Cerita Zulkifli Syukur, Jadi Pelengkap di PSM, Jodoh dan Masa Keemasan di Arema

oleh Abdi Satria diperbarui 10 Jun 2020, 19:30 WIB
PSM Makassar - Zulkifli Syukur 2 (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Makassar - Zulkifli Syukur termasuk bek sayap papan atas di pentas Liga Indonesia. Pencapaiannya sebagai pemain terbilang lumayan. Ia meraih trofi juara Liga Indonesia 2009-2010 saat berkostum Arema Indonesia dan Piala Indonesia 2018-2019 bersama PSM Makassar. Sementara di level tim nasional, bek berdarah Makassar ini jadi pilar Timnas Indonesia ketika menjadi runner-up Piala AFF 2010.

Menurut Zulkifli Syukur, PSM dan Arema jadi momentum penting dalam perjalanan kariernya di dunia sepak bola. Hal itu diungkap kapten PSM ini di channel Youtube Ferdinand Sinaga. Tercatat sebagai pemain muda di PSM pada 2005, jadi momentum pertama Zulkifli.

Advertisement

"Saat itu, saya hanya jadi pemain pelengkap di PSM. Istilahnya, tenaga saya hanya dipakai menjadi lawan latih dalam gim internal dengan pemain senior," kenang Zulkifli.

Status ini membuat Zulkifli memutuskan meninggalkan PSM yang telah diperkuatnya sejak level junior.

"Saya ingin membuktikan, tanpa bermain di PSM tetap bisa berprestasi. Saat itu, saya berpikir kalau tetap di PSM, saya sulit mendapatkan menit bermain," kata Zulkilfi.

Zulkifli memberi bukti. Tak lama memperkuat PKT Bontang, ia mendapat panggilan dari Timnas Indonesia U-23 untuk menjalani pemusatan latihan di Belanda selama tujuh bulan. Tim ini dipersiapkan untuk menghadapi Asian Games 2006 di Qatar. Sepulang dari Qatar, Zulkifli mendapat tawaran dari manajemen Persmin Minahasa.

Saat membela Persmin, Zulkifli mendapatkan kehidupan lain di luar sepak bola. Ia bertemu dengan Sumarny Tamma, staf toko olahraga saat berjalan-jalan pada sebuah mal di Manado.

"Saya langsung tertarik pada pandangan pertama. Dan memang saat itu, saya niatkan untuk menikah pada usia 23. Syaratnya, wanita yang jadi istri saya harus sayang dengan orang tua saya, khususnya ibu saya, karena bapak sudah meninggal. Minny adalah wanita yang tepat dan berjodoh dengan saya," kenang Zulkifli Syukur.

 

Video

2 dari 2 halaman

Momen Emas di Arema

Saat namanya sudah mulai dikenal, sejatinya Zulkifli Syukur pernah nyaris kembali ke PSM pada usia emasnya. Jelang musim 2009-2010, ia sempat melakukan negosiasi dengan manajemen Juku Eja.

"Tapi, saya memutuskan kembali bermain di luar Makassar. Kebetulan manajemen Arema Indonesia menawari saya untuk bergabung. Saya pun langsung menerimanya," tutur Zulkifli.

Pilihan Zulkifli terbukti benar. Bersama Arema, kemampuannya sebagai bek sayap kanan tergali optimal. Ia menjadi pemain reguler skuat asuhan Robert Alberts.

"Bagi saya, bermain di Arema adalah puncak karier saya. Bersama Arema, saya meraih trofi juara Liga Super Indonesia. Berkat penampilan saya di Arema, saya juga mendapat panggilan Timnas Indonesia yang bersiap untuk Piala AFF 2010," ungkap Zulkifli.

Zulkifli mengakui peran penting Robert dalam peningkatan kemampuannya.

"Coach Robert banyak membantu saya dalam pembentukan karakter sebagai pemain. Coach Robert bukan sekadar pelatih, ia juga bisa jadi kawan dan leader yang baik."

Selepas dari Arema dengan modal trofi juara, Zulkifli tak sulit mendapatkan klub untuk menambah rekam jejak kariernya. Ia berturut-turut membela Persib Bandung, Mitra Kukar, Borneo FC sebelum akhirnya kembali ke PSM pada 2017.

Berita Terkait