut petikannya:

 

Video

2 dari 3 halaman

Ibadah Puasa dan Cerita Menjadi WNI

Zoubairou Garba bersama keluarganya yang tinggal di Sukabumi, Jawa Barat. (Bola.com/Permana Kusumadijaya).

Apa kabar Anda dan bagaimana ibadah puasa Ramadhan yang Anda jalani?

Alhamdulillah saya sehat selalu dan sampai saat ini ibadah puasa yang saya jalani cukup lancar.

Bicara soal ibadah puasa, apa yang menjadi menu favorit kamu ketika berbuka puasa?

Saya tidak banyak makan ketika berbuka. Favorit saya saat berbuka puasa ya hanya kurma dan air putih saja.

Ketika Anda masih berada di Kamerun, tentu ada yang berbeda ketika menjalani ibadah puasa jika dibandingkan ketika di Indonesia. Apa perbedaan yang Anda rasakan?

Tidak banyak yang berbeda. Kalau bicara bedanya di Indonesia dan Kamerun, ya hanya soal panjang waktu puasa saja. Ketika di Indonesia durasi puasa itu lebih cepat.

Bagaimana cerita Anda sampai di Indonesia?

Dulu saya hanya diajak oleh saudara saya yang juga merupakan mantan pemain sepak bola di Indonesia. Namanya Muhamadou Sadissou Bako.

Saya pernah bermain untuk PSIS Semarang pada 2007 hingga 2008. Kemudian saya pindah ke Sriwijaya FC untuk musim 2008-2009. Setelah itu sempat kembali ke PSIS pada musim 2011 dan membela Persis Tembilahan pada 2012.

Kemudian saya sempat vakum bermain sampai 2017 dan ke Timor Leste. Saya juga bermain untuk Tira Persikabo ketika saya sudah menjadi WNI dan kemudian saya kini membela Persebaya.

Mengapa akhirnya Anda memilih menjadi WNI?

Tentu karena keluarga saya. Selain itu saya mencintai Indonesia yang indah dan memiliki masyarakat yang rukun.

Bagaimana tanggapan keluarga Anda di Kamerun ketika memutuskan berganti kewarganegaraan?

Sangat positif. Mereka menilai hal itu adalah langkah terbaik bagi saya dan keluarga yang saya miliki saat ini.

3 dari 3 halaman

Suka dan Duka di Indonesia, Cerita Soal Persebaya

Zoubairou Garba, rekrutan baru Persebaya. (Bola.com/Aditya Wany)

Anda cukup dikenal karena pernah ada insiden bola pecah dalam pertandingan. Masih ingat cerita itu?

Ya tentu saja. Kalau tidak salah itu pada 2007. Saat itu saya berseragam PSIS dan bermain di kandang menjamu Persib. Saya mendapat bola 50-50 dengan pemain lawan.

Saya mau menendang bola dan ada pemain Persib yang mencoba menghalangi tendangan saya. Kalau tidak salah Suwita Fatah. Akhirnya bola itu pecah. 

Sudah lebih dari 10 tahun sejak pertama kali Anda berkarier di Indonesia. Apa suka dan dukanya?

Saya suka bermain di Indonesia karena suporter yang fanatik. Kalau bicara soal duka, saya merasa sedih ketika fanatisme tersebut justru akhirnya malah menimbulkan korban jiwa.

Anda kini berseragam Persebaya Surabaya. Bagaimana rasanya bermain di sebuah klub besar?

Tentu saya merasa sangat bangga dan senang. Dalam usia yang tidak lagi muda, saya diberikan kesempatan oleh Coach Aji Santoso, tim kepelatihan, dan manajemen klub, untuk bisa bergabung bersama Persebaya.

Anda suka dengan dukungan yang diperlihatkan oleh Bonek?

Saya sangat senang dan bangga bisa menjadi bagian dari tim yang menjadi kebanggaan bonek. Saya merasa bangga melihat antusiasme dan dukungan yang mereka perlihatkan ketika Persebaya bertanding. Bonek itu sangat luar biasa.

Apa harapan Anda bersama Persebaya saat ini?

Harapan terbesar saya bersama Persebaya adalah bisa mempersembahkan gelar juara Liga 1.

 

Berita Terkait