Greysia / Apriyani, Kekuatan dari Perbedaan, dan Hasrat Mengukir Sejarah untuk Indonesia

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 16 Jun 2020, 17:45 WIB
Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, merayakan kemenangan atas ganda Jepang, Nami Matsuyama/Chiharu Shida, pada laga Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (17/1). Greysia/Apriyani menang 21-15 dan 21-16. (Bola.com/Yoppy Renato)

Bola.com, Jakarta - Ganda putri andalan Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, menyadari ada banyak perbedaan di antara mereka, baik dari sisi umur maupun karakter. Namun, mereka justru memandang perbedaan itu jadi kekuatan yang coba dimaksimalkan untuk mengukir sejarah baru bagi Indonesia. 

Dari faktor usia, Greysia dan Apriyani terpisah gap cukup jauh. Greysia berusia 32 tahun dan kemungkinan sudah di pengujung kariernya. Adapun Apriyani baru berusia 22 tahun dan masih punya masa depan panjang di bulutangkis. 

Advertisement

Namun, Greysia Polii/Apriyani Rahayu tak mau menjadikan perbedaan umur itu sebagai titik lemah. Mereka justru mengambil sisi positif dari perbedaan itu. 

"Dalam sebuah partnership pasti ada perbedaan, bukan hanya dari gap umur, tapi juga komunikasi dan karakter. Perbedaa itu ada, yang kami coba kerjakan adalah bagaimana membuat perbedaan itu menjadi kesatuan satu sama lain," kata Greysia, pada sesi wawancara dengan Olympic Channel yang diunggah Senin (15/6/2020). 

"Kalau sudah di lapangan, main, bertanding, bukan lagi dia lebih kecil, saya lebih besar, tapi bagaimana menjadi seimbang," imbuh Greysia. 

Menurut Greysia, perbedaan umur tersebut malah bisa menjadi senjata untuk membuat lawan kerepotan, asalkan dimaksimalkan dengan tepat. 

"Karena perbedaan umur jauh, kami ambil positifnya. Saya lebih berpengalaman, bisa tarik dan bawa dia. Bagaimana caranya pengalaman dan apa yang saya lalui, bisa kasih ke dia," urai Greysia. 

"Sedangkan dia yang muda, punya tenaga, punya mimpi, dan punya hasrat melakukan yang lebih. Jadi saya terpacu, tetap melangkah, dan membuat perbedaan itu jadi satu, lihat sisi positifnya saja," imbuh Greysia Polii

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Isi Kekosongan Sejarah

Ganda Putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, melakukan selebrasi saat melawan wakil Denmark, Maiken Fruergaard/Sara Thygesen, pada laga final Daihatsu Indonesia Masters 2020 di Istora, Jakarta, Minggu (19/1). Greysia/Apriyani menang 18-21, 21-11, dan 23-21. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Greysia Polii/Apriyani Rahayu menghadapi tantangan besar pada tahun depan. Pasangan peringkat delapan dunia tersebut telah memastikan tiket ke Olimpiade Tokyo 2020 yang pelaksanaannya diundur tahun depan. 

Sepanjang sejarah, bulutangkis Indonesia punya tradisi bagus di Olimpiade. Selain pada Olimpiade London 2012, bulutangkis selalu menyumbangkan medali emas di Olimpiade. 

Namun, medali emas bulutangkis belum pernah datang dari ganda putri. Sedangkan sektor lainnya sudah pernah menyumbangkan, yaitu tunggal putri (Susy Susanti), tunggal putra (Alan Budikusuma, Taufik Hidayat), ganda putra (Rexy Mainaky/Ricky Soebagdja, Tony Gunawan/Candra Wijaya, Markis Kido/Hendra Setiawan), dan ganda campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir). 

Fakta sejarah itu malah melecut asa Greysia/Polii untuk melakukan yang terbaik.   

"Belum ada juara dunia maupun juara olimpiade dari ganda putri Indonesia. Belum ada sejarahnya. Jadi kami ingin mengisi kekosongan itu dengan apa yang kami bisa. Dengan talenta yang diberikan Tuhan, kami ingin mencoba kasih sesuatu dan beri yang terbaik," ujar Greysia. 

Sumber: Olympc Channel