Kisah Petinju Legendaris Muhammad Ali: Menggunakan Ajaran Islam untuk Nemperjuangkan Hak kulit Hitam

oleh Ario Yosia diperbarui 17 Apr 2021, 05:50 WIB
Muhammad Ali saat menjalani pertarungan dengan Joe Frazier pada 1981. (AFP)

Bola.com, Jakarta - Nama seorang Muhammad Ali sangat melegenda di dunia  elas berat. Meski ia sudah meninggal dunia pada 3 Juni 2016, namanya selalu dikenang sebagai salah seorang fighter terbaik.

Pria yang wafat di usia 74 tahun itu merupakan seorang mualaf. Muhammad Ali memutuskan mengucapkan kalimat Syahadat saat namanya sedang naik daun. Sejak memeluk Islam, dia menjadi ikon bagi Muslim Amerika.

Advertisement

Mengutip dari NDTV, Belinda, istrinya, mengungkapkan alasan utama Muhammad Ali menjadi seorang mualaf. Pria dengan julukan The Peoples Champ itu memeluk Islam usai bertengkar bersama Belinda.

Saat itu, kata Belinda, Muhammad Ali berada di luar kendali. Belinda kemudian menginstruksikan Ali untuk duduk dan menulis sebuah esai. Dia memintanya untuk menulis tentang mengapa dia menjadi seorang muslim. Ali lalu mengambil selembar kertas kosong dan pulpen biru dan mulai menulis.

Belinda yang sekarang memakai nama Khalilah Camacho-Ali telah menyerahkan esai Muhammad Ali itu ke Museum Nasional Sejarah dan Budaya Afrika Amerika, 25 Oktober 2017.

Dalam esainya itu, Muhammad Ali menulis tentang masa remajanya di Louisville saat dia dikenal sebagai Cassius Clay Jr. Suatu ketika Ali melihat seorang pria mengenakan jas mohair hitam, menjual koran terbitan Nation of Islam saat ia berjalan-jalan mencari gadis-gadis cantik.

Video

2 dari 5 halaman

Kartun Budak Kulit Hitam

Leon Spinks saat bertarung melawan Muhammad Ali di Las Vegas, Nevada, AS, 15 Februari 1978. (AFP)

Sebelumnya Ali pernah mendengar tentang organisasi Islam Amerika itu dan pemimpinnya, Elijah Muhammad. Namun dia tidak pernah berpikir serius untuk bergabung dengan kelompok tersebut, yang menggunakan beberapa ajaran Islam untuk memperjuangkan hak kulit hitam dan perbaikan diri.

Ali mengambil koran dan tertarik dengan sebuah kartun. Kartun itu menunjukkan seorang pemilik budak kulit putih memukul budak kulit hitamnya dan meminta orang tersebut berdoa kepada Yesus. Ali pun menyadari gambar itu memiliki makna yang salah

Muhammad Ali menjadi mualaf bukan secara spiritual, melainkan pragmatisme. Kartun yang dilihatnya itu membuat dia tak mau memakai nama Cassius Clay.

Pada tahun 1964, ketika dia memenangkan kejuaraan kelas berat usai menumbangkan Sonny Liston, Muhammad Ali mengumumkan secara terbuka dan membuat pernyataan independen: "Saya percaya kepada Allah dan dengan damai," katanya.

"Saya bukan lagi orang Kristen. Saya tahu ke mana saya pergi dan saya tahu yang sebenarnya. Saya tidak harus menjadi apa yang Anda inginkan. Saya bebas menjadi apa yang saya inginkan."

Ali mengungkapkan, kepindahannya ke agama Islam adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia. Ia meyakini bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang. Menurutnya, Islam tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis, dan ras.

"Semuanya sama di hadapan Allah SWT. Yang paling utama di sisi Tuhan mereka adalah yang paling bertakwa."

Keyakinannya terhadap Islam makin bertambah manakala Ali membaca terjemahan Alquran. ''Aku bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang hak, yang tidak mungkin dibuat oleh manusia." Muhammad Ali.

 

3 dari 5 halaman

Perjalanan Karier

Seorang entertainer sejati dan legenda dalam dunia tinju, pada 30 Oktober 1974 Muhammad Ali menang KO atas George Foreman pada laga "Rumble in the Jungle" yang disaksikan 60 ribu orang di Stadion Kinshasa dan jutaan lainya di televisi. (AFP)

Ali merupakan petinju pertama yang merebut sabuk gelar juara dunia kelas berat untuk tiga kesempatan berbeda dan mempertahankannya 19 kali.

Bernama asli Cassius Marcellus Clay Junior, Ali yang lahir pada 17 Januari 1942, tumbuh dan besar di Louisville, Kentucky, di Amerika selatan. Sang ayah, Cassius Marcellus Clay, Senior adalah seorang pelukis papan reklame, sementara ibunya, Odessa Grady Clay menjadi pekerja rumah tangga.

Dia juga memiliki seorang adik laki-laki, Rudolph Valentino Clay yang kemudian berganti nama menjadi Rahman Ali.

Muhammad Ali mengenal tinju saat masih berusia 12 tahun. Dia diperkenalkan dan dilatih tinju oleh seorang petugas polisi, Joe Martin. Ali menjalani pertarungan amatir pertamanya pada tahun 1954, di mana dia meraih kemenangan perdananya dengan penjurian.

Karier Bertinju dan Gelar Juara Dunia Karir bertinjunya berjalan mulus. Pada 1959, dia menjuarai turnamen Sarung Tinju Emas Nasional dan juara nasional Uni Atletik Amatir juga di kelas yang sama. Dilanjutkan medali emas dalam Olimpiade di Roma pada 1960..

