Kegarangan Fabio Cannavaro di Semifinal Piala Dunia 2006 Vs Jerman, Bikin Mesin Gol Lawan Tak Berkutik

oleh Suharno diperbarui 23 Agu 2022, 18:37 WIB
Fabio Cannavaro dinobatkan sebagai FIFA World Player of the Year 2006 usai berhasil mengantarkan Italia merengkuh gelar Piala Dunia 2006. Kala itu, Gli Azzurri terkenal dengan pertahanan yang sangat kokoh. Tercatat hanya dua gol yang bersarang ke gawang Italia yaitu saat berjumpa Amerika Serikat dan Prancis. Kesuksesan tersebut tidak lepas dari kehadiran pemain bertinggi badan 176 cm tersebut. (AFP/Patrik Stollarz)

Bola.com, Jakarta - Jangan menilai isi buku hanya dari sampul depannya. Pepatah itu yang bisa menggambarkan mantan bek Timnas Italia, Fabio Cannavaro.

Mantan pemain Juventus dan Real Madrid itu hanya memiliki tinggi badan 1,7 meter. Tentu sangat mungil bagi ukuran seorang bek.

Advertisement

Meski memiliki tubuh yang pendek untuk ukuran orang, Eropa apalagi sebagai sosok pemain bertahan, Fabio Cannavaro berhasil memenangi sejumlah trofi bergengsi. Dia juga pernah mendapat gelar sebagai pemain paling hebat sedunia.

Cannavaro memiliki lompatan yang luar biasa saat menghalau serangan udara. Dia juga cerdik membaca alur permainan lawan sehingga secara cepat memotong serangan musuh.

Cerita paling mengesankan yang pernah dia ukir tentu saja meraih gelar Piala Dunia 2006 bersama Timnas Italia. Mari kita kenang memori hebat bek bertubuh mungil ini.

 

2 dari 5 halaman

Besar Bersama Gianluigi Buffon

Selain membantu Italia menjadi juara, Cannavaro juga dinobatkan sebagai FIFA World Player of the Year 2006. Dia mengungguli nama-nama beken pada masanya, seperti Zinedine Zidane, Ronaldinho, serta Thierry Henry. (AFP/Nicolas Asfouri)

Cannavaro mengawali karier junior di Napoli. Tetapi, namanya mulai terangkat ketika bermain untuk Parma dan satu tim dengan Gianluigi Buffon.

Sejak 1995, Cannavaro hijrah dari Napoli ke Parma dan bermain bersama Buffon yang baru saja promosi dari tim junior Parma. Keduanya bermain gemilang hingga membantu Parma meraih gelar Coppa Italia hingga trofi Piala UEFA.

Mereka berpisah pada 2021 saat Buffon direkrut Juventus. Lalu, selang setahun Cannavaro hijrah ke Inter Milan dan pada 2004 keduanya kembali bertemu lagi di Juventus.

 

3 dari 5 halaman

Hijrah karen Kasus Calciopoli

Cannavaro hanya dua musim berada di Juventus. Saat itu, dia sebenarnya membantu Juventus meraih dua gelar Serie A alias Scudetto hingga akhirnya gelar tersebut dicabut.

Pencabutan gelar ini, lantaran Federasi Sepak Bola Italia menyatakan Presiden Juventus, Luciano Moggi dinyatakan melakukan pengaturan skor atau yang publik kenal dengan Calciopoli. Kasus ini juga yang mengubah nasib Cannavaro.

Cannavaro kemudian pindah ke Real Madrid selama tiga musim. Dia kemudian kembali ke Juventus lalu memutuskan berlaga satu tahun di klub Uni Emirat Arab, Al Ahli, hingga akhirnya pensiun.

 

4 dari 5 halaman

Performa Menakjubkan di Piala Dunia 2006

Piala Dunia 2006 punya seabrek pemain bintang. Di antara bintang-bintang tersebut adalah Fabio Cannavaro. (AFP/Daniel Garcia)

Cannavaro tidak hanya menyandang gelar kapten Timnas Italia pada Piala Dunia 2006, tetapi juga benteng yang tangguh bagi Azzurri. Italia hanya kebobolan dua gol dalam tujuh laga di Piala Dunia hingga memastikan gelar juara.

Hanya ada dua tim yang bisa membobol gawang Italia, yakni Amerika Serikat pada babak penyisihan grup karena gol bunuh diri Cristian Zaccardo, serta Prancis dari titik penalti Zinedine Zidane.

Tentu bisa kalian bayangkan bagaimana permainan taktis Cannavaro dkk di lini belakang. Namun ada satu pertandingan di turnamen itu yang menunjukkan permainan luar biasa Cannavaro yang layak mendapat apresiasi tinggi dunia.

 

5 dari 5 halaman

Tampil Taktis saat Hadapi Tuan Rumah.

Permainan yang membuat Fabio Cannavaro layak mendapatkan apresiasi tinggi adalah saat semifinal Piala Dunia 2006 melawan tuan rumah Jerman. Tuan rumah saat itu berisikan para pemain haus gol seperti Miroslav Klose, Lukas Podolski hingga ada nama sang kapten Michael Ballack.

Akan tetapi, nama-nama hebat itu tidak berkutik saat berhadapan dengan Cannavaro. Sang Kapten Italia ini mampu memenangi duel bola-bola udara meski bertubuh mungil.

Aliran bola dari gelandang kreatif Jerman juga bisa dia hentikan supaya tidak mengalir ke para striker Der Panzer. Aksinya ini yang membuatnya layak mendapat gelar Ballon d'or dan bahkan pemain sekelas Virgil van Dijk harus berjuang untuk menirunya.

Sumber: FIFA

Berita Terkait