Fakhri Husaini Kenang Momen Bersama Timnas Indonesia: Emosi Dibentak Polosin Lantas Cabs dari Pelatnas SEA Games 1991

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 18 Sep 2021, 05:00 WIB
Pelatih Timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini. (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Jakarta - Sosok Fakhri Husaini tentu akan mudah diingat sebagai pesepakbola handal di era 1990-an. Gelandang penuh talenta asal Aceh yang kemudian namanya semakin besar bersama tim Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Bontang.

Tidak hanya di level klub PKT yang ia antarkan sebanyak tiga kali menjadi runner-up Liga Indonesia. Fakhri Husaini juga dikenal sebagai bintang besar untuk Timnas Indonesia dalam beberapa edisi SEA Games.

Advertisement

Puncaknya adalah ketika ia menjadi kapten Timnas pada SEA Games 1997 di Jakarta. Fakhri bertindak sebagai kapten tim meski sayangnya harus mengakui kekalahan dari Thailand dalam partai final.

Terdapat kisah cukup menarik dalam kiprahnya bersama Timnas Indonesia yang terjadi pada era pelatih Anatoli Polosin. Tim Merah-putih ketika itu sedang dipersiapkan untuk menghadapi SEA Games Manila tahun 1991.

PSSI menunjuk nama pelatih asal Rusia itu dan dikenal punya cara melatih yang keras untuk meningkatkan kebugaran fisik pemain. Cara melatih Polosin, membuat beberapa pemain 'menyerah', termasuk satu di antaranya Fakhri Husaini.

"Latihan berat sekali oleh Polosin dengan materi pemain terbaik. Belum pernah merasakan latihan sekeras itu. Saya masih ingat habis latihan fisik aerobic endurance di suatu bukit di dekat pemusatan latihan," kenang Fakhri Husaini dalam kanal YouTube Omah Bal-balan, belum lama ini.

"Saya dapat teriakan dari Polosin, dengan usia saya yang masih muda dan kondisi capek, naluri memberontak keluar. Malamnya saya langsung pamit sama salah satu staf pelatih dan meninggalkan pemusatan latihan," tuturnya.

2 dari 3 halaman

Emosi Sesaat

Pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini (Bola.com/Yoppy Renato)

Fakhri Husaini mengaku ia dalam kondisi yang pelik saat itu. Selain mendapat tekanan hebat dari pelatihnya di Timnas, keluarganya terutama orang tua Fakhri dalam waktu yang bersamaan sedang menghadapi problem.

Sebagai anak tertua, ia harus ikut menyelesaikan situasi pelik di keluarganya. Fakhri langsung bertolak ke Aceh setelah cabut dari Pelatnas.

Ia sempat terkejut karena ada pemain lain yang ikut mundur dari pelatnas. Yaitu Jaya Hartono yang merupakan rekannya setim di Petrokimia Putra.

"Saya tidak pernah berpikir bakal kena sanksi atau bisa tidak main lagi di Timnas. Murni emosi sesaat, menyesal pasti. Danurwindo juga bilang bahwa sebenarnya pelatih marah itu adalah bagian dari latihan," beber pria yang kini bekerja untuk PT PKT Bontang.

3 dari 3 halaman

Gara-gara Jas

Pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini, memperhatikan pemainnya saat melawan Timnas Korea Utara pada laga Kualifikasi AFC U-19 2020 di Stadion GBK, Jakarta, Minggu (10/11). Indonesia U-19 berhasil menahan imbang 1-1 DPR Korea. (Bola.com/Yoppy Renato)

Peristiwa lainnya terjadi di tahun 1996 ketika ia sebenarnya ikut menjadi bagian dari Timnas Indonesia di ajang Piala Asia Uni Emirat Arab. Sebagai gelandang andalan, Fakhri seharusnya ikut melengkapi kekuatan Widodo C. Putro dan kawan-kawan.

Nyatanya ia justru dicoret padahal ikut mengantarkan Timnas Indonesia lolos ke putaran final. Gara-garanya adalah jas pemain dari PSSI yang tidak ia kembalikan, dan membuatnya dicoret.

"Disebutkan bahwa setelah lolos sekembalinya dari Jakarta, jas itu dikumpulkan lagi. Pikir saya kan sudah sesuai ukuran pemain masing-masing. Setelah diberikan kenapa harus dikembalikan. Katanya nanti setelah mau main lagi diberikan lagi. Masak jas saja jadi inventaris PSSI?" ingatnya.

"Tapi alasan pelatih Danurwindo karena saya kurang bagus dalam bertahan. Buat saya sudah resiko kalau konsekuensi disanksi ya sudah mengalir saja, tuhan sudah mengatur. Saya juga merasa sudah terbiasa dengan ujian-ujian semacam itu," tandas Fakhri Husaini.

Sumber: YouTube Omah Bal-balan

Berita Terkait