Setelahnya, Ali memutuskan meninggalkan dunia amatir untuk menjadi seorang petinju profesional. Ali membuktikan kualitasnya dengan memenangkan 19 pertandingan profesional pertamanya, 15 di antaranya menang KO.

Muhammad Ali meraih gelar juara dunia pertamanya pada 25 Februari 1964. Ali yang saat itu masih bernama Cassius Clay keluar sebagai pemenang atas juara kelas berat Sonny Liston. Dia menang setelah pertandingan berjalan enam ronde dan Liston tak mampu melanjutkan pertarungan ronde ketujuh.

4 dari 5 halaman

Menolak Wajib Militer

Muhammad Ali, sang petinju legendaris (AP Photo)

Ali semakin membuktikan kepantasan gelar juara yang diperolehnya setelah kembali memenangi pertandingan ulangan melawan Liston pada 25 Mei 1965. Di pertemuan kedua tersebut, Ali menang pada ronde pertama.

Setelahnya, dia berhasil mempertahankan gelar juara dunianya sebanyak delapan kali. Namun, saat datang perintah wajib militer untuk bergabung dalam Perang Vietnam pada 28 April 1967, beralasan peperangan tersebut bertentangan dengan keyakinannya, Ali menolak untuk bergabung.

Dampaknya, Ali ditahan dan Komisi Atletik Negara Bagian New York langsung menangguhkan izin bertinjunya dan sabuk gelar juaranya dicabut. Ali dijatuhi hukuman penjara maksimal lima tahun dan denda 10.000 dolar AS. Namun dia tidak ditahan setelah mengajukan banding.

Saat itu, banyak pihak yang menganggap Ali telah lari dari tanggung jawab dan popularitasnya pun menurun. Dia juga mendapat larangan bertanding. Selama tidak bertanding, Ali banyak menjadi pembicara dalam forum yang menentang peperangan. Seiring waktu, pandangan publik terhadap perang pun berubah dan dukungan kepada Ali kembali.

Pada 1970, Mahkamah Agung New York mengembalikan izin bertinjunya dan tahun berikutnya Mahkamah Agung AS membatalkan putusannya kepada Ali. Tak lama setelah mendapatkan kembali izin bertandingnya, Ali meraih kemenangan di pertandingan pertama setelah larangan selama 43 bulan.

Sang fighter mengalahkan Jerry Quarry pada 26 Oktober 1970 di ronde ketiga. Ali kembali berkesempatan meraih sabut gelar juara saat berhadapan dengan Joe Frazier pada 8 Maret 1971.

Namun, dalam pertandingan yang dijuluki "Pertarungan Abad Ini" tersebut, Ali menelan kekalahan angka. Pada tahun 1974, Ali berkesempatan meraih kembali gelar juaranya berhadapan dengan George Foreman.

Bertarung dengan status tak diunggulkan dia berhasil meraih kemenangan KO pada ronde kedelapan. Ini menjadi kali kedua Ali meraih sabuk juara dunia kelas berat yang sempat dicabut tujuh tahun sebelumnya.

Selanjutnya pada Februari 1978, Ali kehilangan sabuk juaranya setelah dikalahkan Leon Spinks setelah kalah angka dalam pertandingan 15 ronde. Tujuh bulan berselang membalas kekalahan sekaligus merebut gelar juaranya untuk kali ketiga.

Ali menjadi petinju pertama yang memenangkan sabuk gelar juara dunia kelas berat sebanyak tiga kali.

5 dari 5 halaman

Digerogoti Parkinson

Pekerja mengenakan makser pada patung lilin legenda tinju dunia, Muhammad Ali di Madame Tussauds di Istanbul, Sabtu (11/7/2020). Dibuka kembali, sejumlah sosok tokoh terkenal di museum itu dipakaikan masker untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyebaran Covid-19. (AP Photo/Emrah Gurel)

Pada tahun 1979, Ali mengumumkan pensiunya. Namun, pada kenyataann ia sempat kembali naik ring setahun kemudian. Hanya saja Ali gagal meraih kembali kesuksesannya dan kalah dalam dua pertarungan yang dihadapinya.

Sadar diri sudah tak kuat lagi jadi petarung, Ali  memutuskan benar-benar gantung sarung bertinju di usia 39 tahun pada 1981.

Ali membukukan rekor bertanding 56 kemenangan dengan 37 menang KO dan lima kali kalah. Parkinson dan Akhir Kehidupan Pada tahun 1984, Ali didiagnosa menderita gejala Parkinson yang diduga terkait dengan trauma pada kepala yang dialaminya selama bertinju.

Penyakit satu ini perlahan namun membuat fungsi motorik sang juara menurun. Meski sudah tak lagi bertinju, Ali masih menjadi pusat perhatian dunia melalui berbagai kegiatan kemanusiaan yang dilakukannya, termasuk saat menjadi negosiator dalam pembebasan sandera Amerika oleh Irak pada 1990.

Ali tercatat menikah sebanyak empat kali dan dikaruniai tujuh anak perempuan dan dua laki-laki. Pernikahan keempatnya dengan menikahi Yolanda pada 1986. Ali meninggal dunia di usia 74 tahun pada 3 Juni 2016. Upacara pemakamannya digelar dengan prosesi menempuh jarak 32 kilometer melintasi kota kelahirannya, Louisville.

Hingga saat ini nama Muhammad Ali akan selalu dikenang sebagai legenda. Ia petinju muslim terhebat sepanjang sejarah.

Sumber: Berbagai sumber