Koleksi Museum Pasoepati Makin Lengkap dengan Sumbangan dari Wahyu Tri Nugroho

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 22 Jul 2020, 22:45 WIB
Wahyu Tri Nugroho berpose dengan sejumlah barang penuh kenangan bersama Persis, yang disumbangkan untuk museum Pasoepati, Rabu (22/7/2020). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Solo - Koleksi barang bersejarah di museum suporter Pasoepati semakin lengkap. Sebelumnya para pesepak bola yang pernah barkarier di Solo, menyumbangkan benda-benda bersejarahnya.

Kali ini sumbangan datang dari mantan kiper Persis Solo dan Timnas Indonesia, Wahyu Tri Nugroho, Rabu (22/7/2020). Ia menghibahkan sebuah koper, jersey, sarung tangan, dan sepatu saat masih membela Persis Solo.

Advertisement

Persis Solo dan Pasoepati memang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan dan kariernya di sepak bola. Pemain asal Nguter, Sukoharjo ini mengawali kariernya di Persis Solo hingga melambungkan namanya ke klub besar dan level Timnas.

WTN (sapaan akrabnya), memulai karier profesional di Persis pada 2006. Ia meninggalkan tim berjulukan Laskar Sambernyawa pada 2009 untuk bergabung dengan Persiba Bantul. Hingga akhirnya ia menjadi kiper utama di Bhayangkara FC hingga saat ini.

"Ini ada koper waktu musim 2007, kemudian seragam saat tampil di Piala Indonesia. Begitu juga dengan sepatu dan kaus tangan saat main di Persis," ungkap Wahyu Tri Nugroho saat ditemui Bola.com.

"Tentu banyak kenangannya. Karena terlalu lama disimpan di lemari, malah jadinya rusak. Untuk itu saya berikan saya untuk museum ini," imbuh Wahyu Tri Nugroho.

 

2 dari 2 halaman

Merinding Gara-gara Pasoepati

Kiper Bhayangkara FC, Wahyu Tri Nugroho, saat melawan Perseru Badak Lampung FC pada laga Liga 1 2019 di Stadion Patriot, Bekasi, Jumat (16/8). Bhayangkara FC takluk 0-1 dari Badak Lampung FC. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Pria berusia 33 tahun ini mengakui fanatisme Pasoepati tidak dapat dibantahkan lagi. Ia mengenang awalnya sudah langsung kagum dengan kelompok suporter khas berwarna merah tersebut, ketika masih menjadi anak gawang.

Kekaguman itu muncul saat pertandingan Pelita Solo melawan PSM Makassar di Stadion Manahan pada 2000 silam. Dengan usia yang masih belasan tahun ketika itu, ia sudah dibuat merinding oleh lautan merah Pasoepati penuh dalam satu stadion.

"Pasoepati saya akui suporter pertama yang membuat saya terkesima. Tahun 2000 Hadi anak gawang ketika masih Pelita Solo, saya merinding melihat suporter sebanyak itu," jelasnya. 

Berita Terkait